NovelToon NovelToon
AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Fantasi Timur / Raja Tentara/Dewa Perang / Ilmu Kanuragan
Popularitas:71.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Hancurnya Istana dan Kotaraja Wuwatan Mas oleh serangan Ratu Lodaya membuat Prabu Airlangga harus mengumpulkan kembali keluarga dan para pengikutnya yang tercerai-berai. Satu tekad nya untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang, membuatnya harus membuat perjanjian dengan Dewa-dewa dari Kahyangan Suralaya tentang nasib anak keturunannya kelak.



Dukungan dari seluruh rakyat Medang juga keluarga besar nya membuat semangat Prabu Airlangga kembali membara untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang seperti para leluhur nya.



Berhasilkah Prabu Airlangga mengembalikan Kerajaan Medang seperti dahulu? Simak selengkapnya dalam kisah AIRLANGGA 2 Dewaraja ring Medang. Di jamin seru dan mendebarkan. Selamat membaca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 1 )

Pasukan Lewa yang terdiri dari prajurit prajurit berjalan kaki dan berkuda diikuti oleh ribuan anggota Alas Larangan. Ini bisa terlihat dari pakaian yang mereka kenakan. Para prajurit Lewa mengenakan jarit dengan warna hijau tua sedangkan para anggota Alas Larangan mengenakan pakaian serba merah, baik itu baju maupun celana pendek nya.

Jumlah keseluruhan pasukan Lewa mencapai 26 ribu orang. 23 ribu orang prajurit dari kerajaan sedangkan sekitar 3 ribu sisanya terdiri dari anggota Alas Larangan maupun para sekutu nya. Sebanyak 11 perwira tinggi dari keprajuritan Lewa memimpin, sedangkan dari Alas Larangan muncul 3 pimpinan utama mereka yakni Pangeran Alas Larangan dan Dewa Langit serta Si Kalajati sang Dewa Angin.

Dari pihak Kerajaan Lewa sendiri, ada 5 kelompok prajurit yang beranggotakan sekitar 4500 orang prajurit dan dipimpin oleh seorang perwira tinggi. Satu kelompok berada di bawah perintah langsung Prabu Panuda dan Patih Mpu Lodra, satu kelompok lainnya berada di bawah kendali Senopati Jaludara, satu kelompok lagi di bawah perintah Tumenggung Wratsangka, sedangkan dua kelompok lainnya ada di bawah perintah Tumenggung Kartareja dan Demung Mpu Nalendra.

Prabu Panuda mengendarai gajah yang merupakan pemberian dari Sang Maharaja Sriwijaya Sri Marawijayottunggawarman, sedangkan pimpinan pasukan lainnya mengendarai kuda tunggangan pilihan yang di beli dari Kepulauan Sunda Kecil. Mereka nampak sudah bersiap untuk bertempur melawan pasukan Medang yang terlihat bergerak mendekat. Begitu berada di jarak tembakan terjauh anak panah, Prabu Airlangga terlihat menghentikan pergerakan pasukan Medang.

Dua Tumenggung andalan yang juga kakak seperguruan dari Padepokan Padas Putih yakni Tumenggung Wanabhaya dan Tumenggung Sakri pun juga Tumenggung Renggopati dan Senopati Mapanji Tumanggala segera mengarahkan kuda mereka ke tempat Prabu Airlangga berada.

"Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang, Gusti Prabu? Seperti nya mereka telah bersiap untuk menghadapi kita", tanya Senopati Mapanji Tumanggala segera.

" Dilihat sekilas dari sini, jumlah pasukan Lewa masih kalah jumlah dengan prajurit kita. Tapi jika dengan jumlah sedikit mereka berani menantang, maka pasti ada sesuatu yang diandalkan untuk membantu penyerangan ", Prabu Airlangga mengerutkan keningnya, berpikir keras apa yang harus ia lakukan.

" Dhimas Prabu tidak keliru..

Orang-orang berbaju merah dari Alas Larangan itu pasti kunci dari kekuatan pasukan Lewa dalam memerangi pasukan kita. Kalau diijinkan, biar pasukan hamba dan adik Sakri yang mengurus mereka ", sahut Tumenggung Wanabhaya sembari menghormat.

" Aku percayakan urusan mengatasi orang-orang Alas Larangan itu pada kalian, Kakang.. ", Tumenggung Wanabhaya dan Tumenggung Sakri mengangguk cepat mendengar titah sang raja Medang.

Prabu Panuda melompat turun dari gajah tunggangan nya dan mendarat pada seekor kuda yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Bersama Patih Mpu Lodra dan Pangeran Alas Larangan berkuda ke tengah medan perang dengan membawa bendera putih. Itupun menjadi pertanda bahwa mereka ingin berbicara dengan lawan.

