NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

Ia tersenyum senang saat mendengar jawaban dari Pak Dimas mengenai pengalaman ke taman hiburan. Ia bangkit setelah es krim miliknya telah ia lahap habis. Sedangkan Pak Dimas belum menghabiskan es krimnya.

“Apa itu rasa kiwi juga, Pak Dimas?”

“Iya.”

“Pak Dimas tidak suka?”

“Pertama kali saya coba.”

Ia bisa melihat bahwa rasa itu bukan selera dari Pak Dimas. “Jika Pak Dimas tidak suka, bisa berikan pada saya.”

“Tidak perlu. Jika kamu mau lagi, biar saya belikan.”

“Tidak-tidak, Pak. Saya hanya mau membantu, Pak Dimas.”

Pak Dimas memandang es krimnya. “Kamu yakin, ini bekas saya?”

“Tidak apa-apa.”

Akhirnya Pak Dimas memberikan es krim tersebut kepadanya. Ia tentu menerima dengan lapang dada. Mereka melanjutkan perjalanan, menuju permainan selanjutnya.

“Kenapa kamu suka rasa kiwi?”

“Karena salah satu aktor favorit saya, Pak. Soalnya dia selalu digambarkan seperti kiwi, jadi saya penasaran, eh nyoba, rupanya suka.”

“Sesederhana itu?”

Ia mengangguk. “Iya. Sesederhana itu. Rasa suka kan emang sederhana, Pak. Cuma manusia aja yang mempersulitnya.”

***

Permainan terakhir tiba. Ia diam menatap tata cara permainan yang dipaparkan oleh seorang pemandu.

“Bagaimana? Apa kalian ingin mencoba?”

Ia segera menggeleng. Permainan ini baginya tidak bisa dimainakan. “Tidak. Terimakasih.”

Ia hendak melangkah pergi namun segera tertahan saat Pak Dimas bersuara.

“Mau kemana?”

“Kita pulang saja, Pak. Permainan ini tidak cocok untuk kita.”

“Benarkah? Kita memenuhi syarat.” unjuk Pak Dimas pada papan persyaratan permainan.

Memang benar mereka berdua lulus dalam syarat permainan, namun cara permainan baginya tidak cocok untuk status dirinya dan Pak Dimas.

“Ini permainan sepasang kekasih, Pak. Kita tidak bisa.”

“Tidak ada syarat seperti itu.”

Pak Dimas masih kukuh dengan keyakinannya. Padahal Azzalea berpikir bahwa pria itu yang akan duluan menolak permainan ini, tapi malah sebaliknya.

“Mari kita coba.”

Ia bukan takut akan kalah dalam permainan ini, ia hanya takut jantungnya tak dapat dikontrol. Sejak tadi mereka sudah berhasil memenangkan 4 permainan karena ke kompakkan mereka. Tapi, ia berpikir kembali, ini kesempatan yang belum tentu datang lagi. Ia tidak boleh menyia-nyiakannya.

“Baik. Mari kita coba.”

Dalam permainan ini, bukan hanya mereka berdua yang menjadi peserta. Ada 5 pasangan peserta yang ikut. Ia bisa melihat mereka berlima memang sepasang kekasih. Permainan seperti ini tentu menyenangkan bagi mereka.

Pak Dimas mengambil stick rasa vanila dari beberapa jenis stick yang disediakan panitia. Azzalea hanya bisa menelan salivanya sendiri menatap stick tersebut. Permainan ini sangat mudah, hanya mencari yang terpendek dalam menggigit stick tersebut dari dua sisi.

“Baik. Semua peserta silahkan meletakkan stick di bibir.”

Azzalea melirik-lirik sedikit para peserta lainnya. Mereka seakan biasa saja, malah terlihat senang. Sedangkan dirinya menegang. Ditambah Pak Dimas menatap dirinya lebih dalam dari biasanya saat menyodorkan stick kepadanya.

Ia mengambil stick itu ragu-ragu lalu meletakkannya dibibir, namun segera melepaskannya kembali.

“Tidak. Saya tidak bisa, Pak.” ucapnya yang kembali ragu.

“Kenapa? Kamu gerogi?”

Azzalea mengangguk.

“Fokus ke saya aja. Biar gak gerogi.”

Azzalea ingin menghilang dari bumi, usulan macam apa itu.

