NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : - Istri Rifaldo Meresahkan

Tok.. Tok.. Tok..

"Aldi, Elin.. bangun!"

Terdengar suara seruan seorang perempuan dari balik pintu kamar Aldi.

Aku sudah terbangun sejak jam lima subuh tadi, masih beruntung aku bisa terlelap walau sekejap saja untuk memulihkan tenaga ku yang sudah terkuras akibat lirih tangisku tadi malam. Aldi menepati perkataan nya, satu malam ini dia tidur sangat nyenyak hingga terdengar suara dengkuran nya, dia membebaskan aku dari belenggu malam pertama.

Saat aku mendengar suara dari luar, aku tidak lantas turun dari ranjang untuk membuka pintu, aku melirik sebentar kearah Aldi, ternyata dia masih tidur dan mungkin tidak mendengar suara dari luar memanggil nama kami berdua.

"Elinnn, cepetan masak sarapan, jangan bermalas-malasan terus dikamar" terdengar kembali suara ocehan dari luar, bisa aku tebak kalau suara itu berasal dari ibu mertua ku, Jessica Collin.

Tapi tunggu sebentar, aku dibangunkan untuk memasak sarapan?, apa mungkin ini yang di maksud Aldi tadi malam, akan ada kejutan untukku dipagi hari, dan aku akan melihat perlakuan demi perlakuan keluarga Abra kepadaku.

Aku bingung, apakah aku langsung membuka pintu atau membangunkan Alfi terlebih dahulu, tapi aku belum tau bagaimana sikap Aldi jika ada seseorang yang mengganggu tidurnya, sebaiknya aku beranjak dari ranjang ini dan menyambut suara dari luar.

"Ibu.. eh mama, maaf, aku baru bangun" ucap ku gugup, sambil menunduk.

"Mama?, ibu?, sejak kapan aku beri izin memanggil ku dengan sebutan itu?, mulai hari ini, panggil saya 'Nyonya Jes' dan panggil suami saya dengan sebutan 'Tuan Abra'. Kamu memang sudah menikah dengan Aldi, tapi bukan berarti saya sudi menganggap kamu sebagai menantu ku" tegas Jessica, sontak jawaban ibu mertua ku itu membuat ku terkejut sekaligus jengkel, lantas untuk apa pernikahan kemarin berlangsung, jika akhirnya diperlakukan tidak adil seperti ini, aku hanya seperti budak yang hina, tidak pantas dihargai.

"Iya Nyonya" kataku, masih menunduk, aku tidak berani menatap mertuaku.

"Buruan masak sana, dasar anak pembantu" cibir mertua ku. Aku hanya bisa pasrah, melapangkan sabarku, tapi entah sampai kapan aku bisa bersabar untuk tetap tinggal dirumah neraka ini.

***

Saat tiba didapur, aku melihat istri saudara kembar Aldi juga sedang berada didapur. Aku mengira kalau dia akan membantu ku memasak sarapan pagi ini, tapi ternyata tidak, dia tidak ada bedanya dengan orang-orang dirumah ini.

"Baru bangun?, inget ya, mulai besok, kamu yang harus menyiapkan susu untuk bayiku didalam dot ini, ibu kamu tidak mengajari mu cara menjadi pembantu yang baik?, jam segini kok baru bangun tidur" kata Stefani, entah apa salahku, baru saja aku tiba didapur, sudah mendapat ocehan dari mulutnya.

"Aku tidak tau, tapi itukan bayimu, kenapa harus aku juga yang mengurus susu untuknya?" Tanya ku, tidak takut kepadanya, karena aku merasa posisi kami dirumah ini sama, yaitu sebagai menantu, suami kami berdua juga kembar.

"Berani melawan kamu ya?, aku aduin sana Aldo baru tau rasa kamu" Stefani sepertinya kesal dengan jawabanku yang terkesan tidak setuju dengan apa yang dia suruh.

"Sudahlah, aku ingin memasak sarapan, jika tidak ingin membantuku, sebaiknya segera pergi dari dapur ini dan bawa susu bayimu itu" kataku, sedikit pun aku tidak takut dengan ancaman nya.

"Lancang sekali mulutmu memintaku untuk membantumu memasak, sejak menikah dengan Aldo, satu kali pun aku tidak pernah menyentuh bahan-bahan masakan dirumah ini. Itu pekerjaan pembantu sepertimu" ucap Stefani, semakin membuat telinga ku bising. Aku sudah menyuruhnya pergi, tapi masih saja dia terus mengomel tanpa henti.

"Untung saja kamu cantik, walaupun cuma anak bekas pembantu dirumah ini. Tapi aku tidak bisa bohong, kamu memang cantik" tiba-tiba Stefani mengucapkan kata-kata yang membuatku melotot menatapnya.

"Maksud kamu?" Tanya ku.

