'Kepergian' istri tercinta membuatnya begitu patah hati. Sang Mama yang termakan hasutan membuatnya menjadi seorang duda untuk kedua kalinya. Bertahun-tahun lamanya seorang Prabayudha terpuruk dalam ribuan rasa bersalah dan duka lara yang membekas dalam dada. Hingga kemudian garis tangan Tuhan mempertemukan dirinya dengan gadis nan ayu.
Kisah masa lalunya membuatnya tidak seperti dulu lagi pada sosok wanita. Sikapnya begitu dingin dan tidak peduli dengan wanita manapun. Namun gadis yang di temuinya kali ini begitu berbeda.
Apakah sang Kapten mampu melupakan masa lalunya demi sosok yang baru?
Konflik tajam dan berliku. Tidak tahan konflik harap dengan hormat untuk SKIP.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Ada saja yang di ributkan.
Bang Ghana sibuk menjaga Gita karena Bang Probo tertidur pulas, suara dengkurannya menunjukan bahwa beliau sedang kelelahan.
Tau sempat terjadi musibah, Bang Rayzan pun naik ke puncak dari pos tiga.
"Yang merasa tidak sehat segera istirahat..!! Jangan sampai apa yang di alami istri Danki terulang pada kalian. Perjalanan seperti ini juga bukan untuk menjadi bahan ajang senang-senang. Dimana pun kita berada juga harus bisa menyatu dengan alam." Kata Bang Rayzan mengarahkan.
"Siap Dan."
Bang Rayzan menengok kondisi Bang Probo dan Gita yang sedang tidur di tenda. Keningnya berkerut menyisir area sekitar tenda.
Rrtttttt...
HT berbunyi, terdengar Bang Arok memanggil.
"Parkit satu sudah aman. Garuda sedang tidur, sekarang aku bingung siapa pasiennya." Jawab Bang Rayzan.
"Maksudmu bagaimana?? Apa sekarang Garuda patah sayap??" Tanya Bang Arok.
"Tidak juga, aahh sudahlah. Kita tau sama tau saja." Kata Bang Rayzan tanpa penjelasan lebih lanjut. "Sekarang.. Garuda mencapit parkit. Parkit tenang dan tidak melawan.
Bang Arok terpaku memikirkan arah ucapan Bang Rayzan, ia pun duduk di samping Annyaa.
"Sudah Bang, biarkan saja. Itu urusan Bang Probo dan Gita. Berdo'a saja mudah-mudahan Dhea dapat adik lagi." Kata Annya.
"Aahh.. stress kamu dek. Ini gunung, wingit. Seto*ol nya Probo, mana mungkin dia mau eksekusi di tempat seperti ini."
Annya berdiri lalu mengalungkan kedua tangan di belakang tengkuk Bang Arok lalu sengaja mendekati bibirnya namun kemudian segera menjauh.
"Kamu ini apa sih dek?? Jadi nggak??" Bang Arok menuntut ciuman yang belum tuntas itu.
"Kalau yang begini saja Abang tidak tahan, lalu bagaimana dengan Bang Probo yang harus menangani hipotermia?? Jika.. saat hipotermia terjadi dan baju Gita basah, di sana tidak ada perempuan karena hanya berbekal Gita yang nekat. Lantas siapa yang akan membantu kalau bukan Bang Probo." Jawab Annya.
"Ini perkara lain dek. Masa istri sakit masih di tabrak, yang benar saja."
Annya mengendikan bahunya. Ingin kesal tapi Probo pernah menjadi suami Annya. Sedikit banyak kemungkinan ada hal dan perilaku Prabayudha yang tidak ia ketahui.
...
Bang Probo terbangun dari tidurnya, ia melihat Gita tengah tidur sembari memeluknya. Jemari nakalnya menyusuri kening Gita hingga sampai ke bibir pink tanpa pulasan lipstick. "Perawannya Om Probo." Gumamnya.
Merasa ada yang menyentuhnya, Gita pun terbangun dan melihat Bang Probo tengah menatapnya. "Iiihh.. apa sih Bang, peluk Gita sembarangan. Bayar lho..!!"
"Coba lihat yang benar, siapa yang memeluk?" Tanya Bang Probo.
Gita mengangkat tubuhnya dan benar saja, memang dirinya yang sedang memeluk Bang Probo.
"Kalau begitu kamu yang bayar saya..!!" Kata Bang Probo membalas kelakuan Gita.
"Gita bayar pakai apa Bang? Gita nggak ada uang." Gita mulai resah saat Bang Probo dengan wajah tegas meminta bayaran padanya.
