NovelToon NovelToon
The Final Entity Never Regrets In Reality

The Final Entity Never Regrets In Reality

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: RiesSa

"Namaku ya..."

Siapa nama dari tubuh gadis yang Kumasuki ini? Apa maksud dari semua mimpi buruk sebelum aku masuk ke tubuh ini? Lalu suara yang memanggilku Himena sebelumnya itu, apakah ada hubungannya denganku atau tubuh ini?

"Vıra...panggil saja aku Vıra." Jawabku tersenyum sedih karena membayangkan harus menerima kenyataan yang ada bahwa aku di sini. Benar, inilah Kenyataanku sekarang.

Semua tentangku, dia, dan tragedi pengkhianatan itu, akan terkuak satu-persatu. PASTI....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiesSa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Registrasi Masuk

“Jadi, apa isi surat itu Vira?” Tanya Pak Looqe sebelum dia pergi ke Ibu kota.

Malam ini Pak Looqe ada panggilan tugas mendadak di Ibu kota dan tidak dapat ditunda. Jadi dia berniat sekalian bermalam di rumah keluarga istri pertamanya setelah setahun tidak ke sana karena menjagaku.

Kreek…

Satu carik surat sambutan hangat dari Raja Oevin sendiri, dan satu carik surat perijinan masuk sekolah tahap akhir dari sebuah lembaga pendidikan ternama di kerajaan Ingrid. Ini…

“Yhurno, bisa tolong cubit pipi Kakak.” Pintaku langsung.

Kyuuut!

“Aduh-duh-duh!”

“Ini bukan mimpi tahu.” Sahut Kak Sith.

“Ayah sudah tahu hal ini belum?” Tanya Bu Jula.

Pak Looqe menggeleng dan bilang baru tahu juga, dia langsung berangkat dan mengatakan akan menanyai hal ini nanti ke Raja Oevin secara pribadi bila bertemu.

“Kamu bisa langsung masuk di sekolah yang kuinginkan tanpa lewat jalur tes Vira, memangnya hal ini buruk?” Tanya Kak Sith.

“Iya Kak, bukankah bagus bisa masuk lewat jalur undangan?’ Tanya Yhurno juga.

Aku menghela nafas panjang dan memasukkan kembali isi surat dari Raja Oevin ke amplop emas. Aku hanya bisa memaklumi kepolosan dari dua saudara angkatku ini. Bu Jula dan Pak Looqe yang tahu asal-usulku pastinya mengerti betapa beratnya tekanan dari surat emas ini dan seberapa besar aku tidak ingin menerimanya.

“Sekarang bayangkan ada seseorang yang misterius dan sangat muda masuk ke sebuah sekolah elit ternama.” Ucapku memulai penjelasan. Yhurno dan Kak Sith mengangguk mengerti. “Lalu yang merekomendasikannya adalah seorang pemimpin negara, tanpa tes dan langsung diterima begitu saja. Menurut kalian apa yang bakal terjadi?”

Yhurno dan Kak Sith seketika terdiam tidak menjawab, mereka sepertinya mendapatkan jawaban yang kumaksud.

Keseharianku tidak akan terasa bebas lagi, setiap tindakanku akan sangat mempengaruhi cerminan hidup keluargaku. Tekanan yang dibawa sangat berat dan besar. Karena yang merekomendasikanku bukan orang biasa, melainkan seorang Raja. Ditambah lagi masa laluku yang misterius dan hanya beberapa orang saja yang tahu akan semakin membuatku harus lebih berhati-hati.

“Berat sekali.” Gumam Yhurno.

“Nah! Sekarang mengerti ‘kan? Lalu karena surat ini langsung dari Raja, tidak mungkin aku bisa menolaknya.” Sahutku lemas.

