Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
"Udah pak Budi nggak usah diladeni nanti bawa mobilnya kebengkel! Nggak perlu minta tanggung jawab dari gadis aneh seperti dia hanya buang-buang waktu" ucap pria tersebut dengan nada sombongnya
Mobil itupun melaju meninggalkan Aruna yang masih sibuk dengan amarahnya karena sudah merasa sangat dihina
"Ihsshh dasar orang kaya sombong" umpat Aruna
Kediaman Hartawan
Sebuah mobil Mewah memasuki area kediaman Hartawan, rumah bergaya klasik modern tersebut terlihat begitu megah. Seorang pria baru saja memasuki rumah dengan disambut beberapa pelayan
"Selamat datang tuan muda" Ucap salah seorang pelayan
Tak menjawab pria tersebut berjalan sambil terus melihat kekiri dan kanan mengamati setiap sudut rumah mewah tersebut yang tak jauh berbeda saat terakhir dilihatnya
"Biru!"
"Mama"
Faradina yang baru keluar kamar gegas menghampiri laki-laki tampan tersebut dan membenamkan diri dalam pelukannya
Aksa Biru Hartawan adalah putra bungsu keluarga Hartawan, selama dua tahun dirinya berada di Amerika guna mengenyam pendidikan untuk gelar Masternya
"Mama kangeen banget sama kamu sayang" ucap Faradina setelah mengurai pelukan pada sang putra
"Biru juga kangen banget sama Mama"
"Sama papa enggak kangen gitu" suara seorang pria membuat keduanya menoleh
"Apa kabar Pah" Biru beralih memeluk sang papa
Keluarga Hartawan benar-benar menyambut kedatangan Biru dengan penuh suka cita
Sandi yang bahagia, pagi ini mengajak sang putra yang juga adalah pewaris perusahaan Hartawan grup datang untuk mengunjungi perusahaan tersebut
Kabar akan kedatangan Aksa Biru Hartawan menyebar dengan cepat dikantor, semua karyawan bersiap untuk menyambut kedatangan sang CEO
Semua karyawan berjejer rapi menyambut kedatangan Sandi Hartawan dan putranya termaksud Aruna
"Astaga Run, itu anaknya pak Sandi ganteng banget" ucap Anna dengan mata berbinar
"Mana sih aku nggak liat" Aruna yang memiliki tubuh lebih pendek memang sedikit kesulitan untuk melihat kedepan terlebih hampir seluruh karyawan dari semua divisi berada disana
"Makanya jangan pendek Runa"
"Kamu ngatain aku" ucap Aruna tak terima"
"Udah ahh. Ayo! Lagian nggak keliatan juga" Aruna berlalu meninggalkan Anna begitu saja, sebenarnya ia juga tak tertarik untuk melihat wajah tampan dari CEO tersebut
"Ihh Runa tungguin!"
Tiba diruangan Biru segera duduk dikursi kebesarannya menatap ruangan yang begitu luas semua barang tertata dengan rapi
"Inget! Kamu disini buat kerja bukan main perempuan" ucap Sandi pada putranya
"Iya. Papa tenang aja!" Biru hanya tersenyum mendengar ucapan sang ayah
Suara pintu diketuk menghentikan percakapan keduanya
"Masuk"
"Selamat pagi pak Sandi!" Ucap seorang pria dengan setelan jas rapi
"Kevin, kenalkan ini Biru anak saya!" Ujar Sandi memperkenalkan putranya pada Kevin
"Selamat pagi pak Biru" Kevin sedikit membungkuk guna memberi hormat pada atasannya
"Ini Kevin, dia adalah asisten pribadi kamu. Kevin yang akan memperkenalkan kamu dengan perusahaan ini, dia sudah berada di perusahaan ini lama jadi Kevin adalah orang yang paling tepat menjadi asisten pribadi kamu" terang Sandi sementara Biru hanya mengangguk saja
"Oh ya Kevin, selain tugas kantor, saya juga punya pekerjaan lain untuk kamu" ujar Biru membuat Kevin menghentikan langkahnya. Sandi sudah pergi lebih dulu, kehadiran Biru membuatnya memiliki waktu lebih untuk kegiatan diluar pekerjaan
"Pekerjaan apa pak?"