"Kamu pasti masih ingat dengan kaki yang menyentuh kaki mu dibawah meja kemarin. Aku tau, kamu sebenarnya belum ingin terburu-buru meninggalkan meja makan, tapi karena kamu merasa terganggu, jadi kamu memilih pergi, iyakan?" Kata Stefani, drama seperti apa lagi ini?, Kenapa stefani tau tentang kaki-kaki itu?.

"Iya" jawabku singkat.

"Welcome to realita. Itu adalah kaki ku, kapan-kapan bila ada kesempatan, tidur bareng aku ya. Aku tertarik pada tubuhmu" ujar Stefani, kemudian langsung berlalu dari hadapanku membawa sebotol susu hangat untuk bayinya.

Aku terperanjat, tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar dari mulut Stefani, pusing sekali aku mencerna kata-kata nya. Aku yakin, tadi aku tidak salah dengar, dia berkata tertarik pada tubuhku. Cobaan apa lagi ini?, Kenapa manusia-manusia dirumah ini sangat aneh, tidak waras, mungkin letak otaknya sudah bergeser tempat.

Aku menghela napas, berusaha melupakan kegilaan Stefani, istri Aldo yang sangat meresahkan itu. Kemudian aku memeriksa isi kulkas untuk aku olah sebagai hidangan sarapan untuk keluarga besar Abra.

Atas pengakuan stefani tadi, aku jadi mengetahui siapa satu orang selain Vano yang menyentuh kaki ku kemarin dibawah meja makan, tidak lain pelakunya adalah Stefani sendiri. Aku masih merinding mendengar pernyataan stefani tadi, tapi dia sendiri yang mengakuinya. Kini hanya satu orang lagi yang tidak aku ketahui pelaku pengganggu kaki ku, karena aku sangat yakin kalau kaki itu ada tiga. Apa mungkin Aldo, suami Stefani. Jika benar Aldo, maka pasangan suami istri itu benar-benar tidak waras. Dan apakah Aldo telah mengetahui kalau otak istri nya sedikit miring, ah tidak sedikit tapi sangat miring. Bisa-bisa nya dia nafsu melihat tubuhku dan ingin tidur denganku, sementara kami berjenis kelamin sama, yaitu perempuan. Sejak kapan Stefani gila seperti itu?, jika Aldo belum mengetahui nya, kasihan sekali dia punya istri miring, tapi jika dia telah tau, besar sekali hatinya, mau menerima istri tidak waras seperti itu.

***

"Kamu sarapan nya belakangan aja Elin, atau kamu makan sendirian sana didekat kompor" kata Ibu mertuaku, aku sudah lelah menyiapkan sarapan untuk mereka tapi kata-kata itu yang aku dapatkan, di meja makan itu juga ada suamiku, tapi dia hanya diam saja, tidak peduli dengan perkataan ibunya, atau pun membelaku.

"Jangan galak-galak begitu ma, kasian Elin, duduk saja Elin, kita sarapan bersama" kata Pak Abra. Aku rasa, hanya pak Abra manusia yang lumayan waras dirumah ini. Tapi karena terlanjur sakit hati dengan ujaran Ibu mertuaku, aku menolak tawaran baik dari Pak Abra.

"Tidak apa-apa Tuan, saya nanti saja sarapannya" Kataku, kemudian aku berjalan perlahan, menjauh dari acara sarapan pagi itu.

"Wah masakan pembantu baru kita enak juga ya" kata Rivano, aku masih bisa mendengar nya dengan jelas, karena baru beberapa langkah aku berjalan. Adik iparku yang satu itu memang tidak punya sopan santun sama sekali, tidak terdidik, tidak mencerminkan remaja pelajar yang baik seperti seragam sekolah yang sedang dia kenakan. Sia-sia dia menempuh sekolah jika kelakuan nya tidak terpuji.

Tapi aku hanya bisa sabar dan terus bersabar, untuk sekarang, hanya itu yang bisa kulakukan.

"Gak sia-sia kita pecat Bi Hanum, sekarang dapat pengganti yang lebih muda, cantik dan semok. Iya gak Aldi?, gimana rasanya tadi malam?" Kata Rivano, makhluk seperti apa Rivano itu, dia tidak risih berkata seperti itu kepada abang kandungnya sendiri. Sungguh, jika bisa saat ini aku menyiramnya dengan air panas, sudah kulakukan.

"Diam kamu, itu bukan urusan mu" hanya itu jawaban Aldi, dia sama sekali tidak marah atau merasa keberatan saat istrinya dihina seperti itu. Sikap suami yang tidak tegas seperti itu, apakah layak kuberikan kehormatan ku kepadanya?, Dia tidak ada bedanya dengan yang lain, menganggap ku hanya sebatas budak dirumah ini.

Seharusnya Aldi bersyukur karena aku mau menikah dengannya walaupun melalui paksaan dari ibuku, jika tidak, mungkin Aldi masih melajang sampai waktu yang tidak dapat ditentukan, siapa perempuan yang mau menerima fisik buruknya itu, hanya aku. Tapi dengan segala keikhlasan ku, Aldi tidak memperlakukan aku selayaknya istri, dia juga tidak bersikap selayaknya suami yang baik.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!