Umurku sekarang baru empat belas tahunan kalau dilihat dari data resmi penduduk kerajaan Ingrid, meski sebenarnya lebih dari itu kalau dihitung total semua yang pernah kualami. Tapi tetap saja, aku yang di sini terlalu muda satu tahun untuk seorang anak sepantaran sekolah tahap akhir (STA) atau SMA. Info terbaru yang aku baru tahu saat menjadi keluarga Wooseman ternyata Pak Looqe sudah berumur 57 tahun dan Bu Jula sudah berumur 45 tahun, tapi mereka masih terlihat baru menginjak masa kepala tiganya.

Standar umur di dunia ini sedikit lebih tinggi daripada di duniaku sebelumnya. Rata-rata umur kematian karena tua seseorang adalah diangka 200 tahunan. Raja Oevin saja baru berumur 109 tahun tapi masih terlihat berumur 40 tahunan. Beruntung umur Yhurno dan Kak Sith baru sebelas dan lima belas tahun, jadi aku merasa senang karena ada yang sebaya.

“Tes ujian masuk STA akan berlangsung seminggu lagi di Ibu kota, dan aku harus datang untuk mengisi kehadiran resmi. Setidaknya aku pasti harus bertemu dengan kepala sekolah dan sekaligus Raja Oevin di sana. Ah~ kalau ini mimpi aku ingin bangun dari tidurku sekarang.” Rengekku memberi kode ke Yhurno agar duduk di depanku.

Yhurno yang tahu maksudku segera duduk di depanku sambil membaca lagi surat emas di atas meja. Aku segera memeluk Yhurno dari belakang dan mengelus-ngelus wajahku ke rambut hitamnya. Rambut Yhurno serasa sangat lembut dan wangi sekali.

“Sekarang aku tidak ingin bangun dari mimpi ini. Heheheee~” Gumamku senang.

“Berarti kalau seminggu lagi, kamu akan berangkat bersamaku Vira. Bagaimana dengan sesi belajarmu dengan Bu Hilda nanti?” Tanya Kak Sith.

“Sebenarnya aku sudah lulus ujian susulan STP seminggu yang lalu. Bu Hilda sudah tidak mengajar lagi setelah aku lulus. Ijazah kelulusannya akan jadi sekitar tiga minggu lagi.” Jawabku yang masih mengelus-elus Yhurno.

“Cepatnya! Seingatku baru sebulan kemarin kamu belajar dengan Bu Hilda? Ya… Tapi kalau itu kamu wajar sih.” Respon Kak Sith tidak jadi kaget.

“Kak Vira ‘kan pintar, tentu saja tidak aneh Kak Sith. Aku sekarang masih tidak pernah menang sekalipun melawannya dalam permainan Crotar.” Sahut Yhurno.

“Terima kasih Yhurno, Kakak sangat sayang Yhurno.” Aku kembali mengelus wajahku ke rambut adikku.

“Geli kak!” Responnya pendek.

“Brocon.” Ejek dingin Kak Sith.

“Ukh…” Aku sekali lagi tidak dapat membalasnya.

“Hihihii…” Bu Jula tertawa kecil melihat kami bertiga.

Inilah momen hangat yang sangat aku hargai. Saat di mana aku tidak perlu khawatir akan bertaruh nyawa di luar sana. Kebahagian kecil yang sepele dan sangat berarti bagiku, dengan bersama mereka… Keluarga Wooseman.

Seminggu berlalu…

“Kamu yakin tidak Ibu temani, Vira?” Tanya Bu Jula.

“Tidak apa-apa, habis ini Bu Jula ‘kan masih harus menemani Yhurno di ujian masuk STPnya. Hari ini aku cuma bertemu dengan Kepala sekolah dan Raja Oevin saja. Nanti Pak Looqe akan menyusul bersamaku.” Kataku agar Bu Jula tidak khawatir lagi.

“Ingat Vira, kamu tidak sendirian lagi seperti dulu. Kamu punya kami sekeluarga sebagai tempatmu pulang. Kamu sudah Ibu anggap seperti anak kandung sendiri.”

“Ya, aku mengerti Bu.”

