ZAVIER

Jam pelajaran pertama telah berakhir, guru yang mengajar di kelas XI IPA 2 pun sudah keluar kelas.

"Eh nay lo ikut daftar osis gak?" Tanya Riana setelah membuka grup chat SMA Taruna Nusantara yang dimana memberitahukan, bahwa pendaftaran osis sudah dibuka.

"Gak ri" Jawab Kanaya. ia malas sibuk dengan kegiatan-kegiatan osis dan lebih baik menonton drama korea, pikirnya.

"Ayo ikut aja, bareng sama gue" Ajak Riana yang sudah didaftarkan oleh wali kelasnya, dengan alasan setiap sekertaris harus mengikutinya.

"Nay, ayo dong" Riana masih berusaha membujuk Kanaya agar mau mendaftar sebagai osis.

"Gak ah, gue gak ma-" Ucapan Kanaya terpotong kala teman sekelasnya berbicara.

"Eh nay, itu ada yang nyariin lo tuh" Ucap Ziva, teman sekelasnya.

Kanaya mengerutkan keningnya. "Siapa ziv?" Tanya Kanaya.

"Kak Devan" Jawab Ziva.

Kemudian laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, dan alis tebal itu memasuki kelas Kanaya.

"Yang namanya Kanaya, lo ya?" Tanya Devan sembari menatap Kanaya, cowok yang baru saja memasuki kelasnya itu adalah Devano Wisnu Wardhana yang menjabat sebagai ketua osis di SMA Taruna Nusantara.

"Iya kak, ada apa ya?" Tanya Kanaya.

"Gue kesini di utus sama bu Gina buat nyamperin lo, kalo lo disuruh daftar osis" Ucap Devan. bu Gina ialah guru pembimbing osis disekolah itu.

"Aduh kak sorry, gue gak bisa" Tolak Kanaya.

"Loh, emangnya kenapa?" Tanya Devan.

"Gapapa sih kak, cuma gue takut banyak kegiatan aja yang nantinya ngeganggu waktu belajar gue buat olimpiade matematika nanti" Alibi Kanaya.

"Lo bisa izin kok, dan juga bakalan di izinin" Ucap Devan sembari berusaha membujuk Kanaya.

"Tapi gue gak bisa membagi waktu, maaf kak gue gak bisa" Kanaya masih keukeuh dengan keputusannya.

"Yaudah deh gue juga gak bisa maksa, tapi kalo lo berubah pikiran, lo bisa langsung temuin gue" Kata Devan sebelum melenggang pergi.

"Iya kak" Jawab Kanaya.

Tanpa disadari, sedari tadi Zavier melihat interaksi antara Devan dan Kanaya didepan pintu kelas. setelah dirasa Devan keluar, Zavier pun langsung menghampiri Kanaya.

"Dia ngapain kesini?" Tanya Zavier.

"Dia disuruh bu Gina buat gue daftar osis" Jelas Kanaya.

"Terus lo mau?" Tanya Zavier lagi.

"Enggak" Jawab Kanaya sambil menggelengkan kepalanya.

"Bagus, nanti istirahat gue tunggu di warung belakang sekolah!" Ucap Zavier.

"Gak mau kak, banyak temen-temen lo, gue malu" Tolak Kanaya. karena disana memang banyak laki-laki dan sebagiannya adalah anggota Skanetra.

"Gampang, nanti gue usir mereka" Zavier langsung pergi sebelum Kanaya menjawab.

*****

Jam istirahat sudah tiba, kini anggota Skanetra sedang beristirahat di warung belakang sekolah.

"Zav, lo udah jujur ke Kanaya?" Tanya Bagas sambil menyuapkan mie instan ke dalam mulutnya.

Zavier pun menoleh ke arah Bagas. "Belum" Jawabnya.

"Kalo bisa secepatnya Zav, jangan sampe Kanaya tau dari orang lain, nanti dia tambah sakit hati!" Raga membuka suaranya.

"Gue lagi nunggu waktu yang tepat" Jawab Zavier seraya menghembuskan asap rokoknya.

Raga pun hanya mengangguk, ia tahu bahwa Zavier sudah dewasa dan pastinya tau apa yang harus Zavier lakukan.

"Mie gue, bangsat!" Bagas memukul punggung Rian setelah tau mie nya dimakan tanpa seizinnya.

"Bagi dikit yaelah, lo pelit amat" Cibir Rian.