"Nggak ada uang tapi bertingkah, masih juga berani ngeyel sama Abang. Apa kamu mau kalau Abang lempar dari puncak gunung ini???" Ancam Bang Probo.
"Abang nggak akan berani lempar Gita. Kalau Abang memang pengen lempar Gita pasti sudah sejak tadi Abang lakukan."
"Kenapa harus tidak berani? Abang tidak lempar karena Abang ingin membalasmu disini." Bisik Bang Probo dengan tatapan licik.
Gita mundur teratur tapi kemudian saat terdengar suara seseorang membuka pintu tenda, Bang Probo mengarahkan agar Gita kembali merebahkan diri. Bang Probo pun menutup tubuh Gita dengan sarung dan jaketnya.
"Bang, saya mau antar makan malam nya." Kata Bang Ghana. Tadi Bang Ray kesini tapi Abang tidur."
"Haaaahhh.. masuk kesini??? Kamu tau penampilan adikmu seperti ini, kenapa kamu biarkan??" Pekik Bang Probo sambil menekan suaranya. Belum lagi saat Bang Probo menyisir keadaan tendanya. "Dimana tumpukan sampah disini??"
"Sampah yang mana Bang? Yang......"
"Iya.. kamu kemanakan? Jangan buang sampah sembarangan disini..!!!" Bang Probo sampai emosi dan berjingkat bangkit dari posisinya.
"Sudah saya amankan, Bang. Tidak ada yang lihat."
"Bang Ray???" Tanya Bang Probo panik.
"Hanya mengintip sekilas. Bang Ray tidak melihat apapun, kondisi Gita juga rapi karena sudah Abang bereskan. Hanya bagian bahunya saja yang terlihat saat jaket Abang tersingkap." Jawab Bang Ghatan.
"Syukurlah kalau begitu." Bang Probo merasa lega karena memang sampah tersebut banyak rahasia yang patut terjaga.
Bang Probo menoleh melihat Gita yang masih duduk terdiam di tempatnya.
"Ganti pakaianmu dek, jangan sampai basah lagi..!!" Perintah Bang Probo.
Gita menyambar ransel dan mengambil pakaian dari dalam ransel tersebut. Kening Bang Probo berkerut melihat benda yang ada di dalam genggaman tangan Gita.
"Dimana pakaianmu??"
"Ini.." Gita mengangkat tinggi pakaian tersebut dan menunjukan nya pada Bang Probo.
"Astaghfirullah.. Lailaha illallah Gustiiiii..!!! Ini di gunung dek, kenapa bawa daster?????? Itu lagi, baju maut kamu bawa kesini?? Mau godain siapa Neng??? Grandong???????"
"Abang Grandong nya..!!!!" Jawab Gita kesal dengan ledekan Bang Probo
"Sudahlah, ambil dan pakai baju Abang..!! Jangan pernah kamu pamerkan lekuk tubuhmu yang nggak karuan itu." Bang Probo berdiri dan langsung menghampiri rekannya.
"Kamu ini bagaimana sih dek?? Kalau kamu bawa daster di hutan, bukan setan yang mendekat." Gerutu Bang Ghatan ikut kesal.
:
Angin malam berhembus semakin kencang. Dingin sedingin es batu mencair.
"Tambah kayu bakarnya, yang benar-benar tidak tahan dingin silakan masuk ke dalam tenda..!!" Perintah Bang Probo pada seluruh anggota nya.
"Siap.. tidak dingin, Danki."
Bang Probo tersenyum tipis, entah kenapa konsentrasi nya tidak bisa terus terfokus pada kegiatan bahkan Letnan Ghatan yang harus mengambil alih.
"Baang..!!" Terlihat Gita berdiri di depan tenda dan memanggil Bang Probo.
Bang Probo segera berdiri menghampiri Gita.
"Nggih Gusti majikan ndoro juragan.. sendiko dawuh." Bang Probo menunduk takzim di hadapan Gita.
"Ada air nggak sih? Gita mau p***s..!!" Tanya Gita.
"Kamu tidak dengar suara air mengalir?? Seratus meter dari sini ada sumber mata air." Jawab Bang Probo.
"Antar Gita..!!"
"Ogaaahh.. berangkat sendiri..!!" Kata Bang Probo dengan sengaja.
"Ayolah Bang, Gita kebelet nih."
"Ajudan pribadi saja di bayar. Kamu berani bayar Abang berapa?" Cibir Bang Probo.
Gita memainkan jemarinya dengan cemas. Bingung sendiri karena sudah resah ingin membuang 'perkara'.
"Abang maunya apa?"
"Bikin anak."
"Oke.. deal..!!" Jawab Gita secepat kilat.
.
.
.
.