NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14: Kamu Tidak Punya Pilihan

Angin yang berembus di pagi hari itu terasa sangat dingin. Dedaunan dari pohon-pohon yang rindang di sepanjang sisi jalan pun berjatuhan.

Olivia yang berdiri memegangi sepedanya dan Simon yang berdiri tegap berbalik untuk melihatnya di jarak beberapa meter, dadanya terasa seperti dipukul sangat kuat.

Ia sangat mengerti sekarang. Musim gugur kali ini akan menjadi neraka baginya.

“Lama tidak bertemu, Olivia.” Suara Simon terdengar sangat jernih dan halus layaknya sutera.

Meski tatapannya gemetar untuk beberapa saat, Olivia berhasil menguasai dirinya.

“Yang Mulia Duke.” Ia membungkuk memberi salamnya.

Selama yang bisa diingat Olivia, Simon selalu mempertahankan wajah tenangnya atau pria itu akan menajamkan tatapan dan tersenyum miring. Namun, dia tidak melakukannya kali ini.

Simon berjalan beberapa langkah ke arah Olivia dengan sebelah tangan berada di saku.

“Apa yang membuatmu membutuhkan waktu lama untuk bisa bersepeda sampai sini?” tanya Simon.

Olivia memaksakan diri untuk tersenyum. “Sepertinya saya tidak terlalu kuat untuk bersepeda dengan cepat, Yang Mulia Duke.”

Simon diam dengan jawaban itu. Ia hanya memerhatikan sosok Olivia, keseluruhan diri gadis itu.

Banyak sekali waktu yang telah ia habiskan tanpa melihatnya, Simon ingin memperbarui gambaran gadis itu dari kenangannya terakhir kali.

“Baiklah, kalau begitu.” Simon berucap dan berbalik untuk kemudian mulai berjalan.

Alasan pria itu memilih untuk berjalan dengan kecepatan lambat daripada duduk nyaman di kursi penumpang mobil mewahnya, sungguh membuktikan bahwa dirinya hanya membuat rumit semua hal yang seharusnya bisa berjalan lancar.

Olivia menggigit bibirnya. Tidak mungkin baginya berjalan mendahului seorang duke. Jadi, meski ia terus merutuki sosok pria tegap yang mempunyai sepasang kaki panjang namun memilih berjalan dengan kecepatan sangat lambat, tidak ada pilihan lain baginya kecuali mengikuti dari belakang.

Perjalanan yang tidak begitu jauh itu akhirnya berakhir setelah satu jam lebih. Meski mereka masih berada di kejauhan antara teras mansion, namun jajaran rapi para staf yang menunggu Simon dapat terlihat dengan jelas. Entah sudah berapa lama mereka berdiri dengan tegap dan begitu rapinya demi menyambut kedatangan sang duke.

Melihat bahwa mereka hampir memasuki area teras, Olivia memutuskan untuk berpisah dengan Simon. “Kalau begitu saya pamit, Yang Mulia Duke.”

Simon berbalik. “Pamit?” tanyanya.

Olivia mengangguk pelan. “Saya akan menunggu di sini sampai Anda masuk ke mansion.”

Simon mengerjap, pandangannya teralih pada peluh keringat yang ada pada gadis itu. Di sekitar garis rambutnya hingga di sepanjang lehernya, ia dapat melihat itu semua.

“Baik,” Simon mengangkat kecil kedua alisnya. “Sampai ketemu sore nanti di ruangan saya.”

“M-maaf, Yang Mulia?” Olivia tergagap dengan seruan yang baru saja ia dengar itu.

Simon memiringkan kecil kepalanya, ia tersenyum samar. “Tugasmu, Olivia. Mengantarkan jamuan Afternoon Tea setiap sore ke ruangan saya.”

Olivia terdiam dengan menahan bibirnya untuk mengucapkan kalimat yang dapat lebih merugikannya.

Simon pun hanya melempar pandangannya lalu berbalik dan berjalan dengan kecepatan normal menuju teras.

Ini gila.

Olivia memandangi punggung tegap berbalut jas yang semakin jauh darinya itu dengan helaan panjang.

Baik, aku akan datang sekali ini lalu menjelaskan pada Tuan Duke bahwa aku sudah tidak bekerja di sini.

♧♧♧

“Kamu tidak menghadiri wisudamu dan langsung pulang?” tanya Louis pada putranya yang datang menghadap di ruang kumpul.

Margareth yang terus tersenyum sejak Simon datang menyapa seketika mengernyit dengan tatapan tidak suka.

Simon menghela pelan. Mulai lagi, pikirnya, perseteruan kedua orang tua yang telah ia lihat di sepanjang hidupnya.

“Sepertinya kamu tidak bersungguh-sungguh tentang ucapanmu bahwa kepergian Simon demi kebaikan dia. Kamu hanya ingin memisahkan kami saja!” Margareth berdiri dari kursi dan mulai berteriak.

Louis memejamkan kedua matanya dengan kerutan di dahi. “Jangan histeris. Mengapa kamu jadi seperti ini?”

