NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Waktu istirahat telah tiba. Murid kelas 11 ips 1 mulai beranjak dari tempat duduk mereka setelah selesai memasukkan semua peralatan sekolahnya ke dalam tas.

Kalea, Letta dan Ana berjalan di koridor kelas menuju kantin utama di belakang kelas mereka. Saat belokan kanan, Kalea melihat Clara dan dayang dayangnya berdiri di tembok kelas. Mereka benar-benar menghalangi jalan menuju kantin.

Dari raut wajah mereka yang memandang kedatangan Kalea, Ana dan Letta sepertinya Clara lebih memperhatikan gerak gerik Kalea.

Setelah dirasa tidak ada yang terjadi saat melewati Clara, Kalea menarik napas dalam. Ia bernapas dengan normal. Pandangan mereka mengarah ke penjuru kantin. Satu meja kosong di pojokan belum di isi siapapun.

Sebelum Kalea mengayunkan kedua kakinya, gadis itu merasakan kerah seragamnya ditarik kencang hingga satu kancing teratasnya terlepas.

Wajah yang tadinya datar dan suasana hati nya cukup baik kini merah padam menahan emosi yang kapan pun bisa meledak. Orang itu tidak tahu kalau Kalea satu harian ini sudah bersusah payah menahan emosinya.

Gadis di belakangnya yang dengan sengaja mengusiknya tidak lain adalah Clara—pentolan SMA Bintang.

Ternyata dengan berdirinya Clara di sana memperkuat keyakinan Kalea bahwa gadis itu sedang berusaha mencari masalah dengannya.

Bukanya merasa bersalah, Clara semakin tersenyum kemenangan menatap Kalea yang sudah berdiri di hadapannya.

Menyebalkan.

Kalea sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menerjang Clara. Rasa sakit dikedua kakinya tidak Kalea pedulikan lagi.

Ia dorong tubuh gadis itu menuju meja panjang tempat anak anak lain sedang berbincang ria. Spontan melihat pertengkaran itu, mereka menjauh dari sana. Punggung Clara menghantam sisi meja membuat beberapa mangkok dan piring jatuh menghantam lantai.

Clara tidak diam, ia menarik rambut Kalea kuat hingga kunciran itu terlepas dari ikatannya dan menutupi sebagian wajah cantik Kalea.

Tidak tinggal diam juga, Kalea melakukan hal sama. Keduanya jatuh dilantai bersamaan dengan Kalea duduk di atas perut Clara. Ia mencekik kuat leher Clara lalu disusul suara tamparan keras.

Plakk!

Tamparan keras yang mengenai pipi kanannya membuat Kalea berdecak pelan. Clara dengan senyum puas menyambut tatapan tajam Kalea. Tak sampai disitu kuku kuku panjang Clara menyentuh bahunya membuat seragam sekolah Kalea tembus dan robek. Bahu kanannya terluka karena cakaran Clara.

Cairan merah merembes dari bahunya.

Bugh

Kalea melayangkan satu bogeman keras di pipi Clara membuat gadis itu oleng ke kanan.

"Kau akan menyesalinya, sialan..." Kalea tertawa. Tawa nya menggelepar di penjuru kantin.

Perkelahian itu tidak ada yang melerai sampai suara teriakan menggema memenuhi penjuru kantin. Dia Zion. Laki-laki itu datang bersama kawanannya.

Para murid yang ada di sana segera bergerak ke sudut kantin, membuka jalan bagi mereka berlima. Secepat mungkin, kelima cowok yang murid perempuan puja-puja melerai keduanya.

Semua mata memandang kehadiran mereka. Dengan gerakan cepat Zion menarik Kalea dengan memeluk erat pinggang adiknya sementara Clara, ia ditarik paksa oleh Adit dan Bobby.

GS dan Haris seperti biasa, berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Kedua gadis itu masih tersulur emosi. Kalea dengan seragamnya yang kusutnya juga wajah berusaha menahan emosi, sedangkan Clara penampilannya sudah tidak bisa di defenisikan lagi, pakaiannya kotor, serta pipi yang memar karena tonjokan Kalea yang keras.

Kalea yang berada di pelukan Zion mulai tersadar. Ia memberontak hebat membuat Zion kewalahan.

"Lepasin! Jangan sentuh gue!" Kalea memberontak membuat Zion melepaskan pelukannya. Keduanya saling tatap tapi Zion menatap pilu.

Setelah itu, Kalea memalingkan wajahnya ke arah Clara. Clara berusaha ingin lepas dari pegangan Adit juga Bobby.

"Gak punya otak lo jadi cewek! Sampah!! Hidup gue udah susah, jangan lo susahin dengan mulut kotor lo!"

"Kalau ini bukan di sekolah lo udah habis di tangan gue!" maki Kalea membuat Clara kembali memberontak di pegangan Adit dan Bobby.

"Kalea!" seru Zion. Kalea menatap penuh amarah. Segala bentuk kekerasan tiba-tiba berputar di dalam kepalanya. Kalea mengingat ibunya.

"Mati ajah Lo!" seru Kalea kedua kalinya.

"KALEAAAAA!!" Kali ini teriakan Zion begitu lantang.

"Apa? Lo mau belain dia yang mulai masalah ini duluan? Tak akan ada asap jika tak ada api! Semua orang tau siapa yang duluan," jawab Kalea.

Zion benar-benar diam seribu bahasa saat ia mendengar ucapan adiknya.