Bu Jula tersenyum dan mencium dahiku sebelum pergi menghilang di telan kerumunan orang. Di sinilah aku sekarang, di STA Ingrid yang paling ternama di seluruh kerajaan Ingrid. Luas setara kota kecil karena dibutuhkan berbagai bidang jurusan mulai keilmuan hingga militer. Sekolah nomer tiga di benua Ydhsavoil setelah sekolah di kekaisaran Nulfhain dan Musplehein. Tentu saja persaingan masuknya sangat tinggi dan susah, dan aku akan masuk ke sekolah seperti ini tanpa perlu perjuangan sedikit pun.

Apa ini hukuman dari Raja Oevin? Haah…

Sreet…

Dua orang penjaga menghalangiku di depan pintu masuk ke ruangan kepala sekolah.

“Maaf Nona kecil hari ini Kepala Sekolah sedang sibuk dan tidak menerima tamu.”

Aku mengeluarkan surat emas dengan tanda tangan dari Kepala sekolah dan Raja Oevin dengan stempel resmi kerajaan di amplopnya. Salah satu penjaga itu mengecek suratku lalu mengembalikannya, memberiku jalan dan kembali berjaga di samping pintu.

“Huft…”

Tok! Tok! Tok!

“Masuk.” Sahut suara di dalam ruangan.

Kreek…

Di dalam sana duduk Raja Oevin ditemani seorang wanita muda yang sangat kukenal sekali. Wanita dengan rambut coklat cerah bergelombang dan mata abu-abu. Wanita itu tersenyum menyambut kedatanganku.

“Selamat datang di sekolahku, Vira!”

“S-sic? Kamu Kepala sekolahnya?” Aku berdiri mematung di depan pintu.

“Aku tidak pernah bilang ya? Selain jadi asisten Duke Teer, aku juga seorang Kepala sekolah di sini. Duduklah kemari, akan kujelaskan.” Jawab Sic memberi isyarat agar aku duduk di sampingnya.

Sic menghidangkan secangkir teh hangat untukku lalu menutup semua jendela dan pintu ruangan ini, membuat suasana di sekeliling berubah menjadi terasa serius. Pokoknya aku tidak mau memulai pembicaraan duluan, canggung sekali rasanya.

“Ehem! Vira, itu namamu bukan?” Akhirnya Raja Oevin memecahkan keheningan menyiksa ini.

“I-iya, Yang Mulia.” Jawabku gugup.

“Santailah Nona kecil, jangan kaku. Aku di sini cuma ingin melihat seperti apa cucu baruku.” Kata Raja Oevin.

“B-begitukah?”

“Ya, karena aku dengar dari Sic kamu mirip seseorang yang pernah kutemui setahun yang lalu. Dia adalah seseorang yang bahkan mampu berdiri sepadan dengan ksatria utama kerajaan Ingrid.” Lanjutnya dengan mata tertutup seakan mengingat-ingat.

“B-begitukah?”

“Sayang dia langsung pergi sebelum aku mengenalnya lebih jauh, apalagi dia dicap sebagai seorang penjahat karena telah berkomplotan membunuh putraku.” Lanjut Raja Oevin

“B-begi-”

“Begitukah?” Potong Raja Oevin langsung.

Ukh… aku benar-benar tidak mampu berhadapan dengan orang ini. Matanya seolah dapat mengetahui isi pikiran orang yang bertatapan dengannya.

“Maaf kalau perkataanku sedikit membuatmu tidak enak Vira, aku malah teringat kejadian di istana. Jadi bagaimana dengan surat yang kutitipkan ke Teer, apa kamu merasa senang dengan rekomendasiku?” Tanya Raja Oevin.

“T-tentu saja hamba sangat senang Yang Mulia, hamba bisa bersekolah di tempat siapa pun bermimpi ingin masuk dan belajar.” Ucapku mengiyakan, meski di dalam hati aku ingin berteriak… ‘Tidaaaak…!’

Ukh… Aku ingin segera pergi dari sini.

Tap!