Margareth menghela frustrasi. Wanita yang telah memasang usia paruh baya itu tetap cantik, bahkan saat kedua matanya memancarkan api amarah kepada sang suami. Ia lantas mengatur napasnya dan kembali duduk.

“Aku memang sudah seperti ini sejak awal perjodohan kita. Tidak perlu berlagak tidak tahu,” ucapnya pelan layaknya bisikan lirih.

Simon mengeraskan rahangnya. Ia yang berdiri di hadapan kedua orang tuanya ini tidak memiliki minat untuk menyaksikan pertengkaran mereka. Ia pun mundur satu langkah dan menunduk memberi hormat pada keduanya.

“Sepertinya Ayah dan Ibu sehat-sehat saja, jadi izinkan saya kembali ke ruangan saya.”

Setelah mengatakan itu, tanpa perubahan sedikit pun pada otot-otot wajahnya, Simon berbalik dan berjalan dengan tenang meninggalkan mereka.

Ada sebuah pemahaman yang telah ia pelajari sejak kecil, bahwa pernikahan yang akan ia jalankan tidak lebih hanya sebagai hubungan saling menguntungkan kedua pihak keluarga saja.

Pada setiap langkah yang ia ambil dalam perjalanan kembali ke ruangan pribadinya, memori akan masa-masa pentingnya saat remaja hingga dewasa terputar di kepala.

Simon tersadar, dirinya tidak pernah benar-benar tertarik pada wanita mana pun. Perasaannya hanya sebatas candaan meski kuat untuk waktu yang singkat.

Ia telah memahami bahwa nafsu dan wanita hanya akan membawa hidupnya ke jurang kehancuran.

Maka, Simon pun terus-menerus mencegah perasaan dan hasratnya tumbuh untuk tidak sampai ke tahap sulit ia kendalikan.

Sesampainya ke ruangan pribadinya, Simon berjalan lurus ke arah sofa dan berbaring di sana.

Tidak seperti yang selalu ia lakukan sebelumnya, kali ini Simon terus menunggu kesempatan untuk dapat bertemu dengan Olivia.

Nafsu, hasrat, ataupun perasaan cinta, katakan apa pun namanya dan Simon akan setuju begitu saja. Gadis itu benar-benar telah mengonsumsi seluruh jiwanya.

♧♧♧

“Permisi, Yang Mulia Duke?” Olivia bersuara sebelum mengetuk pintu ruangan Simon. Merasa normal bahwa pria itu tidak membalas salamnya, ia pun mengetuk beberapa kali sebelum membuka pintu dan masuk sana.

“Yang Mulia, jamuan Anda sudah siap.” Olivia mendorong troli nampan berisikan beragam kue dan teh, namun ia berhenti di beberapa langkah dari area sofa.

Olivia terdiam, ia sedikit terkejut dengan penampakan menenangkan dari Simon yang tengah tertidur.

Pria itu berbaring di sofa dengan sebelah lengan menjadi bantalnya. Garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan rambut halus di sekitar bibirnya, sang duke memang terlihat sangat gagah. Namun, dalam keadaan tidur seperti ini, ia terlihat jauh lebih lembut.

Olivia mengakui visual Simon yang memang sulit untuk diacuhkan begitu saja, namun tiba-tiba pria itu terbatuk cukup parah yang membuatnya spontan berlari menghampiri sang duke.

“Yang Mulia Duke? Anda baik-baik saja?” tanya Olivia. Ia menunduk dengan tangan yang terangkat namun tidak kunjung menyentuh Simon. Ia mencegah dirinya bersikap berlebihan.

Simon perlahan membuka kedua matanya, dengan sisa batuknya yang terasa menyakitkan di tenggorokan, ia tersenyum samar begitu merasa yakin bahwa Olivia berada sangat dekat dengannya saat ini.

Ia menatap dengan kedua mata masih terbuka lemah, namun lengannya tergerak untuk menyentuhkan telapak tangannya ke wajah Olivia.

Sentuhan itu membuat Olivia membelalak. “Badan Anda panas sekali, Yang Mulia. Anda demam tinggi,” risaunya begitu merasakan suhu tubuh pria itu.

Simon menggeleng pelan. “Kamu datang?”

Olivia mengernyit dalam. “Anda harus segera diobati. Akan saya beritahu— akh!”

“Jangan pergi. Kamu tidak perlu pergi,” lirih Simon.

Pria itu membungkam tidak hanya mulut melainkan tubuh Olivia dengan menariknya dan menahan tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukan.

Olivia benar-benar dipeluk erat oleh Simon. Tubuhnya seakan memang dirancang sangat pas di pelukan pria itu.

“A-apa yang Anda lakukan?”

“Tetap di sini, Olivia.”

“T-tidak, Yang Mulia.”

Simon menghela cukup panjang. “Ini sebuah perintah, bukan permintaan. Kamu tidak mempunyai pilihan, Olivia."

...♧♧♧...

^^^** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing.^^^

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!