"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 23
"Tumben pagi-pagi sekali kamu sudah rapi?" Tanya Farhan yang baru saja membuka mata, melihat Kania sudah rapi dengan setelan dokternya.
"Iya, Mas, ada beberapa pasien yang harus diperiksa pagi ini." Jawab Kania lalu melangkah menghampiri Farhan. "Oh ya, Mas, sekalian aku mau izin setelah dari rumah sakit aku mau keluar kota mengikuti seminar, mungkin akan pulang besok." Lanjutnya setelah mendudukkan tubuhnya di samping
Suaminya yang masih dalam keadaan polos di bawah selimut tebal.
Farhan menarik tubuhnya bersandar di kepala ranjang, lalu memijat beberapa bagian tubuhnya yang sedikit terasa pegal. Meski ia merasa kecewa telah dikhianati oleh Kania, nyatanya ia tetap membutuhkan istrinya itu untuk menyalurkan hasratnya dan semalam ia melakukannya sampai beberapa kali. Namun, tidak tahu kenapa justru fantasinya tertuju kepada Nada. Boleh jadi ia merasa menyesal telah mengabaikan istri pertamanya itu selama ini, dan ia berharap bisa segera bertemu Nada dan memperbaiki semuanya.
"Hem, kamu hati-hati disana." Ujar Farhan.
Kania pun berpamitan, ia bergegas pergi setelah memberikan kiss pagi yang cukup menuntun pada suaminya itu.
Setelah Kania pergi, perlahan Farhan beringsut turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju kamar mandi.
Saat melewati meja rias ia menghentikan langkahnya, Farhan memutar tubuhnya lalu berjalan pelan mendekat meja rias itu. Ia berhenti ketika pantulan tubuhnya terpampang jelas di cermin besar itu.
Ringisan tipis tercetak di bibirnya melihat banyak sekali tanda kemerahan dibagian dada hingga lehernya, dan itu adalah tanda kebuasan Kania semalam. Ia mengakui kelihaian dan kelincahan istri keduanya itu dalam berhubungan badan, dan satu fakta yang tidak bisa ia lupakan jika Kania sudah tak perawan sebelum menikah dengannya.
.
.
.
Hari beranjak siang, usai mengajar Nada dan dua teman guru lainnya ikut pulang bersama bu Minah kerumahnya yang menjadi tempat tinggalnya selama di desa. Dan teman guru yang lainnya juga pulang ke masing-masing rumah warga yang menjadi tempat tinggal mereka. Karena di desa tersebut tidak tersedia tempat untuk para guru sukarelawan berkumpul, terpaksa harus berpencar membagi kelompok tinggal di rumah warga.
"Neng, kita makan siang dulu ya baru setelah itu kita ke bukit." Ujar bu Minah.
Nada mengangguk, "Iya, Bu, tapi aku mau shalat dulu sebentar." Jawab Nada.
"Oh ya udah, kalau gitu Ibu siapin makan siangnya dulu nanti setelah Neng shalat kita makan bareng."
Nada pun bergegas menuju belakang rumah untuk mengambil air wudhu di sumur tua, sementara dua teman guru yang memiliki beda keyakinan dengannya memilih untuk membantu bu Minah menyiapkan makan siang.
Setelah berwudhu Nada kembali masuk ke rumah dan langsung memulai shalat. Dan beberapa saat kemudian setelah shalat, Nada sejenak duduk bersimpuh sembari mengangkat kedua tangannya. Mengadu kepada Tuhannya tentang perasaannya, sejujurnya hingga saat ini ia masih belum bisa melupakan Farhan meski ia sudah memutuskan untuk menggugat cerai suaminya itu. Rasa cintanya kepada Farhan begitu besar sehingga sulitnya baginya untuk melupakan. Namun, demi kebahagiaan Farhan ia rela melakukan apapun termasuk melepas suaminya itu untuk wanita lain.
"Ya Allah, aku tidak pernah tahu siapa yang benar-benar tulus mencintai dan menyayangi aku saat ini. Aku juga tidak tahu siapa yang akan bersamaku kelak. Namum, jika boleh aku meminta pertemukan takdirku dengan orang yang terbaik menurut-Mu. Yang benar-benar tulus dan menerima segala kekuranganku."