Melihat hal ini, Prabu Airlangga pun segera memerintahkan pada Senopati Mapanji Tumanggala dan Tumenggung Sakri untuk menemui mereka. Mereka bertiga segera menjalankan kuda tunggangan nya ke arah Prabu Panuda dan kawan-kawan nya berhenti.

"Jadi kau yang bernama Prabu Airlangga yang mengaku sebagai pewaris tahta kerajaan Medang? Masih muda dan belum bersih dari bau kencur hehehe...

Airlangga, aku sarankan pada mu. Mundurlah dari wilayah ku ini. Sebab jika tidak, akan ku hancurkan kau seperti aku menghancurkan mertua mu dulu ", seringai licik penuh kebusukan terukir pada wajah Prabu Panuda.

" Lewa adalah salah satu daerah bawahan Medang, Prabu Panuda..

Kalian bisa merdeka hanya karena Sriwijaya menjadikan mu sebagai raja boneka belaka. Kini mereka telah pergi dan tak mungkin lagi menginjakkan kakinya di bumi Jawadwipa. Maka sudah seharusnya Lewa kembali ke pangkuan Medang, menjadi wilayah kekuasaan yang tunduk dan patuh pada raja Medang.

Aku memberi mu satu kesempatan terakhir. Tunduk pada ku sebagai penerus tahta kerajaan Medang atau binasa dan di cap sebagai pemberontak sepanjang masa. Pilihlah sendiri.. ", tegas Prabu Airlangga segera.

" Tunduk pada mu?! Phhuuuuiiiihhhhh...

Jangan terlalu jumawa, anak muda. Saat kau masih menetek di payudara ibu mu, aku sudah melanglang buana dan mencicipi asam garam kehidupan sebagai prajurit. Aku tidak akan pernah menundukkan kepala ku lagi pada anak cucu Lokapala lagi. Mari kita buktikan, siapa yang lebih handal sebagai ksatria, Airlangga. Aku atau kau yang akan akan menjadi pupuk disini", setelah berkata demikian, Prabu Panuda segera memutar kuda tunggangan nya kembali ke arah para prajurit nya diikuti oleh Pangeran Alas Larangan dan Patih Mpu Lodra.

Pun juga Prabu Airlangga dan Senopati Mapanji Tumanggala serta Tumenggung Sakri segera bergerak kembali ke dalam barisan pasukan Medang. Sesampainya di sana, Prabu Airlangga pun segera memerintahkan pada prajurit peniup terompet tanduk kerbau untuk mulai menjalankan tugasnya.

Thhhhuuuuuuuuuuutttttthh...!!!

Satu kali suara isyarat itu berbunyi, para prajurit Medang yang membawa tameng besi langsung berbaris ke depan. Mereka langsung merapatkan barisan hingga terbentuk sebuah tameng besi memanjang. Di belakang nya, para prajurit pemanah pun segera bersiap. Lalu Tumenggung Renggopati selaku pimpinan prajurit, langsung berteriak lantang.

"Majuuuuuuuu......!!!! "

Begitu aba-aba diberikan, prajurit Medang bertameng besi langsung bergerak maju ke arah musuh. Melihat hal ini, Tumenggung Jaludara selaku pimpinan prajurit Lewa pun segera memerintahkan pada prajurit pemanah untuk bekerja.

Shhhrrrrrrriiiiiinnngggg shhhrrrrrrriiiiiinnngggg!!

Ribuan anak panah membumbung tinggi ke langit hingga menciptakan sebuah warna hitam yang dengan cepat meluncur ke arah para prajurit Medang sebagai hujan anak panah.

Thhhrrraaaannngggg thhhrrraaaannngggg..

Chhhreeeeepppphh crraaaaakkkk!!

Kekuatan tameng besi di tangan para prajurit Medang rupanya mampu melindungi mereka dari hujan anak panah yang ditembakkan oleh pasukan Lewa. Setelah itu para prajurit Medang berganti membalas dengan cara yang sama. Akibatnya ratusan orang prajurit Lewa jatuh bersimbah darah terkena serangan anak panah.

Melihat itu, Prabu Airlangga segera memberi aba-aba dengan mengayunkan tangan kiri nya. Waktu itu, Prabu Airlangga menggunakan taktik perang Wyuha Supit Urang yang membentuk pasukan menjadi 3 bagian besar. Senopati Mapanji Tumanggala yang memimpin pasukan di supit kiri langsung memacu kuda nya ke arah para prajurit musuh. Perang pun seketika berkecamuk dengan sengit.

Di sisi kanan, Pangeran Alas Larangan yang memimpin pasukan Lewa berbaju merah, langsung mengayunkan tangan nya sebagai isyarat untuk maju. Maka sesuai dengan perintah Prabu Airlangga, Tumenggung Sakri dan Tumenggung Wanabhaya segera memimpin pasukan nya untuk memapak mereka.

