Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Di balik sebuah penderitaan pasti Allah akan memberikan satu kebahagiaan. Suka dan duka, adalah satu paket yang tak dapat di pisahkan. Kesedihan di satu sisi tentu berdampingan dengan kebahagiaan di sisi yang lainnya. Itu di rasakan Lintang kini, kehilangan orang paling dekat dengannya tetapi tergantikan dengan kedatangan yang baru. Dion mampu menjadi tempat bersandarnya kini, ia adalah sosok yang mampu menghilangkan duka di hatinya. Lintang memutuskan menerima Dion sebagai kekasih, keesokan harinya setelah dari pantai Kenjeran. Di sebuah cafe yang penuh dengan pengunjung, Dion berlutut dihadapannya meminta kesediaan Lintang untuk menjadi kekasihnya. So sweet banget bukan? Dan kini mereka berdua tengah duduk, sambil menikmati minuman hangat di sore yang panas di kota pahlawan. Jari jemari keduanya saling bertautan, menyalurkan segala rasa sayang dan cinta. Bibir mereka merekah penuh dengan senyuman, di sertai mata yang berbinar penuh cinta.
"Ayang, kamu bahagia?" tanya Dion, mengangkat tangan Lintang untuk di kecupnya.
"Kok Ayang, sih?" tanya Lintang sedikit protes.
"Iya...kamu tuh, sayangnya aku mulai saat ini" jawab Dion menatap lekat wajah'sang kekasih.
"Uh, jadi malu nih!" ucap Lintang, menutup wajahnya.
Dion tersenyum melihat kelakuan kekasihnya, kemudian membuka tangan yang menutupi wajahnya. "Jangan di tutup, masa wajah secantik bidadari ini tersembunyi" ucapnya berbisik.
"Hihihi!" Lintang terkikik geli. "Keliatan bo'ongnya!"
"Masa sih, aku kurang menjiwai aktingnya ya..."
"Oo yang tadi itu, ternyata cuma akting" sergah Lintang cepat.
"Bukan akting, semua yang ku katakan emang benar adanya" kata Dion bersungguh-sungguh. "I swear, from the bottom of my heart" tambahnya lagi, sembari mengacungkan dua jarinya.
"Gombal!"
"Tapi suka, kan!"
"Kamu gak malu, punya pacar seorang janda" ucap Lintang, melontarkan pertanyaan perihal statusnya. "Enggak malu bersanding, dengan wanita yang sudah pernah menikah?"
"Enggak tuh" jawab Dion cepat.
"Kenapa?"
"Karena janda semakin terdepan, dan sayang kalo dilewatkan begitu saja. Apalagi, secantik kamu jandanya."
"Ih, keliatan bo'ongnya!"
"Hei...hei, ada yang lagi kasmaran nih" ucap suara, dari punggung Lintang. Menginterupsi percakapan mereka, Dion yang akan membalas kata-kata Lintang jadi terdiam.
"Brian !" pekik Dion, ia segera berdiri lalu menjabat erat tangan laki-laki yang di sapanya. "It's long to see, how are you man?" tanyanya girang.
"Kabar baik, bagaimana dengan diri mu? Masih jadi playboy cap kadal, atau udah insyaf?" tanya cowok yang dipanggil Brian, sembari melirik sekilas wanita yang bersama Dion.
"Aku udah lama insyaf, apalagi sekarang udah menetap kembali di Indo."
"Oh baguslah, jadi ayahmu bisa tenang. Tinggal nunggu undangan pernikahan, kapan kira-kira?"
"Secepatnya! Bukan begitu, ayang?" tanya Dion menatap Lintang. "Sorry, Brian ini Lintang kekasih ku" ucapnya, melupakan gadis cantik yang hanya diam melihat ke duanya berbicara.
"Lintang" lembut suara Lintang, menyambut uluran tangan Brian. "Apa kabar, Mas?"
"Baik, Mbak Lintang" jawabnya.
"Jangan lama-lama!" seru Dion, melepaskan tangan Lintang yang masih dalam genggaman Brian.
"Overprotektif banget, sih!" gerutu Brian keras.
"Biarin, aku takut kamu kepincut pacar ku" ucap Dion galak.
"Oo jadi udah lupa, sama yang onoh" kata Brian penuh teka-teki.
"Siapa, aku gak punya yang lain?" tanya Dion, sambil menunjuk dadanya sendiri.
"Si model majalah dewasa itu, masa lupa?"
"Haruna Wijaya?!"
Deg!
Lintang refleks menatap Dion penuh tanda-tandanya, mendengar nama yang begitu familiar ditelinga nya. Dunia terasa sempit, ternyata mereka mengenal Haruna. Tetapi wajar karena mantan adik madunya, adalah model terkenal.
