My Mysterious Husband

Ailyn dan Jave mulai melangkah kan kaki berjalan menuju ruang tamu. Mereka terlihat sedikit canggung karena masih mengingat kejadian mendebarkan itu.

Sebelum sampai ke ruang tamu, Ailyn mulai menggandeng lengan Jave.Karena bagaimanapun juga, ia harus bersikap profesional untuk melancarkan rencana nya.

Srak .. Srak ..!

Terlihat nyonya Lamia yang sibuk membolak balikan suatu berkas di atas meja. Kini pandangan nya tertuju pada pasangan mesra yang tengah berdiri hadapannya.

Raut wajah dari wanita paruh baya itu terlihat tidak senang. Namun ia berusaha keras menahan diri agar tidak terlihat emosional dihadapan anak tiri dan calon menantu tirinya.

" Kalian duduk lah"

Nyonya Lamia mempersilahkan mereka untuk duduk, ia masih sibuk membolak balik kan berkas di hadapannya.

" Apa yang membuat kalian ingin bertemu denganku? " ujar nyonya Lamia membuka obrolan.

" Perkenalkan nyonya, saya Jave Rainer"

Jave beranjak dari tempat duduk nya, memberi salam kepada wanita paruh baya yang masih tidak bergeming itu.

" Aku sudah tahu" jawab nyonya Lamia kembali fokus pada berkasnya.

Jave kembali duduk, mata nya melirik ke arah Ailyn yang masih duduk terdiam di sampingnya.

Sesuai dengan perintah Ailyn, Jave memang sedang berakting. Namun ia jadi sedikit tahu mengenai watak dari wanita paruh baya dihadapannya tersebut.

" Ibu, aku akan menikah besok "

Dengan seketika, nyonya Lamia menghentikan aktivitasnya. Ia mulai mengamati calon suami Ailyn yang terlihat sempurna itu.

" Apa pekerjaanmu ?" nyonya Lamia mulai bertanya

" Saya pelayan di Gold restoran ma'm " jawab Jave santai

" Berapa usiamu?" wanita paruh baya itu kembali bertanya hal yang lebih pribadi.

" Empat.. "

" Tiga puluh tahun ! kami berbeda Lima tahun" Ailyn memotong perkataan Jave dengan lantang sembari menyenggol lengan pria tampan tersebut.

" Iya benar, usiaku tiga puluh tahun " Jave menjawab secara cepat agar wanita paruh baya dihadapan nya tidak menaruh rasa curiga.

" Jadi, tujuan mu kemari untuk menikahi nya?" nyonya Lamia kembali bertanya sembari menunjuk kan jarinya ke arah Ailyn.

" Iya nyonya, saya harap anda.. "

" Jangan berharap !" secara cepat nyonya Lamia memotong perkataan Jave.

" Aku akan tetap menikah dengan nya !" Ailyn mulai membantah

" Sepertinya, kau sudah tidak mau mendengarkan ku ya !kau memang benar-benar ingin pergi dari sini rupanya !" nyonya Lamia mulai meninggikan suara, lalu beranjak dari tempat duduk nya

" Itu memang kemauan mu kan nyonya? tapi sepertinya saya yang dilahirkan sebagai puteri terakhir dari keluarga adidaya Smith ini harus menetap disini, karna pekerjaan suami saya yang hanya seorang pelayan restoran " Ailyn mulai berbicara formal

Seketika suasana diruang tamu itu mendadak hening. Perkataan dari mulut Ailyn membuat wanita paruh baya itu meradang, kali ini ia benar-benar ingin melenyap kan anak tirinya tersebut sampai tak tersisa. Namun, ia harus tetap bersikap tenang agar bisa terus berpikir jernih.

" Jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, saya pamit pergi " Ailyn mulai beranjak dari tempat duduk nya, diikuti Jave yang ikut beranjak juga.

" Acara tidak akan diadakan disini, lebih baik kau menyewa tempat lain" ujar nyonya Lamia kembali dengan posisi duduk

" Benarkah? kalau begitu terimakasih nyonya" Ailyn terpaksa menunduk kan kepalanya, kemudian bergegas pergi dari hadapan ibu tirinya.

' Kali ini kau sudah sangat menggangguku rubah s*alan ! katakan sampai jumpa pada hidup mu yang mewah ini !' batin nyonya Lamia penuh dengan kebencian.

...----------------...

' Aku tidak akan kalah darimu wanita ular !' Ailyn bergumam dalam hati.

Kali ini mereka sudah berada dipinggiran pantai dekat pelabuhan. Ia tak sadar sudah berkendara sampai sejauh ini karena rasa kesal yang sedari tadi ia rasakan.

