NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Azzam melotot, kepala Anna hampir kena pukul. Dia langsung memukul pria bernama Rustam sampai jatuh tersungkur ke kursi besi saat istri Rustam berteriak minta tolong.

Azzam menarik kemeja bagian depan Rustam, hingga lelaki itu sedikit bangkit dan tangan kiri yang penuh bertenaga itu bertubi-tubi melepas bogeman mentah dengan tangan kiri begitu cepat sampai wajah Rustam memar keunguan.

Security mulai berdatangan dan para pengunjung yang tadi duduk mulai berdiri untuk mendapat tontonan yang lebih baik.

Anna membebaskan pergelangan tangan kanan dari genggaman Damar. "Stop Bang Azzam!". Dipukuli punggung Azzam dengan sakit hati. "Berhenti aku mohon! Jangan sakiti dia!"

"Jangan pukul Mas Alam!" teriaknya dengan tangisan kesakitan, seakan dia yang menerima pukulan. Ia melihat uminya berhasil memisahkan mereka saat telinga Anna terasa mulai tuli.

Dalam pelukan umi kini Anna hanya melihat Mas Alam yang dirangkul perempuan berbadan besar yang katanya hamil 7 bulan, yang mulai berjalan menjauh.

Lutut Anna lemas, jiwanya seolah-olah ikut lenyap dengan kepergian sang pujaan hatinya yang dibawa kabur perempuan lain. Namun, dia sadar dengan kenyataan pahit itu, dia tak bisa berbuat apa-apa karena dia menyadari bukan siapa-siapa lagi dalam hidup lelaki itu. Dadanya begitu sesak hingga dia mulai kehilangan pijakan.

"Mas Alam, kalau Anna pakai kerudung gini cocok nggak?" Tanya Anna saat di pasar Tanah Abang. Dengan gerakan cepat mengalungkan pashmina warna nude hingga menutupi rambutnya. Dua ujung selempang di lempar ke punggung. "Kata Winda aku cantikan begini!"

Alis Alam terangkat saat penjual bilang cantik dan bahkan itu katanya itu diskon 30 persen. "Tapi kamu lebih cantik dengan kaos dan jeans press body gitu. Itu kalau menurut Mas. Rambut panjangmu sepinggang hitam berkilau begitu alami jadi untuk apa ditutupi? Nanti jadi kusam!Mas bangga punya pacar cantik loh."

Anna memanyunkan bibir dan dengan lemas lalu melepas pashmina. Pandangannya kosong saat melipat itu dan menaruhnya dengan wajah murung. Namun , dia tersenyum lagi begitu pucuk kepalanya dielus dan dicakari dengan lembut oleh sang kekasih.

"Ayo, katanya mau beli sarung buat ulang tahun abi. Pilih warna mana? Kamu yang pilih. Mas sudah pilih baju kokonya loh." Alam merangkul pinggang Anna, saat tangan lain mengelus dagu sendiri tampak bingung memilih warna dan corak.

Sesampai di tempat nongkrong Rustam jam 7an malam. Anna memegangi bungkusan kado dengan senyum-senyum sendiri. Dua sikutnya bertumpu pada jok motor Ducati, secara harafiah dia setengah membungkuk, sampai Rustam tiba-tiba menarik pinggangnya. Membuat ia berdiri lurus akibat tersentak oleh pelukan Rustam dari arah belakang.

"Mas, malu! Lepas!" lirih Anna serasa jantungnya berhenti berdetak.

"Kenapa malu? Kamu sudah terima lamaran Mas? Keluarga kita juga setuju. Teman-teman Mas sudah tahu. Tuh lihat pada iri sama Mas kan. "

"Ih, geli!" geram Anna berusaha melepaskan tangan Rustam karena perasaan merinding hebat yang aneh . Bisa-bisa dia kena omelan abi kalau ada yang lihat ini lapor ke abi. "Lepas atau Anna nggak mau keluar bareng lagi-"

"Iya-iya uh pelit kamu Sayang?" Alam menjewer kedua pipi Anna lalu mengecupi keningnya.

"Mas Alam! Itu kang parkir liatin!"

"Yasudah ke rumah Mas aja yuk! Bapak Ibu lagi pergi. Nggak da yang liatin!"

"Enggak ih, nggak boleh kata abi, nggak boleh berduaan kalau belum halal." Anna bergidik.

"Mas cinta kamu kok, Dek. Mau ya? Sebentar aja, Mas nggak ngapa-ngapain ini. Cuma ambil kado dari ibu, buat abi."

"Kado?" Mata Anna membulat dan percaya saja. Mereka pun pergi ke rumah Rustam. Anna menggigit bibir bawah saat tangan Rustam memutar kunci pintu rumah. "Mana bibik?"

"Sudah istirahat di kamarnya. Sini masuk !"

Anna melangkah dengan berat. Dia akan duduk di sofa tamu tetapi ditarik kembali. "Ijh, aku di sini saja!"

"Ayo, hadiahnya ada di kamar ibu!"