Suara denting senjata tajam beradu, di sertai rintih kesakitan dari mulut mereka yang terluka ataupun tewas terbunuh senjata musuh langsung terdengar di seluruh penjuru barat bekas Kotaraja Wuwatan. Taj butuh waktu lama, tempat itu telah menebar aroma amis darah dari mereka yang menjadi korban keganasan perang.

Dua orang anggota Alas Larangan langsung melompat seraya mengayunkan pedang nya ke arah Tumenggung Sakri yang masih duduk diatas kuda tunggangan nya.

Shhhrreeeeeeetttt shhhrreeeeeeetttt!!!

Tumenggung Sakri dengan lincah merendahkan diri hingga tebasan pedang dua lawannya hanya menyambar angin kosong di atas tubuhnya. Dia langsung melompat turun dan melawan balik. Dalam dua gebrakan saja, dua orang Alas Larangan ini terbunuh bersimbah darah usai kena tebasan pedang sang murid Padepokan Padas Putih.

Sepuluh orang lainnya dari Alas Larangan mencoba untuk menundukkan Tumenggung Sakri dengan mengepungnya dari berbagai penjuru akan tetapi mereka justru kehilangan nyawa di ujung pedang sang perwira tinggi pasukan Medang.

Melihat keganasan Tumenggung Sakri yang lincah dan berilmu tinggi, salah seorang petinggi Alas Larangan yang berjuluk Dewa Geni langsung melesat ke arah Tumenggung Sakri sembari menghantamkan telapak tangan nya. Sebuah gelombang cahaya merah seperti api menerabas cepat ke arah Tumenggung Sakri.

Whhhuuuuuuuggggggghhhhh!!!

Merasakan adanya bahaya yang mengancam dari belakang, Tumenggung Sakri segera berguling cepat ke depan hingga hantaman cahaya merah panas dari lawan menghantam bekas tempatnya berada.

Bllllllaaaaaaaaaaaaaammmmmmm!!!

. Ledakan keras terdengar berbarengan dengan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke langit. Dewa Geni celingukan mencari sosok lawan nya karena pandangan nya terhalang oleh asap hitam itu. Saat itulah, sebuah suara terdengar di belakangnya yang langsung membuat nya berjingkat saking kagetnya.

"Kau mencari ku?? "

1
Asep Dki
bakalan tambag lgi selir nih airlangga..😆😆😆👍👍👍
andymartyn
gak terbayang bagaimana renggos, doyok ama Bancak kalau ngobrol pasti seru
Esther M
nambah bojo maning kang Ebez....sang Prabu mantabbb...
Idrus Salam
ternyata atas izin Prabu Airlangga, Tumenggung Sakri dapat menggunakan Pedang Naga Api yang menjadikan Mpu Sakri dikemudian hari adalah orang yang menyimpan Pedang Naga Api hingga ke tangan pemegang selanjutnya.
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
lo baca itu gak bangg @🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅 Dyah KencanaWangi.. KencanaWangi.. ini kembaran gw bangg satu biyung tapi beda bopo 🤣 Pendekar berilmu tinggi pulaa.. bukan main dah aah 😊🤭😎
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅: Ouw... lain biyung lain bopo, bilang dong 😅
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾: weh.. adek kembar gw tu... satu biyung lain bopo 😂😂
total 3 replies
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
ha ha ha.. /Facepalm/ /Facepalm/ /Facepalm/

Tumenggung mah bebaass kalo lagi marah, siapa coba yang berani bantah, apalagi ini Tumenggung Renggos, kumis nya aja serem gitu 🤣🤣
arumazam
seraanghhhh
saniscara patriawuha.
calon bojone sopo iku.... mang eBeezzzz
Eddy Airborne
mantap
Andbie
sip lanjut
Heryala Hery
Heaamm,nnt kamu Dyah kencanawangi jatuh cinta pulak sma Prabu Airlangga,mana mo nantang berkelahi pulak lagi.. 🤔🤔🤔👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Tuh kan kayu gak salah ditendang sama Tumenggung Renggos 😅
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Tumenggung Renggos jangan disuruh berpikir nanti timbulnya emosi, mending disuruh kerja aja pasti rampung 😁
Muchtar Albantani
nambah selir
AbhiAgam Al Kautsar
siagakan barisan
Windy Veriyanti
mung sak nyuk'an...wis entek...😁
to be continued
Nuno Devilito
tambah seru thor...trm ksh updetny
Eddy Airborne
lanjutkan
Windy Veriyanti
Salah satu ajian favoritku...Ajian Waringin Sungsang 👍👏
ajian yang nantinya dipakai oleh Panji Watugunung dan keturunannya
Windy Veriyanti
pilihan yang bijak, Warok Siman 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!