Sesekali ia melirik Jave yang hanya terdiam disamping kemudinya. Seketika ia teringat dengan perkataan Jave di ruang tamu tadi.

" Jika aku diam saja, kau pasti akan menjawabnya dengan 40 tahun !" Ailyn mulai berkicau dengan raut wajah yang terlihat sebal

" Bukan"

" Kalau begitu berapa? tidak mungkin kau jawab 400 atau 4000 tahun kan? Huft yang benar saja ! "

Ailyn kembali mengomelinya.

" Lagi pula kan tidak ada dalam rencana, kau bilang dia tidak akan membahas umur segala" Jave membela diri.

" Lalu berapa sebenar nya usiamu? Apa benar 40 tahun ? berarti aku akan menikahi pria paruh baya" Ailyn mulai memicingkan matanya

" Untuk apa kau begitu penasaran? Apa penampilanku terlihat seperti pria paruh baya?" Jave mulai sedikit kesal

" Jujur saja, aku tidak akan memikirkan nya" Ailyn mulai memaksanya

" 400" Jave membuang muka

" Haha.. kau bercanda ya? APA !! "

Ailyn terkejut bukan main, ekspresi wajah nya terlihat shock setelah mendengar angka yang dilontarkan dari bibir pria tampan disampingnya itu.

' Berarti, selama ini aku menyukai pria yang jauh lebih tua, ah bukan ! Ini sangat tua ! ' batin Ailyn masih tak percaya.

Wanita jelita tersebut kembali memandangi Jave dari ujung kepala hingga bawah kakinya. Tak ada tanda-tanda lansia pada pria tampan dihadapannya itu. Malah semakin lama dipandangi semakin membuat hatinya tertarik.

" Tidak masalah" ujar Ailyn percaya diri

" Apa kau masih ingin menikahi ku? " Jave sengaja membuatnya goyah

" Tentu saja, mana mungkin bisa aku membatalkannya ~"

Ailyn mulai menggoda Jave dengan menarik garis lurus jari telunjuknya di bagian rahang hingga dagu Jave. Hal itu membuat Jave jadi merona, jantungnya mulai berdebar.

" Hentikan" ujar Jave menangkap pergelangan tangan jahil Ailyn

" Tidak mau wleee ! " Ailyn malah meledek dengan menjulurkan lidahnya sedikit.

" Aku hanya tidak ingin melewati batas" ujar Jave dengan wajah yang masih merona

" Memangnya seperti apa batas yang ingin kau lewati itu? " Ailyn kembali meledeknya

Jave melepas pergelangan tangan Ailyn, ia meraih wajah gadis jelita yang jahil itu kedalam sebuah kecupan manis dari bibirnya.

" Hhhh.. ini batas nya" Jave melepas kecupannya, dengan nafas yang mulai memburu.

Ailyn yang sedikit terkejut dengan perlakuan calon suaminya ini, menatapnya dalam-dalam.

' Ohh sial ! aku ingin lebih dari ini !' batin Ailyn bergemuruh

" Buka mulutmu ~" Ailyn mengusap perlahan bibir calon suaminya

Jave yang semakin merasa berdebar mencoba menurutinya. Dengan perlahan Ailyn mulai melumat bibir sexy milik pria tampan di hadapannya itu. Begitu juga dengan Jave yang mulai menikmatinya.

Detik demi detik berlalu, suasana semakin memanas, kini mereka terlihat semakin intens. Ailyn mulai meremas rambut Jave, ia semakin bergairah.

" Cup !~"

Gadis jelita itu melepaskan tautan bibirnya, ia mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang Jave kenakan.

Aroma mawar yang begitu memikat, membuatnya semakin terpancing.

" Mm.. Apa yang kau lakukan?" Jave mencoba menghentikan aksi Ailyn yang kali ini membuatnya semakin berdebar.

" Aku hanya ingin melihatnya saja" ujar Ailyn kembali fokus dengan aktivitas nya.

" Kita hentikan saja ya " kali ini Jave menepis dengan pelan, ia kembali mengancingkan kemejanya.

' Ah jangan tidaaakkk !! ' batin Ailyn menjerit.

" Maaf, hanya saja.." kalimat Jave terpotong

" Tidak masalah, pasti ini baru pertama kali nya untuk mu, aku bisa merasakannya " ujar Ailyn berusaha menahan diri.

" Ayo kita keluar, cari udara segar !"

Ailyn mengajak Jave keluar mobil, udara yang tadinya terasa begitu panas, perlahan mulai sejuk diterpa angin laut kala malam itu.