“Baiklah, urusanku di sini sudah selesai. Sisanya aku serahkan kepadamu Sic.” Raja Oevin langsung pergi begitu saja tanpa membahas masa laluku lagi.

“Bagaimana menurutmu Raja kita yang bijaksana itu?” Tanya Sic.

“Apanya yang bagaimana, aku benar-benar kelelahan secara mental sekarang padahal hanya sebentar. Jangan bilang kamu yang membocorkan identitasku ke Raja Oevin?” Responku pelan.

“Kalau ya?” Tanya Sic balik.

“Kau… haaah… tidak apa sudah, lupakan. Toh meski tidak kamu bocorkan dia sudah tahu sedari awal.” Jawabku sambil memberikan surat undangan dari sekolah ini.

“Aku kira kamu akan bereaksi lebih intens lagi saat tahu fakta aku yang membocorkannya.” Sic menerima surat undangan itu dan menstempelnya.

“Maaf saja kalau reaksiku tidak sesuai harapanmu.” Balasku ketus beranjak pergi.

“Oh, ayolah Vira, jangan ngambek seperti itu. Aku hanya ingin membantumu saja, tidak ada maksud lain.” Katanya sambil mengantarkanku keluar ruangan.

“Terima kasih kalau begitu, berkat campur tangan dari Raja Oevin rencana membantumu sangat berjalan mulus sekali. Aku pulang Sic!” Salamku tanpa melihat ke belakang lagi.

“Sama-sama! Aauuu~” Balasnya usil sambil menirukan suara serigala.

Aku keluar dari gedung dan mencari tempat yang cukup sepi untuk duduk sambil menunggu Kak Sith selesai tes. Pak Looqe baru saja menghubungiku kalau dia tidak bisa menyusulku karena suatu hal mendadak. Alhasil aku harus pulang berdua saja bersama Kak Sith.

“Bagaimana dengan tes Kak Sith ya? Semoga dia berhasil lolos.” Gumamku melihat ke atas langit.

Lima menit berlalu…

“Hai Adik kecil lagi sendirian? Bagaimana kalau ikut Kakak-kakak ke tempat yang menyenangkan daripada sendiri di sini.” Sapa orang asing di depanku.

Uh… Bodohnya aku sampai lupa hal sepele. Aku adalah perempuan, dan tentu saja berada di tempat sepi berarti secara tidak langsung aku telah mengundang masalah. Mereka berjumlah tujuh orang dan sepertinya termasuk siswa nakal yang membentuk geng-geng. Orang-orang yang melihat aku pun acuh seakan tidak mau terkena masalah.

“Maaf, aku sedang menunggu seseorang.” Tolakku berharap mereka segera pergi.

“Orang yang kamu tunggu mungkin saja lagi ada urusan mendadak, lebih baik ikut kami saja sekalian menunggunya. Kamu bakal mati bosan kalau sendirian di tempat seperti ini.” Ajak siswa laki-laki ke-2.

“Ya-ya! Betul katanya Dik. Ikut kami saja.” Tambah siswa ke-3.

Aku terus menolak ajakan mereka dan mencoba tetap tenang agar tidak terpancing emosi. Jangan sampai aku membuat masalah bahkan di hari sebelum aku bersekolah di sini.

“Maaf, sudah aku bilang kalau aku sedang menunggu seseorang di sini. Kalian sedikit mengganggu kenyamananku, jadi bisakah kalian pergi?” Ucapku mulai tidak tahan dengan ocehan ajakan mereka.

Salah satu dari ketujuh siswa itu memegang paksa tanganku diikuti oleh satu siswa lainnya. Kali ini mereka sepertinya ingin main kasar.

“Menurutlah dengan orang yang lebih tua, diam dan ikuti saja!”

Tahan! Tahan Vira. Jangan sampai lepas emosi.

"Nah begitu lebih baik, diam dan ikut saja dengan kami."

Tch!

“Hoi! Sedang apa kalian!” Teriak salah satu guru dari kejauhan tiba-tiba.

