NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Night

Seseorang mengendap-endap memasuki sebuah rumah yang tampak lenggang dan sepi. Tampaknya seluruh penghuni rumah sudah terlelap.

Penyelundup tersebut seperti sangat memahami seluk beluk isi rumah. Memasuki sebuah kamar. Meneteskan sesuatu pada diffuser dan menyalakannya.

Kamar tersebut gelap karena dimatikan lampunya. Penyelundup tersebut berjalan dengan mengendap.

"Putra?" Panggil wanita yang terdapat di pembaringan. Sehabis mencium aroma yang keluar dari diffuser membuat dirinya berhalusinasi,"bukankah kau keluar kota?"

Sesuatu yang membuat dirinya bergerak agresif menyentuh pria yang menaiki pembaringannya dan berada di sebelahnya. Keduanya saling melepaskan busana yang mereka kenakan. Dan mereka pun bergumul walaupun perut buncitnya menghalanginya dan tidak bisa membuatnya bergerak dengan leluasa.

Keesokan paginya. Kepalanya masih terasa pusing. Matahari menyeruak. Tempat tidurnya terlihat acak-acakan. Tidak ada siapa pun kecuali dirinya sendiri.

Apakah Putra keluar kota hanya akal-akalan? Mengapa harus sembunyi-sembunyi seperti itu? Mereka adalah suami istri.

Matahari semakin tinggi. Wanita itu memutuskan ke dapur dan membuat sarapan paginya.

Artnya yang sudah bangun lebih dahulu, Suci. Sedang menyiapkan bahan makanan untuk dibuat sarapan pagi.

"Kau akan membuat sarapan apa?"

"Nasi goreng nyonya."

Wanita itu menuang chia seed ke dalam gelas. Mencampurkan oatmeal dan yoghurt ke dalamnya.

"Masaknya pake air fryer saja ya supaya tidak banyak minyak."

"Baik, nyonya."

"Apakah suamiku ke rumah tadi malam?"

"Sepertinya tidak, nyonya. Suami anda bukannya keluar kota?"

"Hmm, ya..."

Dirinya berinisiatif melihat rekaman cctv di rumahnya pada gadgetnya. Tidak ada hal yang mencurigakan. Tidak ada orang yang memasuki rumahnya jika melihat tangkapan cctv tersebut. Semuanya tampak normal. Atau mungkin tidak terekam cctv?

Sepertinya ada beberapa bagian yang tampak rusak. Atau sengaja dirusak? Mungkinkah Putra menyusup dan merusak cctv untuk menghindari kecurigaan?

Bel pintu rumahnya berbunyi dan ternyata Raka.

"Apakah kau baik-baik saja?" Wajah Raka tampak cemas melihat wajah Miranti yang pucat.

"Aku kurang tidur semalam. Kupikir Putra menyelinap masuk ke rumahku tadi malam."

"Benarkah? Bukankah dia ada di luar kota?"

"Aku pikir begitu. Coba kau lihat ini?" Dia menunjukkan hasil tangkapan cctv di gadgetnya.

"Tampaknya ada yang merusak cctv mu diantara waktu tersebut."

"Menurutmu siapa?"

"Kau mencurigai suamimu? Tapi untuk apa?"

"Tidak tahu. Dia kerap bertindak aneh. Kau kan tahu bagaimana dia. Mungkin Gayatri sangat cemburu setiap dia mendatangiku."

"Mungkin saja."

"Ada apa kau kemari?"

"Melihat keadaanmu tentu saja. Tuan Putra menitipkan mu padaku."

"Tetapi kau tidak perlu mengecek setiap saat."

"Sudah menjadi kewajiban ku."

"Apakah Gayatri seorang wanita yang baik? Apakah dia wanita yang sangat pencemburu?"

"Terus terang aku tidak tahu."

"Kupikir dia seorang wanita yang sangat pencemburu."

"Mungkin saja. Hampir tidak ada wanita yang mau berbagi suami."

"Ya, kau benar. Jika bukan karena janin yang sedang ku kandung. Aku sudah sangat ingin meminta cerai darinya."

"Jangan memikirkan dirimu sendiri."

"Hubunganku dengan Putra sangat sulit. Kau kan tahu sendiri. Seperti mendaki gunung yang sangat tinggi. Aku sangat lelah." Ujar Miranti memijat keningnya,"kami tidak pernah bisa benar-benar bersama."

Raka memilih untuk mendengarkan. Suci menuang nasi goreng yang dimasaknya di air fryer ke dalam piring untuk kedua orang di hadapannya. Menuangkan jus jeruk ke dalam gelas yang diambilnya dari kulkas.

"Sepertinya lebih baik aku menikahi mu!" Ujar Miranti tiba-tiba.

