Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Merasa sudah sedikit membaik. Laura mulai membuka suara. Ia menatap di sekeliling tempat itu. Laura turun dari mobil dan ia mendekati Adrian yang sudah terlebih dahulu duduk di tepi danau.
"Terimakasih!" ucap Laura singkat.
Adrian menoleh. "Kau sudah lebih baik?" tanya nya.
Laura duduk di samping Adrian. Ia menatap danau itu. "Bisakah kau menolongku?".
Adrian terdiam lalu menatap Laura intens. " Apa maksudmu?".
"Aku ingin bercerai dan ingin meninggalkan tempat ini!" ungkap Laura.
Adrian sedikit terkejut mendengar hal itu. Namun ia tak ingin menanyakan alasannya sekarang.
"Baiklah! Aku akan membantu mu".
Sementara di rumah Damian bertengkar dengan ibunya. Damian masih saja mencurigai Laura. Ia kekeh pada dugaannya.
Tuduhan demi tuduhan dia lontarkan untuk Laura. Mendengar hal itu ibunya sangat berang.
" Kau sungguh keterlaluan! Kau benar-benar akan menyesali perbuatanmu ini. Dan aku harap jika kau inginkan Laura kembali kau sudah kehilangan dia selamanya" .
Setelah puas mengatakan hal itu, nyonya Laurent segera meninggalkan Damian yang masih mematung di sana.
"Kenapa omah bertengkar? Dan omah tahu, dari tadi Abel mencari mama tapi tidak ada" ucap gadis polos itu.
Nyonya Laurent mensejajarkan tubuhnya. Ia mencoba menjelaskan sedikit tentang Laura. Mendengar hal itu Abel belum mengerti namun Abel tak lagi menanyakan keberadaan ibunya.
"Kapan mama akan kembali?".
" Nanti kita hubungi ibu mu. Untuk saat ini kau harus bersiap, bik Rum akan mengantarmu. Oke"bujuk nyonya Laurent.
***
Sudah 1 minggu sejak kepergian Laura. Kini Laura sudah berada di negara kelahiran Adrian. Laura tinggal bersama dengan pria itu. Walau awalnya sedikit ragu. Namun Laura tidak punya pilihan lagi.
Adrian menghubungi Bastian adiknya. "Bagaimana Bas, apa surat perceraian sudah di kirimkan?".
Bastian sudah mengirim surat cerai Laura ke kantor Damian.
tok tok tok
" Tuan, ini untuk anda"ucap Toni sambil memberikan amplop berwarna coklat itu.
Damian mengambilnya, kemudian ia membuka amplop itu. Batinnya terasa sesak, namun ia mengingat dengan kehamilan Laura. Tanpa berpikir panjang ia menandatangani surat cerai yang dilayangkan Laura kepadanya.
"Toni bawa pergi amplop ini!" titahnya.
Damian menatap cincin yang ada di jari manisnya. Tak berapa lama ia melepas cincin itu dan menyimpannya dalam laci.
Tak menunggu waktu lama. Kini mereka sudah benar-benar bercerai. Laura sudah menerima surat cerainya. Ia tak lagi menangisi hal itu. Ia hanya fokus pada kehamilannya.
"Bagaimana keadaanmu Laura?" tanya Adrian.
"Aku baik! Terimakasih atas bantuanmu Adrian. Aku berhutang padamu".
" Kau tidak perlu sungkan, sudah ku katakan sejak awal. Jika kau memerlukan bantuan ku, aku akan siap membantu mu".
Mendengar hal itu, Laura kembali mengingat awal pertama mereka bertemu. Dan hal itu membuat Laura merasakan rindu kepada putrinya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Adrian begitu melihat raut wajah Laura berubah seketika.
Laura menarik nafasnya pelan. "Aku merindukan putriku".
Sementara Abel kini semakin giat dengan les pianonya. Nyonya Laurent mengatakan jika ia sudah menjadi seorang pianis ibunya akan menemuinya. Tentu hal itu membuat Abel bersemangat.
Setelah Laura merasa dirinya sudah lebih baik. Laura mencoba menceritakan semua yang telah terjadi kepada Adrian..
"Adrian, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu".
Adrian mendekat dan duduk di dekat Laura. " Ada apa. Kau mencemaskan sesuatu?".
Laura mulai menceritakan semua yang terjadi. Hal itu membuat Adrian geram. Rahangnya mengeras. Ada sedikit rasa senang namun ia tak mengabaikan perasaan Laura yang kini telah hancur. Adrian benar-benar kecewa dengan sikap rivalnya itu.
Adrian akan berusaha mengambil hati Laura. Dalam hatinya ia akan membuat wanita yang saat ini berada di hadapan nya hidup bahagia. Ya! Sejak pertama kali bertemu Adrian sudah jatuh cinta padanya.
Kali ini Adrian akan menepati kata-kata nya. Ia akan menjadikan Laura miliknya seutuhnya.