"Mulai sekarang kamu harus menyiapkan 'wanita' untuk saya!"
"Wanita? Maksud bapak?"
"Yaa kamu taulah maksud saya, saya ingin wanita berbeda setiap harinya kamu paham?" Terang Biru
"Baik pak! Ada lagi?"
"Tidak itu saja! Oh ya dan jangan sampai Papa tau tentang ini!"
"Iya baik pak" Kevin akhirnya berlalu keluar dari ruangan tersebut
"Uhh.. side jobnya benar-benar meresahkan, sepertinya mata suciku akan ternoda setelah ini" gerutu Kevin, selama menjadi asisten pribadi Sandi ia tak pernah mendapat perintah yang menurutnya mengerikan seperti ini
Namun, ini adalah perintah dari CEO yang harus ia laksanakan, mulai hari ini ia harus masuk kedalam tempat-tempat yang belum atau bahkan tidak ingin ia masuki
***
Aruna melajukan motornya meninggalkan area kantor, ia melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota yang penuh akan hiruk pikuk kendaraan orang-orang yang pulang kerja, tiba-tiba netranya menangkap seorang wanita tua yang hendak menyeberang jalan
Ia menggunakan tongkat sebagai penunjuk jalan itu artinya wanita itu tak dapat melihat, bagaimana dia bisa menyeberang dengan kondisinya belum lagi padatnya kendaraan sore itu pikir Aruna
Aruna turun dari motornya, mendekati wanita tua itu dan menuntunnya menyebrang jalan saat lampu menunjukkan warna merah
Semua yang ia lakukan tak luput dari pandangan seorang pria menatapnya dari dalam mobil mewah berwarna hitam miliknya, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman
"Dia gadis pemilik motor biru itu?" Biru tak melepaskan pandangannya pada gadis tersebut hingga ia kembali menaiki motornya dan melaju saat lampu berubah warna menjadi hijau
"Gadis yang menarik!" Gumam Biru sambil tersenyum
"Ada apa tuan? Apa ada yang lucu?" Tanya seorang pria dengan pakaian sopir didepannya
"Tidak ada! Sudah sana fokus pada jalanan saja!"
"Maaf tuan"
***
Kediaman Hartawan
Makan malam dirumah Hartawan begitu berbeda malam ini, kepulangan Biru membuat rumah ini kembali seperti rumah bagi Sandi dan Faradina
"Oh yaa Biru, karena kamu sudah ada di Indonesia Papa mau bicara hal serius sama kamu!" Ucap Sandi disela kegiatan makan malam mereka
"Hal serius apa Pah?" tanya Biru penasaran
"Papa ingin kamu segera menikah!" Ucapan Sandi bahkan membuat Biru tersedak karena terkejut
"Nikah? Aku bahkan nggak kepikiran untuk menikah Pah"
"Maksud kamu apa? Usia kamu sudah cukup untuk menikah Biru!"
"Nak, kamu bisa ketemu dulu sama gadisnya kan, setelah itu kamu boleh putuskan untuk menerima atau menolak perjodohan ini!" Ucap Faradina lembut
"Tapi Mah!" Biru bahkan memasang wajah memelas
"Sudahlah Biru, lagian Mama nggak begitu suka sama pacar kamu itu, pakaiannya terlalu terbuka belum lagi kayaknya matre gitu" ujar Faradina
"Gini! Nanti Papa akan atur pertemuan kamu sama anaknya pak Firman, benar kata Mama, kamu bisa menolak kalau memang kamu tidak suka dengan putrinya pak Firman nanti" jelas Sandi
"Berarti aku bisa nolak?" Tanya Biru dengan antusias
"Iya, tapi Papa yakin kamu akan langsung setuju. Putrinya pak Firman itu cantik, Papa udah pernah liat fotonya" ucap Sandi dengan senyuman terukir di wajahnya
"Foto? Papa bilang dia cantik hanya karena liat fotonya?" ucap Biru tak habis pikir dengan apa yang sang Papa katakan
"Iya. Tapi dia memang cantik Biru" ujar Sandi tak mau kalah
"Terserah Papa aja" Biru menghela nafasnya berat, sangat sulit jika sudah berdebat dengan sang Papa
"Tapi aku udah punya pilihan sendiri Pah" batin Biru