"Kamu itu milik saya, seluruh tubuh kamu juga milik saya! Hanya saya yang boleh menikmatinya."
~ Vicky Salvino
•••
Azila Anastasya, sosok gadis cantik berusia muda itu harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya merupakan incaran dari sosok lelaki yang tak lain adalah ayah sahabat dekatnya sendiri. Azila tentu tak percaya, kehadirannya ke rumah sahabatnya justru menjadi awal mula malapetaka ini terjadi.
Vicky Salvino, duda tampan kaya raya yang telah bertahun-tahun ditinggal sang istri itu sudah lama tak merasakan kenikmatan duniawi. Sebab itulah Vicky mengincar Azila, teman dari anaknya. Sejak lama Vicky mengagumi gadis itu, bahkan ia bertekad memiliki Azila seutuhnya.
Mampukah Vicky mewujudkan keinginannya?
Atau justru Azila dapat kabur dari kejaran lelaki itu?
Baca yuk kelanjutan kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Berhasil kabur
Vicky tersenyum dan memandangi wajah sang gadis yang baru masuk ke dalam ruangannya itu, ia sangat senang karena akhirnya dapat kembali melihat dan bertemu dengan wanita yang ia sayangi.
"Halo, Azila!" ia menyapanya, lalu bangkit dari kursi yang tadi ia duduki.
Azila yang masih berdiri disana cukup terkejut mendengar suara bosnya, entah kenapa ia seperti tidak asing dengan suara tersebut.
"Su-suara itu kok kayak aku kenal ya? Jangan-jangan..."
Perlahan Azila mengangkat wajahnya, ia ingin memastikan bahwa dugaannya itu tidak salah. Deg... Benar saja, ternyata memang dialah yang berada di depannya dan tadi menyapanya.
Namun, Azila sangat bingung dan heran bagaimana bisa Vicky berada disana? Di kantor yang sama dengannya, apakah mungkin jika Vicky adalah calon bosnya alias pemimpin perusahaan itu?
"Azila, kenapa kamu malah diam disitu? Ayo duduk, kita akan segera mulai wawancaranya!" ucap Vicky dengan lembut.
Azila menggelengkan kepalanya dengan kuat, tentu saja ia tak mau berurusan lagi dengan pria itu. Ia sudah kapok, apalagi karena Vicky lah hubungan persahabatan antara dirinya dan Ceisya menjadi kacau.
"Gak gak, ini gak mungkin. Jadi om pemilik perusahaan ini?" ujar Azila tampak syok.
"Ya tentu, memangnya kenapa sih zila? Kamu gak percaya kalau saya pemimpin perusahaan ini? Silahkan, kamu lihat nama dan foto-foto di ruangan ini!" ucap Vicky.
Azila reflek mengedarkan pandangannya, ternyata benar terdapat banyak sekali foto pria itu di setiap dinding sudut ruangan itu. Tak hanya itu, bahkan namanya juga terpampang jelas disana.
"Vicky Salvino Gregorius..." lirihnya, lalu kembali menatap wajah pria itu.
Vicky tersenyum saat Azila menyebut namanya, ia semakin tidak sabar untuk bekerja dengan wanita yang ia sayangi. Ia sudah membayangkan sejak kemarin, bagaimana jadinya jika Azila telah resmi menjadi sekretaris pribadinya.
"Ya sayang, itu nama lengkap saya. Kamu pasti kaget ya? Maaf, tapi memang biasanya orang-orang disini selalu panggil saya dengan sebutan 'pak Sal' dan itu juga suatu keuntungan buat saya," ujar Vicky.
"Maaf juga ya om, tapi aku kayaknya gak jadi melamar pekerjaan di tempat ini. A-aku bakal tarik semuanya," ucap Azila.
"Maksud kamu gimana sih Azila? Gak bisa begitu dong, saya ini lagi butuh banget sekretaris. Dari semua yang melamar, cuma kamu yang paling sesuai dengan kriteria saya, Azila. Jadi, tolong ya kamu tetap lanjut dan jangan mundur! Saya janji akan berikan gaji yang besar buat kamu," ucap Vicky.
"Gak bisa om, lebih baik om cari orang lain aja. Permisi!" kekeuh Azila.
Azila langsung berbalik dan berniat keluar dari ruangan itu, tetapi Vicky dengan cepat bergerak dan menahan Azila agar tetap disana. Ya Vicky berhasil meraih lengan gadis itu terlebih dulu, lalu mencengkeramnya dengan kuat.
"Tunggu Azila, saya gak akan biarkan kamu pergi lagi! Setelah sekian lama saya menanti, gak mungkin saya rela kehilangan kamu lagi Azila!" ucap Vicky.
"Ck, lepasin! Om gak bisa paksa aku buat kerja disini, karena aku gak mau kerja sama om!" tegas Azila.