“Gawat! Itu guru kelas militer Bu Sigrune.” Kata salah satu siswa pengganggu ini. Mereka bertujuh segera lari setelah melihat guru yang bernama Sigrune tersebut mendekat.

“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Bu Sigrune.

“Iya tidak apa-apa, terima kasih telah membantuku Bu.” Jawabku senang.

“Sama-sama, tadi ada seorang calon siswa yang mengadu ke Ibu kalau ada gadis kecil diganggu siswa sini. Syukurlah masih sempat. Kalau begitu sampai nanti ya.” Kata Bu Sigrune lalu pergi.

Aku membungkukkan badanku sebagai wujud rasa terima kasih kepadanya. Kemudian Kak Sith keluar dari gedung tempat tesnya dan datang menghampiriku. Raut mukanya seperti orang yang khawatir.

“Kamu tidak apa-apa Vira? Apa siswa-siswa tadi melukaimu?” Tanyanya kebingungan sambil mengecek seluruh badanku.

“Aku tidak apa-apa, tadi Kakak yang memanggil guru?” Tanyaku balik.

“Itu… maaf, aku tadi tidak langsung membantumu tadi.” Jawab Kak Sith dengan nada sedih.

Aku segera memeluk Kakak angkatku agar pikiran negatifnya itu hilang. Dia persis Pak Looqe yang selalu saja khawatir dengan hal-hal sepele.

“Tidak usah dipikirkan lagi Kak, yang Kakak lakukan tadi sudah tepat. Aku hampir saja berbuat kasar kepada siswa-siswa tadi kalau Bu Sigrune tidak datang. Jadi lupakan tentang kejadian ini, oke…? Ngomong-ngomong bagaimana hasil tes Kakak?” Tanyaku mengalihkan perhatian Kak Sith.

Dia tersenyum lebar dan menunjukkan selembar kertas hasil tes miliknya secara keseluruhan, deretan nilai A menghiasi setiap poin penilaiannya dengan rapi. Dia lolos dengan peraihan peringkat keempat dari keseluruhan calon siswa pendaftar.

“Ini hebat Kak! Ayo kita rayakan sesampainya kita di rumah!” Ajakku senang sekali.

“Mmh, terima kasih Vira. Jadi bagaimana dengan bagianmu, apa ada masalah saat bertemu dengan kepala sekolah dan Kakek?”

“Aaa…” AAAAAA…!!! Ingin aku teriak begitu dan merengek dengan seribu keluhan sedih, tapi kalau kulakukan Kak Sith nanti khawatir lagi. jadi Kuurungkan niatanku tersebut dan menggantinya dengan kata… “Umm, tidak apa-apa kok. Semuanya lancar saja.” Aku mencoba tersenyum seikhlas mungkin.

“Begitu ya.”

“Ayo kita pulang sekarang Kak Sith.” Ajakku langsung, aku tidak ingin ada masalah yang datang menghampiri kalau kami berlama-lama di sini.

“Umm, oke.”

Kami berdua pun pulang ke kamar penginapan yang telah disewa oleh Pak Looqe dan Bu Jula selama di Ibu kota. Aku sendiri langsung tidur seusai mandi dan makan malam, berharap lupa semua kejadian hari ini meski cuma sementara. Sungguh hari yang melelahkan untukku.

Huuftt…

1
RiesSa
Menyala gan
Hakim Zain
Menyala abangkuh!
Hakim Zain
Bagus thor
Hakim Zain
Nice
Linda Ika Widhiasrini
up gan
Linda Ika Widhiasrini
Doppelgangerkah? mirip banget
Linda Ika Widhiasrini
Up Thor
RiesSa: Siap, terima kasih
total 1 replies
Linda Ika Widhiasrini
lanjut thor
fayefae
penulisannya bagus thorr, aku mampir yaa, kalau berkenan boleh mampir balikk. semangat terusss
RiesSa
Terima kasih
👑Queen of tears👑
dalam bangettt ini thor /Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!