"Oho...itu masa lalu, bro. Waktu masih berseragam putih abu, wajar menggagumi kakak kelas" elak Dion diplomatis. "Kamu juga sama, sampe poster Haruna yang sedang berbikini, di pajang di kamar kost."
"Hehe! Kita sama-sama cupu waktu itu, liat yang bening-bening mata langsung melotot" Brian terkekeh kecil, mengingat kembali tentang masa lalu.
"Sekarang kamu udah punya istri, belum?"
"Udah, tapi malah lari sama mantan pacarnya" tatapan Brian meredup, saat di singgung mantan istrinya. "Tapi ya sudahlah, semua berlalu begitu cepat. Kini, aku sedang menikmati kesendirian ku."
"Sorry, bukan aku ingin mengungkit masa lalu. Tapi Brian sang kapten basket, yang di gilai para cewek harus hidup sendiri rasanya aneh sekali" ungkap Dion menggebu-gebu.
"Enggak pa-pa, aku menikmatinya. I'm single, but i'm happy now" ucap Brian bahagia. "Oh ya Lintang, kamu harus hati-hati. Dion ceweknya di mana-mana, salah-salah kamu kena Jambak atau di teriakin pelakor" tambahnya lagi, sembari cengengesan.
"Jangan dengerin dia, Lintang. Brian itu, orang suka becanda" tukas Dion was-was. Takut kekasih hatinya percaya pada bualan Brian.
"Iya, percaya aja sama Dion, dia udah lama pensiun dari dunia playboynya" ucap Brian, menghibur Lintang. "Aku pamit dulu, kalian berdua datang lah ke rumah."
"Ya...ya, cepatlah enyah dari hadapan kami. Kamu, mengganggu kencan pertama ku" usir Dion kesal, karena Brian membuat wajah Lintang cemberut penuh selidik.
"Oke, bye Lintang!" seru Brian, melambaikan tangannya.
Sepeninggal Brian kedua sejoli itu terlihat saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lintang dengan gawainya dan tengah membalas wa dari Om Ahmad, mengenai kelanjutan proses perceraiannya. Sementara Dion hanya termangu memandangi Lintang, yang sedang berbalas pesan.
"Eghm!"
Dion berdeham untuk menarik perhatian, gadis yang sedang asyik memegang HP-nya.
"Iya, ada apa Mas?"
"Wow, amazing!" seru Dion sumringah. "Aku suka panggilan sayang dari mu, ayang."
"Emang gak boleh gitu? Takut ada yang marah, kalo aku bilang seperti itu" canda Lintang, memasukkan kembali gawainya.
"Hanya kamu, yang boleh panggil aku begitu" ucap Dion berbisik. "Jangan di masukkan ke hati, semua omongan Brian. Ia paling jago membual dan bikin keributan."
"Pasti sama, seperti Mas Dion."
"Siapa bilang?"
"Biasanya orang itu bergaul dengan teman, yang satu tujuan dan kesukaan. Istilahnya, satu circle."
"Iya, Mas akui pernah jadi anak nakal dan hidup bebas. Melupakan orangtua dan keluarga, lebih mementingkan ego sendiri. Jadi tolong ingatkan, bila Mas kehilangan arah" tutur Dion, merangkum ke dua tangan Lintang yang ada di meja. Meremasnya dan menyalurkan kasih sayang, lewat pegangan tangan.
"Dion! Aku tunggu-tunggu di club, malah gak datang" cerocos perempuan muda, yang baru memasuki cafe.
"Oh God! Kapan aku terbebas dari Chintya?" keluh Dion, dengan tatapan melas ke arah Lintang.
"Tenang, Mas Dion. Lihat saja, bagaimana kekasih mu ini mengusir mantan mu" Lintang menyingsingkan lengan bajunya. Lama-lama ia gerah juga, dengan kelakuan para mantan kekasih Dion.
"Eh Mbak, mohon maaf ya. Jangan teriak-teriak macam di hutan, ini cafe bukan di jalanan sana" ucap Lintang, menghadang Chintya yang akan mendekati Dion.
"Siapa kamu? Apa hubungannya dengan Dion?" tanya Chintya galak.
"Aduh... Mbak ini, Ya jelas aku pacarnya..."
"Jangan ngaku-ngaku!" potong Chintya keras. "Kamu bukan levelnya Dion..."
"Oo ya, jadi seperti Mbaknya ini level Dion, gitu?"
"Dion, kenapa diem aja? Jadi laki kok, gak tanggung jawab."
"Apa maksudnya?" tanya Dion melotot.
"Kamu pernah menghamili Mariska, jangan lupa itu!"
"Apa?!" teriak Dion.
"Sialan! Ternyata pacarku mokondo" umpat Lintang berlalu pergi.
****
yg ad hidupx sendirian nnt x