Terlalu sakit hati atas semua perbuatan ibu mertuaku di saat kami masih miskin.Hinaan demi hinaan aku terima setiap saat hannya karena aku tidak bisa seperti menantunya yang lain.Di bandingkan di jadikan babu bahkan anak-anakku kerap mendapat perlakuan tidak baik dari mertuaku membuat ku dendam sampai mati.
Sekarang saat aku sudah sukses dan dia sudah penyakitan dia ingin aku merawatnya layaknya seorang mertua tentu saja aku menolak dan suamiku mendukung atas sikap ku yang jahat untuk saat ini.
Ikuti kisah rumah tanggaku yang begitu banyak cobaan hingga pada akhirnya Tuhan membuka pintu rejeki kepadaku dan suamiku sembuh dari penyakit yang di deritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ Makanan sisa ~
Siska keluar dari kamarnya,dia kesal karena tidak menemukan suaminya di sampingnya seperti biasa.
"Kemana dia,tidak mungkin dia mandi jam segini dasar selalu saja membuatku kesal." Sungut Siska lalu dia membuka pintu kamarnya.
Sementara itu,Maura yang sudah selesai memasak,langsung masuk ke kamar mandi,tidak ingin lebih lama di tempat itu.
"Mas! Apa yang kamu lakukan disini? tumben jam segini kamu sudah bangun dan duduk di dapur sudah minum kopi lagi,siapa yang membuat kopi untukmu bukan kah kamu pernah buat kopi sendiri?" Siska yang sudah ada di dapur mengerutkan keningnya saat melihat suaminya.Dia menelusuri seluruh dapur seakan curiga dengan sesuatu.
" Memangnya aku tidak punya tangan hingga tidak bisa buat kopi sendiri? lagian kalau aku membangunkan mu,pasti kamu emosi." Jawabnya santai sambil menatap layar ponselnya tampa menoleh ke arah istrinya.
Siska hannya diam,dia menarik kursi lalu duduk di depan suaminya,dia sedikit merasa aneh dengan sikap suaminya yang sedikit berbeda seakan dia menyembunyikan sesuatu.
"Mas Maura belum memasak?"
" Aku tidak tau,aku tidak melihatnya." Jawabnya berbohong.Siska yang masih bingung dengan sikap suaminya beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju lemari makanan.
"Dia sudah memasak,kenapa sarapan tidak di hidangkan?"
"Aku tidak tau kalau kamu penasaran tanya langsung kepada orangnya."Jawab Dedi dengan nada kesal dan wajah masam.
"Kamu kenapa marah mas? "Teriak Siska tepat pada saat itu Maura kembali dari kamar mandi dengan baju yang sedikit basah.Dedi keluar dari tempat duduknya meninggalkan Siska yang sudah mulai emosi.
" Mas!!!" Maura langsung pergi ke kamarnya,dia mengabaikan suami istri itu,dia sedikit kesal karena selalu saja melihat keributan suami istri itu.
Maura mengganti pakaiannya,dia sedikit senang karena semua pekerjaan sudah mulai selesai padahal hari masih pagi.Maura segera keluar dari kamarnya,karena dia belum menghidangkan sarapan di meja untuk keluarga mertuanya.
Saat dia keluar kamar,dia sedikit kaget saat melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan,semua orang menatapnya dengan tajam.
" Mana sarapan? kamu sudah memasak kan? kenapa tidak di hidangkan,kamu tidur lagi?" Tanya mertuanya dengan sorot mata tajam.Maura mengabaikan pertanyaan mertuanya,dia langsung bergegas menghidangkan Saparan yang di minta semua orang.
Setelah menyiapkan sarapan keluarga suaminya,dia segera meninggalkan dapur,dia tidak ingin lebih lama disana dan pada akhirnya nanti akan mendengar ocehan mertuanya.
" Siska dari tadi ibu lihat wajahmu selalu muram ada apa?" Tanya mertuanya.
"Nga papa kok bu." Jawabnya.Hingga pada akhirnya semua orang selesai sarapan dan memilih pergi ke tempat kerja masing-masing.Sementara itu Siska masih saja duduk di tempat duduknya,bahkan sarapannya tidak berkurang sedikit pun dia hannya mengaduknya saja sepanjang ritual sarapan tadi pagi.
"Siska,kamu belum berangkat?,semua orang sudah pergi,kamu kenapa masih santai?" Tanya mertuanya merasa heran dengan tingkah menantunya.
