NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Beberapa minggu setelah kejadian itu, kehebohan dan kekhawatiran masih terus menghantui. Banyak perusahaan yang berada di bawah naungan CEO Albert menghadapi kesulitan, termasuk perusahaan tempat orang tuaku bekerja. Sayangnya, orang tuaku tidak bisa pulang karena kesibukan mereka, dan aku tidak membawa kunci cadangan, membuatku tidak bisa masuk kedalam rumah setelah kembali dari toko buku. Mereka bahkan telah menyiapkan tas berisi pakaianku di depan pintu dan menyuruhku agar aku menginap di rumah temanku, tetapi Nada sedang berlibur dengan keluarganya. Oleh karena itu, aku berada di rumah Arvin saat ini.

 

Kami duduk berhadapan di atas karpet, di ruangan kosong tempatku dan Nada gunakan waktu kami menginap disini waktu itu. 

“Apa kamu yakin ingin menginap di sini?” Tanya Arvin dengan kekhawatiran.

 

“Apa aku mengganggu?” Tanyaku dengan rasa khawatir.

 

“Tidak, bukan itu. Laki-laki dan perempuan tidur di bawah atap yang sama, apalagi berdua saja di dalam rumah. Apa kamu yakin dengan itu?” Jelas Arvin dengan.

 

“Ah, tidak apa. Aku percaya padamu” ujarku sambil tersenyum, mencoba untuk menenangkan diri sendiri.

 

Arvin menghela nafas, lalu mendekatiku. Dia mendorongku dengan lembut sehingga tubuhku terbaring di atas karpet.

 

“A-apa yang kamu lakukan?” Tanyaku dengan kaget.

 

Arvin mendekatkan wajahnya ke wajahku, sehingga aku dapat merasakan nafasnya.

 

*Jangan mengatakan kata 'percaya' dengan begitu mudahnya” ujarnya dengan suara serius.

 

“A-aku mengerti. Jadi, tolong jauhkan dirimu!” Ujarku sambil mendorong dada Arvin, membuatku terkejut ketika aku merasakan kekuatan ototnya.

 

Arvin kemudian beranjak dari atas tubuhku dan kembali duduk di tempatnya. Aku masih terbaring di atas karpet, jantungku berdegup kencang, dan wajahku memerah. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, berusaha menyembunyikan rasa malu yang kurasakan.

 

“Kenapa kamu menutup wajahmu?” Tanya Arvin, terdengar sedikit penasaran.

 

“Berisik! Jangan lihat aku!” Ujarku dengan suara tertekan.

 

“Kenapa? Padahal kamu sangat manis ketika malu-malu” ujar Arvin sambil tersenyum.

 

Jantungku semakin berdegup kencang, wajahku semakin memerah. Padahal aku sering mendengar orang-orang memuji kecantikanku, tetapi mengapa ketika Arvin mengatakannya, jantungku berdegup begitu kencang?

 

“Ja-jangan menggodaku!” Ujarku dengan nada cemberut.

 

Arvin terus cengar-cengir, seolah menikmati reaksiku. Aku tidak pernah menyangka bahwa Arvin juga suka menggoda orang lain. Entah ini baik atau buruk, karena dia mulai terbuka denganku, tapi tetap saja, ini membuat jantungku berdebar kencang. Aku masih bisa merasakan detakan jantungku yang tidak bisa reda.

Arvin kemudian berdiri dan mendekatiku. Dia menarik tubuhku, lalu Arvin memelukku dari belakang sambil duduk dan menopang tubuhnya di dinding.

 

“A-a-apa yang kamu lakukan?” tanyaku dengan suara yang bergetar, merasa kaget dengan tindakannya.

 

Arvin memelukku dengan erat. "Maaf! Sebentar saja, biarkan aku memelukmu sebentar saja!" ucapnya dengan suara lembut.

 

Aku terdiam, membiarkan Arvin terus memelukku. Wajahku memerah, detakan jantungku semakin cepat. Aku khawatir bahwa Arvin bisa mendengar suara detakan jantungku yang berdebar. Rasa malu semakin memenuhi pikiranku. Namun, entah mengapa, aku merasa bahwa Arvin sedang merasa sedih dengan sesuatu.

 

“Apa terjadi sesuatu?” Tanyaku dengan kekhawatiran.

 

“Tidak, tidak ada” jawab Arvin dengan suara yang sedikit teredam.

 

Aku kembali diam, merasa bahwa Arvin tidak ingin membicarakannya lebih lanjut. Saat ini, sekolah sedang libur setelah ujian semester pertama. Banyak siswa yang pergi berlibur dengan keluarga mereka. Mungkin keluarga Arvin juga tidak pulang seperti keluargaku. Apakah itu mungkin menjadi alasan dia merasa sedih?

 

“Apa keluargamu tidak pulang?” Tanyaku dengan hati-hati.

 

Hening sejenak, Arvin terdiam dengan pertanyaanku. Lalu dia menjawab, "Aku tidak punya keluarga..."

 

“Eh? Ah, maaf!” Ujarku dengan kaget.

 

“Tidak, tidak apa. Hanya saja, hari ini adalah hari peringatan kematian ibuku” kata Arvin dengan suara yang terdengar sedih.

 

Hening kembali, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku merasa bahwa kata-kata tidak akan cukup untuk menghilangkan kesedihan yang dirasakan Arvin. Saat ini, aku hanya bisa membiarkan Arvin memelukku, memberikan kenyamanan dan dukungan yang dia butuhkan sampai dia merasa lebih baik, berharap kalau dia akan merasa lebih baik seiring berjalannya waktu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!