Peserta yang lainnya sudah mulai. Pak Dimas yang memiliki jiwa tak ingin kalah segera bertindak. Azzalea kembali meletakkan stick dibibirnya, begitu juga dengan Pak Dimas mengambil ujung stick yang berlawanan. Jarak mereka semakin mendekat seiring stick itu dilahap. Azzalea yang hendak menyudahi malah tertahan. Pak Dimas menahan tengkuk kepala Azzalea dengan salah satu tangannya agar sang gadis tidak berhenti, mereka harus menang.

Jantung Azzalea semakin tak karuan ketika Pak Dimas menghapus jarak diantara mereka. Ia hanya bisa menutup kedua mata di detik terakhir.

“Selesai!”

***

“Selamat kepada pasangan nomor 3.”

Azzalea dan Pak Dimas memenangkan permainan ini. Stick mereka menjadi yang terpendek. Hadiah pun diberikan. Boneka beruang yang begitu besar. Tak lupa panitia meminta mereka berfoto untuk meninggalkan kenangan.

Pipi Azzalea masih merona setelah semuanya selesai. Sepanjang jalan menuju parkiran ia hanya bisa menatap lurus pada boneka beruang sebesar bayi 2 tahun yang ia pegang.

“Kamu mau es krim, Azza?” tanya Pak Dimas memecahkan keheningan diantara keduanya.

“Ah, tidak, Pak.” jawabnya singkat tanpa menatap sang guru yang berjalan disebelahnya.

“Kamu lapar?”

Langit semakin menggelap. Tidak terasa ternyata mereka telah menghabiskan waktu yang begitu lama di dalam taman hiburan.

“Mau beli cemilan sebelum pulang?”

Ia berpikir sejenak. “Beli apa, Pak?”

“Jagung bakar?”

Mendengar hal tersebut, ia merasa senang. “Boleh.”

***

Satu hal yang membuat ia tidak bisa menolak perasaan senangnya saat bersama Pak Dimas. Gurunya ini sangat menyenangkan. Apa pun akan dilakukan sang guru agar orang-orang yang berada disekitarnya merasa nyaman.

Sebelum malam bahagia ini berakhir, ia dan Pak Dimas menyantap jagung bakar di pinggiran kota X yang menenangkan. Banyak pedagang cemilan malam di daerah itu, namun Pak Dimas memilih diantara penjual tempat yang nyaman dan tidak berisik untuk mereka berdua dapat menikmati bintang di langit yang indah.

“Gimana hari ini, Azza? Kamu senang?”

“Senang banget, Pak. Udah lama saya gak rasain suasana begini. Apalagi duduk menikmati jagung bakar.”

“Saya senang dengarnya.”

“Pak Dimas..”

“Iya?”

“Hal apa yang biasa Pak Dimas lakuin buat membangun semangat dalam menjalani hari esok?”

Pak Dimas mengunyah pelan jagung dalam mulutnya.

“Untuk khususnya tidak ada. Saya hanya mencoba meluangkan waktu istirahat sedikit untuk tubuh yang bersiap untuk menyambut hari esok, contohnya seperti hari ini. Tapi saya jarang melakukannya.”

“Apa Pak Dimas, jarang ambil cuti?”

“Iya. Dalam lima tahun terakhir, saya belum ada mengambil cuti tahunan.”

“Wah, Pak Dimas sangat hebat.”

“Bukan begitu, saya hanya tidak tahu harus menghabiskan waktu cuti dan liburan saya untuk apa dan siapa.”

“Untuk orang tercinta, Pak Dimas nanti.” celetuk Azzalea.

Tak ada respon dari Pak Dimas yang Azzalea lihat. Pria itu hanya fokus menghabiskan kembali jagung bakar miliknya.

“Apa Pak Dimas pernah berkencan?”

“Sudah selesai makan jagungnya?” balas Pak Dimas yang tidak menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.

Azzalea menguburkan niatnya yang ingin mengetahui latar percintaan Pak Dimas, ia merasa pria itu tidak suka membahas hal seperti ini. Namun, entah mengapa ia merasa kurang suka akan sikap yang diberikan Pak Dimas.

Azzalea mengangguk menjawab pertanyaan Pak Dimas tanpa senyuman sedikit pun.

“Mari pulang.” ajak Pak Dimas dengan senyum tulus, tapi bagi Azzalea itu sedikit menyebalkan.

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!