"Ayolah Azila, saya tahu kamu butuh pekerjaan ini juga kan! Setelah mama dan papa kamu meninggal, apa yang mau kamu harapkan, ha?" ucap Vicky.
Azila terdiam, yang dikatakan Vicky memang benar. Saat ini dirinya sangat membutuhkan pekerjaan, namun ia juga khawatir kalau Vicky akan memanfaatkannya nanti. Apalagi, pria itulah yang dahulu telah melecehkan dirinya dan memfitnahnya di depan Ceisya.
"Dengar Azila, kalau kamu bekerja disini maka saya pastikan hidup kamu akan aman damai sentosa!" ucap Vicky kembali.
Azila mendorongnya, hingga ia berhasil melepaskan diri. Setelah itu, Azila terlihat berpikir keras apakah ia harus menerima pekerjaan itu atau tidak. Sedangkan Vicky berusaha terus meyakinkan Azila untuk mau bekerja bersamanya.
"Ini kesempatan besar untuk kamu, Azila. Perusahaan saya ini adalah perusahaan terbaik di kota, bahkan di negara kita. Kalau kamu bekerja disini, pasti nama kamu akan naik secara pesat Azila!" bujuk Vicky.
"Om, bukan itu yang aku permasalahkan. Tapi, masa lalu kita. Aku masih ingat gimana kelakuan om dulu, dan aku belum bisa maafin om loh sampai saat ini. Jadi, sulit buat aku untuk kerja sama om," ucap Azila.
"Tapi zila, saya ini udah berubah kok. Sa-saya janji gak akan mengulangi itu lagi, tolong kamu mau ya terima pekerjaan ini! Saya gak punya pilihan lain Azila," ucap Vicky memaksa.
"Umm..." Azila tampak berpikir dan menatap sekitar seolah mencari sesuatu.
"Eh om, itu apaan??" tiba-tiba, Azila menunjuk sesuatu di atas dan membuat Vicky terkejut.
"Hah? Apa??" sontak Vicky menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Azila, namun ia tak menemukan apapun disana.
Momen itu dijadikan kesempatan oleh Azila untuk bisa keluar dari sana, ya Vicky tak menyadari itu karena telah dikelabui olehnya. Namun, ia tersadar begitu mendengar suara pintu tertutup.
"Loh loh, Azila tunggu! Hey, Azila!!" Vicky berteriak, kemudian mengejar gadis itu dengan cepat.
•
•
Azila berhasil berlari keluar dari kantor itu dan terlihat tergesa-gesa, sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah Vicky mengejarnya atau tidak. Ya Azila jelas tak mau bekerja disana, mengingat seperti apa sikap Vicky selama ini.
Kini ia telah berada di area luar kantor, matanya langsung mencari-cari dimanakah mobilnya dan Max berada. Sampai akhirnya ia berhasil menemukan mobil itu, tanpa berpikir panjang ia pun berlari kesana menghampiri Max yang masih setia menunggu.
"Azila, hey tunggu!" tanpa diduga, Vicky muncul dan meneriakinya dari belakang.
Sontak Azila semakin panik, ia bergegas pergi menghampiri Max disana agar Vicky tidak bisa lagi mengejarnya. Ya betul saja, begitu Vicky tiba di depan kantornya gadis itu sudah berhasil menjauh darinya. Tentu saja Vicky menggeram kesal, bahkan mengumpat kasar disana.
"Akh sialan, awas kamu Azila! Saya pasti akan terus kejar kamu!" tegasnya.
Tak lama kemudian, Vicky melihat seseorang turun dari mobil yang dituju oleh Azila. Ia pun reflek mengernyitkan dahi dan menyipitkan matanya, ia penasaran sekali siapa pria yang ada di depan sana.
"Azila, kamu kenapa lari-lari begitu?" Max turun dari mobil, dan menanyakan kondisi Azila disana.
"Haaaahh haaaahh....ah i-itu ada sesuatu tadi disana, ayo cepat kita pergi dari sini!" jawab Azila sambil terengah-engah.
"Loh tapi, interview kamu gimana Azila? Berhasil?" tanya Max lagi.
"Ah udah kamu jangan banyak tanya dulu! Ayo kita pergi sekarang sebelum ada yang lihat kita!" rengek Azila.
Meski masih tak mengerti, namun Max akhirnya mengajak Azila masuk ke mobil. Mereka pun pergi bersama-sama dari tempat itu, untung saja Azila tepat waktu dan Vicky tidak berhasil mengejarnya.
Cekrek
Akan tetapi, sebelumnya Vicky sudah sempat memotret mereka beserta mobil yang mereka tumpangi. Vicky pun memandangi foto itu, ada rasa cemburu dan tidak suka di dalam dirinya saat mengetahui Azila tengah dekat dengan lelaki lain.
"Alan, secepatnya kamu cari tahu info tentang siapa laki-laki ini!" Vicky mengirim sebuah pesan kepada salah satu asistennya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...