Jantung Anna berdebar tetapi tak kuasa menolak karena tatapan menuntut itu. Dia mengambil hape dari saku setelah bergetar tetapi langsung raib di tangan Alam.

"Mas bilang apa, Mas nggak suka kalau kamu main hape saat bersama dengan Mas!" Alam membaca layar ponsel Anna tanpa Anna boleh melihatnya.

"Itu dari Abi ya Mas? Pasti Abi sudah nanyain Anna di mana."

"Iya. tapi, abi bukannya sudah percayain kamu ke Mas."

"Emh." Kaki Anna membeku saat akan ditarik ke kamar yang baru dibuka. Kamar gelap di lantai dua. Anna melirik ke sekitar. Tarikan Alam sedikit kuat. "Mas, Anna tidak boleh masuk kamar orang_"

"Ini kamar mertuamu. Kalau kita udah nikah kamu juga bakal sering masuk sini," kata Alam terdengar gemas.

"Iya tapi kita belum nikah, nggak sopan. Kalau ibu dan bapak tahu, lalu!" Anna menganga karena dirinya melayang setelah ditarik ke dalam ruang gelap. "Mas!"

"Ikuti dulu!"

"Mas mau apa! Lampunya!" Anna gelagapan, mendadak sumuk dan sesak. Tangan Alam begitu kuat. Harum parfum arab memenuhi kamar calon mertuanya. Dia terkejut dadanya membentur punggung Rustam lalu mendengar kunci diputar. Seketika cahaya lampu dari luar menerobos ke dalam.

Anna ternganga sambil berjalan ke balkon yang menghadap ke lapangan luas. Dia langsung melompat karena pelukan dari belakang yang tiba-tiba. Tanpa punya waktu Anna terkesiap oleh getaran aneh di sekujur tubuhnya. Getaran aneh membuat Anna kemudian harus kehilangan ciuman pertamanya manakala manik mata silver itu menatapnya dengan begitu redup. Dua tangannya di depan dada terperangkap satu tangan Rustam saat telapak tangan kanan Rustam masih menahan lehernya.

Saat itu pikiran Anna hanya ada ketakutan bila ketahuan bapak camer yang kumisnya bikin dia bergidik, belum lagi ibu camer yang rambutnya keriting tetapi matanya begitu tajam.

"Mas, ayo pulang!" pekik Anna melepaskan diri dari ciuman beringas itu saat mendengar getaran panjang hapenya yang ada di saku jaket kekasihnya.

"Huh?" Rustam memutar badan Anna hingga menghadapnya. Dia memerangkap Anna dengan kedua tangannya kemudian Anna meraba jaketnya dan meraih ponsel.

"Anna sudah setengah delapan kamu tidak tahu waktu, Ya Nak! Pulang!" bentak Abi membuat Anna langsung berkedip ngeri dan menahan nafas, padahal satu detik lalu napasnya ngos-ngosan seperti maling dikejar warga. Ia merinding luar biasa karena abinya terlanjur marah.

"Iya Abi, ini Ana mau pulang!" bisik Anna dengan sering menahan nafas. Ia malu luar biasa karena Alam malah senyum-senyum sendiri.

"10 menit! Atau Abi kunci gerbang!"

"Abi harusnya 15-" Anna melirik ponselnya, panggilan abi terputus. Dia menghela napas kasar dengan cemberut, tetapi lalu bernafas cepat karena kembali ciuman manis itu tak bisa terhindarkan, menyala menggetarkan jiwanya sampai di ubun-ubun. Anehnya dia seperti baru menemukan 1000 energi tersembunyi. "Mas anterin cepat!"

Rustam memanyunkan bibirnya. "Peluk Mas, kalau nggak, Mas nggak anterin- Awww!"

Anna mendorong Rustam yang kesakitan setelah hidung lelaki itu dijedukin kening Anna. Wanita itu terkikik dan lekas berlari menuruni tangga dengan dikejar Rustam.

Namun, saat Rustam merasa menangkap tangan Anna, tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka. Sepasang sejoli itu terkejut dengan kehadiran kedua orang tua Rustam.

"Ibu, Bapak .... Assalamualaikum," walau Anna berusaha mengeluarkan suara , tapi ketakutan membuat suaranya terdengar seperti cicitan.

Bapaknya Rustam melirik Anna lalu melewati Anna begitu saja, Anna merasa bapak camer tengah menghadapi masalah besar karena langkah yang tak biasa dan bahu merosot.

"Hai Ann, Tante dan Om masuk dulu ya," suara ibu camer sangat dingin. Rustam saja sampai menoleh ke belakang dengan wajah penasaran, yang tadi menjahili Anna langsung berubah serius.

Rustam mengantarkan Anna dengan membawakan martabak manis yang ternyata udah dipesan Rustam. Anna terkejut karena kekasihnya bilang itu martabak dari orangtuanya, apa ini yang dimaksud Rustam hadiah itu, kalau begitu ngapain tadi pakai ke rumahnya.

Besoknya Rustam tak bisa dihubungi, begitu juga dua hari selanjutnya justru hp sang tunangan dalam keadaan nonaktif.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!