"Tapi lo makan tanpa izin!" Sarkas Bagas.

"Gue laper nih, traktir gue ya?" Ucap Rian kepada Bagas sambil menunjukkan puppy eyes nya.

"Gak, baru aja lo makan sepiring nasi goreng dan sekarang lo mau makan mie?" dasar perut karet!" Tolak Bagas, karena baru saja Rian menghabiskan sepiring nasi goreng.

Tatapan Rian beralih pada Zavier. "Zav, lo mau dapet pahala gak?" Tanya Rian.

Zavier menoleh dan menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya.

"Traktir gue mie instan satu ya" Ucap Rian sambil menggoyangkan lengan Zavier.

Zavier menepis tangan Rian. "Yaudah sana pesen!" Jawab Zavier.

Rian tersenyum senang lalu beranjak dari duduknya untuk memesan satu mangkuk mie instan.

Tak lama kemudian, terlihat Kanaya yang datang menghampiri Zavier.

"Zav, tuh Kanaya" Ucap Raga.

Zavier pun menoleh seraya mematikan rokoknya dan memberi kode kepada teman-temannya untuk segera meninggalkan warung itu.

Mereka pun langsung berhamburan setelah mendapat perintah dari sang ketua.

"Lo beneran usir mereka?" Tanya Kanaya yang tak percaya saat satu persatu cowok disana berhamburan.

"Bu bos, kita duluan ya!" Pamit Bagas kepada Kanaya.

"Iya bu bos, kita duluan ya dan itu, titip pak bos ya hehehe" Timpal Rian yang langsung mendapat tendangan dari Zavier.

Kanaya hanya tersenyum manis sambil menatap kepergian mereka.

"Duduk nay" Perintah Zavier.

Kanaya pun langsung mendaratkan bokongnya dikursi samping Zavier.

"Lo mau makan apa?" Tanya Zavier.

Kanaya menggeleng. "Gak kak, gue gak laper" Tolak Kanaya.

"Bu, nasi goreng satu ya" Kata Zavier kepada ibu warung.

"Dih, dasar pemaksa!" Cibir Kanaya.

Zavier tidak merespon.

"Oh ya, nanti lo pulang duluan aja, gue mau mampir ke toko buku dulu" Kanaya membuka lagi suaranya.

"Gue temenin" Ucap Zavier.

"Yakin? gue lama loh kalo milih buku" Tanya Kanaya sambil memicingkan matanya.

"Tapi gak sampe nginep di toko bukunya kan?" Jawab Zavier dengan santai.

Kanaya berdecak. "Ck, ya engga lah kak!"

"Yaudah gue temenin!" Ucap Zavier yang keukeuh dengan ucapannya.

Kanaya mengangguk lalu mengeluarkan benda dari sakunya.

"Ini dasi lo, makasih ya kak" Kanaya memberikan dasi itu kepada pemiliknya.

"Makasih doang?" Tanya Zavier sambil mengernyitkan dahinya.

Kanaya mengangguk. "Iya, terus harus apa emangnya?" Kanaya heran.

"Kiss" Zavier menunjuk pipi kanannya dengan jari telunjuknya.

"Hah? lo gila ya? ini kan di lingkungan sekolah!" Kanaya tak percaya, bisa-bisanya cowok itu meminta kiss saat masih di sekolah.

"Gak akan ada yang liat nay" Zavier membujuk Kanaya agar mau menciumnya.

Kanaya menimang-nimang perkataan Zavier dan melihat sekelilingnya.

"Buruan nay!" Perintah Zavier, sebab Kanaya tak kunjung menciumnya.

Setelah melihat sekelilingnya yang memang sepi, Kanaya pun langsung mendaratkan kecupan singkat dipipi kanan Zavier.

Cup!

Setelah mendapat kecupan itu, jantung Zavier berdetak dua kali lebih cepat.

Rasa-rasanya Zavier ingin berguling-guling dilantai karena saking senangnya, namun ia harus tetap menjaga image didepan Kanaya, supaya gadisnya itu tidak ilfeel padanya.

Berbeda dengan Zavier, Kanaya malah menunduk karena malu. ia merutuki dirinya karena dengan berani sudah mencium pipi Zavier.

Tanpa disadari Zavier dan Kanaya, sedari tadi Bagas mengintip mereka dibalik tembok samping warung.

"Anjir si bos modus banget" Ucap Bagas tak percaya.