"Aku agak malas berangkat kerja bu,mas Dedi selalu saja membuatku bad mood." Jawabnya dengan wajah malas.Rena mengerutkan keningnya,anak dan menantunya sudah menikah dua tahun yang lalu bahkan mereka sudah dikaruniai satu orang anak tapi mereka selalu saja ribut Siska menantunya sangat cemburuan kadang membuat Rena kesal juga.
" Kalau kamu sudah malas kerja ya sudah resign saja,biar nasib mu sama Maura sama,di rumah kerja dan tidak menghasilkan uang,entah apa yang ada di pikiran mu." Ucap Rena ketus lalu dia segera meninggalkan Siska di dapur.
Siska menatap punggung mertuanya yang sudah menghilang di balik pintu,dia kesal mendengar jawaban ketus mertuanya.
"Ya kalau aku tidak bekerja nasibku akan sama dengan Maura tidak berharga di mata wanita matre itu." Ucapnya dalam hati lalu segera meninggalkan meja makan.
Siska segera berangkat ke kantornya,dia bahkan tidak pamit kepada mertuanya yang sedang mengasuh putranya di sopa hal itu membuat Rena mencibir.
" Selalu saja curiga kepada suaminya,nanti Dedi selingkuh benaran baru tau rasa kamu." Ucapnya dalam hati.
Sementara itu di dapur Maura sudah sibuk membereskan sisa makanan semua keluarganya,sebenarnya semua pekerjaan di rumah itu sudah membuatnya muak tapi dia tidak punya pilihan karena dia masih punya anak kecil,sementara suaminya masih belum juga pulih.
Terkadang ada rasa putus asa di benak Maura,sejak kecil dia sudah merasakan pahitnya hidup,kedua orang tuanya meninggal di saat dia berumur dua belas tahun.
Maura tidak pernah merasakan hidup bahagia,sampai pada akhirnya dia menikah seluruh hidupnya di atur oleh mertua bahkan gaji suaminya tidak bebas dia pakai.
Sejak dia menikah dengan suaminya memang dia sudah merasakan kalau mertuanya tidak adil di antara anak-anak dan menantunya apalagi suaminya hannya bekerja di sebuah proyek yang gajinya tidak sebanding dengan abang-abangnya.
"Apa yang kamu lakukan Maura? jam segini kamu masih santai disini,kenapa kamu ingin makan makanan sisa,makan saja aku tidak marah,dari pada dibuang kamu makan saja kasih juga anak suami mu,keluargamu memang pantas makan makanan sisa." Ucapnya dengan bengisnya tanpa ada perasan sedikit pun.
Maura yang tadi sempat melamun sambil duduk memandangi banyaknya makanan sisa di piring,dia cukup miris melihat pemandangan itu sementara keluarga kecilnya selalu kekurangan tapi mertuanya selalu melarang menikmati makanan yang mereka punya,sepertinya dia lebih suka membuang makanan mereka yang masih bersih dari pada membiarkan makanan itu dinikmati cucu-cucunya.
"Terima kasih ibu!! semoga suatu saat kehidupan kami bisa berubah,agar kami bisa membeli makanan yang layak dan kami tidak perlu meminta uang kepada ibu." Jawab Maura.
Sebenarnya hatinya cukup teriris mendengar kata-kata mertuanya,tapi dia belum bisa berbuat apa pun untuk saat ini.
"Ingat kamu hannya bisa mengambil sisa yang dipiring kalau yang ada di wadah kamu simpan ke lemari nanti aku akan memakannya,kalau kamu mengambilnya semua yang ada keluargamu kebiasaan." Ucapnya lagi.Dia mengawasi Maura,hingga semua makanan yang ada di piring dia satukan dan dibawanya ke dalam kamar yang kebetulan anak dan suaminya belom sarapan.
"Makanan sisa lebih pantas untuk kalian." Ucap Rena lalu dia kembali ke ruang tamu untuk menemui Juna cucunya yang sedang minum susu.
Tidak peduli makanan sisa atau apa pun itu selagi layak Maura menyuguhkan makanan itu saja kepada anak-anak dan suaminya,menurutnya semua itu masih layak untuk di makan.
" Ini semua masih layak untuk di makan,untuk apa sakit hati,dikatakan anjing tidak papa." Ucapnya menghibur hatinya untung saja suaminya tidak banyak tanya perkara sarapan pagi ini.
🌺🌺🌺 bersambung 🌺🌺🌺
beda kisah jika sulung sakit keras ato berkelakuan khusus (autis)
bolehkh ibu tinggal dirumah kalian, nak? gitu donk... pasti gengsiknnn
puji Tuhan/Pray/
jaman sekarang jarang ada lho tinggal bersama seperti di novel ini