Raka tersedak mendengar ucapan Miranti. Melap mulutnya dengan tissue yang tersedia di atas meja peninsula milik Miranti yang terbuat dari marmer.

"Jangan berkata seperti itu. Putra bisa membunuh kita berdua jika itu terjadi." Ujarnya kembali menyuap nasi gorengnya.

"Kau yang selalu ada di dekatku. Menjagaku. Sedangkan dia selalu sibuk. Bahkan mewakili akad nikah kepadamu."

"Saat itu dia tidak bisa menghadiri pernikahan sirinya denganmu. Kau kan tahu dia sedang sibuk kuliah dan bekerja. Ayahnya sangat keras kepadanya. Karena dia akan mengurus kerajaan bisnis keluarganya serta amanah yang diberikan bekas kerajaan Padjajaran kepada keluarganya. Mereka bukan satu-satunya tuan tanah yang mendapat amanah dari kerajaan tetapi mereka salah satu dari sekian banyak tuan tanah yang dititipi kerajaan untuk menjaga harta serta keturunan mereka."

"Ya, aku tahu. Dia memiliki beban yang berat di bahunya. Tapi tetap saja. Seharusnya dia meluangkan waktunya seperti kau meluangkan waktumu untukku."

"Dia selalu berusaha meluangkan waktunya untukmu."

"Kau selalu membelanya!"

"Itu fakta!" Ujar Raka,"kau bahkan tidak mau berada di ruang yang sama denganku saat akad nikah."

"Kau bukan Putra. Aku merasa risih. Seperti menikahi orang lain. Lebih baik ku percayakan saja padamu dan ayahku."

"Tidak usah duduk berdampingan denganku. Berada di dalam ruangan yang sama. Hanya, ayah, kakak-kakak dan ibumu yang hadir menyaksikan."

"Aku tidak bisa! Hari itu adalah hari yang paling menyedihkan bagiku. Aku, Maman, Jaka dan yang lainnya menemaniku bermain basket. Mereka berusaha menghiburku. Mungkin kau tidak bisa mengetahui bagaimana perasaanku saat itu. Hari yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia dalam hidupku sekaligus menjadi hari yang terasa tragis dan menyedihkan."

"Dia tidak bisa menunda pernikahan tersebut. Khawatir kau akan direbut orang lain."

"Aku merasa tersanjung dengan semua yang dia pikirkan dan rasakan kepada ku. Tetapi kenyataannya, aku merasa sesak nafas menjalani hubungan ini. Sangat bertolak belakang apa yang dirasakan dengan yang dilakukan. Aku tidak bisa benar-benar merasakan cinta apalagi kebersamaan."

"Apakah kau tidak ingin mengetahui siapa yang mendatangiku tadi malam?"

"Aku seperti melihat Putra." Jawab Miranti tidak yakin.

"Kalau begitu kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun jika itu suamimu sendiri."

"Hanya saja mengapa dia berlaku sangat aneh? Oh iya, dia juga menyalakan diffuser seperti yang selalu ku nyalakan jika kami ingin bersama."

"Mungkin dia ingin membuatmu nyaman."

"Mungkin juga. Kau tidak perlu membahas ini dengannya. Aku tidak ingin membebani pikirannya. Terlalu banyak beban yang harus dia tanggung."

Raka menatap wajah Miranti sendu.

"Mengapa kau melihatku seperti itu?"

"Kau sangat dewasa."

"Aku bukan dewasa. Aku meniru Gayatri. Putra sangat menyukainya karena dia menghargai apa yang seharusnya menjadi space Putra. Aku tidak mau banyak berpikir. Everything happen for the reason. Right?"

"Percaya atau tidak. Kau sudah tumbuh dewasa. Menjadi wanita yang berbeda dan mau memahami orang lain."

"Aku hanya menginginkan kedamaian dan ketenangan terutama hubunganku dengan Putra."

"Apa kau tidak merasa menjadi diri sendiri jika kau berusaha meniru Gayatri?"

"Buat apa menjadi diri sendiri jika hanya menyusahkan?"

"Jangan berkata seperti itu!"

"Memang itu kenyataannya kan? Kau bisa menghitung sendiri frekuensi Putra menemui ku. Dan kami selalu bertengkar karenanya. Dengan tidak mempermasalahkannya dan menerima semua keanehannya. Tidak hanya memudahkannya tetapi juga memudahkan ku.Hidupku terasa lebih damai."

Raka seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi kembali menelan kata-katanya.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Seandainya tidak ada Putra. Apakah mungkin kau menyukaiku?"

"Mengapa kau berkata seperti itu?"

"Jawab saja pertanyaan ku."

Miranti diam sejenak. Menarik nafas serta menghelanya.

"Mungkin saja. Sekarang ini saja, aku sudah merasa. Berhubungan dengan Putra apalagi menikahinya adalah satu kesalahan besar."

"Benarkah?"

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!