"Gue gak akan mengusik kalau gue gak di ganggu."

Kata terakhir Kalea sebelum ia benar-benar pergi dari kantin. Semua orang masih terdiam sampai sebuah pengumuman mengejutkan keheningan di tempat itu.

***

Kalea tidak langsung masuk ke kelas tapi duduk di ranjang UKS. Moodnya benar benar berantakan setelah apa yang terjadi di kantin. Letta dan Ana masih belum datang membawa baju ganti untuknya. Saat pandangannya jatuh ke lantai, pintu uks terbuka lebar membuat Kalea menoleh cepat.

"Ngapain ke sini?" Suara Kalea terdengar di ruangan itu.

"Bahu lo luka dan harus cepat diobati," ujar GS dengan manik matanya menatap bahu kanan Kalea.

Sadar akan kancing bajunya lepas karena aksi yang luar biasa di kantin tak membuat Kalea berniat menutup rapat seragamnya. Ia malah membiarkan bagian dalam seragamnya terlihat.

"Kakak datang ke sini karna kak dimas kan?"

"Sok tau, bukanlah. Gue datang karena kemauan gue sendiri."

"Gue gak butuh siapa-siapa. Gue bisa sendiri kok, mending kakak pergi sekarang."

Urusan seperti ini tidak akan pernah membuat Gabriel luluh. Laki-laki itu justru mengangkat tangannya menyentuh pundak Kalea.

"Gak sewajarnya cewek kayak lo ini ngomong sekotor itu. Semua orang bisa dengar omongan lo dan tau karakter lo gimana."

Gabriel berujar sembari tangannya mengobati luka di bahu gadis itu. Beda dengan Kalea ia memegang kuat pinggiran ranjang karena cowok itu kembali membangkitkan kobaran api dalam hatinya.

"Jadi maksud kakak gue harus jadi cewek polos yang bisanya diam ajah saat diperlakukan tidak adil, iyah?!"

"Kalau kakak datang ke sini cuman buat gue marah, mending kakak pergi dari sini. Kalo cuman bisanya nasehatin gue, please gue lagi gak butuh nasehat," lanjutnya.

Gabriel menatap tajam pupil mata Kalea sampai pintu uks kembali terbuka.

"Kalea kita—eh ada kak GS. Maaf ganggu kak," kata Ana menunduk lalu berjalan ke arah Kalea. Refleks Gabriel meletakkan kembali kapas yang ia pegang sebelumnya.

"Seragam gue mana?!" kata Kalea mengabaikan keberadaan GS yang duduk di sofa dekat jendela.

"Nih, biar kita bantu," tutur Ana hendak melepas seragam kusut Kalea namun tertahan tangan gadis itu.

"Tunggu!" Kalea melirik ke arah Gabriel yang masih betah di sofa.

"Lo mau lihat gue ganti seragam?" Gabriel melirik lalu menggeleng pelan. Mau tidak mau ia beranjak dari sana. Sebelum ia benar benar keluar, cowok itu sempat mendengar omongan Kalea.

"Badan gue sakit semua, Let."

"Mana yang sakit? sini biar kita obatin dulu. Ana, kipasin Kalea ya," perintah Letta pada Ana lalu meraih kertas yang ada di meja.

Gabriel bercekak pelan lalu pergi dari sana.

***

"Ngomong-ngomong kalau lo di panggil menghadap kepsek gimana?" tanya Letta.

"Iya gimana, tinggal di jelasin ajah. Kalo kepsek nya gak percaya, gue bakalan bawa semua orang yang di kantin buat buktiin kalau gue gak salah,"

"Berani lo?"

"Berani dong, kayak lo gak kenal gue ajah," celetuk Kalea mulai bangun dari posisi duduknya. Ketiganya mulai melangkah ke luar. Sekolah mulai sepi,sepertinya pembelajaran sudah kembali berlangsung.

Ketika Letta, Kalea dan Ana berjalan di lorong kelas sepuluh, Kalea dikejutkan seorang murid perempuan yang menyodorkan sebuah kotak kue padanya.

"Kak Kalea, 'kan?" tanya perempuan itu. Kalea mengangguk mengiyakan. "Ini ada titipan buat kakak, jangan lupa dihabisin katanya kak."

"Dari sia—" Perkataan Kalea menggantung saat murid itu sudah pergi lebih dulu. Kotak kue itu belum pernah ia lihat sebelumnya. Kalau kakaknya tidak mungkin buat pita pink semacam ini.

"Kotak kue misterius nih ceritanya," kata Ana.

"Yaudah ayok, ayok. Kita makan di kelas. Mumpung ini makanan kesukaan lo. Sayang gak dimakan," ujar Ana.

Ruangan kelas ternyata kosong. Semua murid tidak ada di dalam sana. Lantas kemana mereka semua siang begini.

"Kok sepi, guys. Pantas ajah pas kita jalan kita gak dengar teriakan dari kelas kita sendiri, ternyata kosong tak berpenghuni," cakap Ana.

"Tunggu, Lea!" cegat Letta manarik tangannya. Lea memutar badan menghadap Letta.

"Kaki lo udah baikan," tanya Letta membuat Kalea mengernyitkan dahinya bingung.

"Gue ngerasa gak sakit lagi. Kenapa emang?"

"Gak papa. Efek lo berantam kali ya makanya kaki lo cepat sembuh." Kalea langsung saja menimpuk Letta dengan tangannya.

"Sembarangan lo..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!