Danu Alfaendra, pria matang yang sudah berusia 30 tahun itu tidak terima jika adik tirinya harus menikah terlebih dahulu, sehingga selama dua tahun lamanya dia mengencani banyak wanita, dimulai ada yang berprofesi menjadi dokter, model, pengacara, dan berbagai macam profesi lainnya. Namun, tak ada yang membuatnya jatuh cinta.
Para wanita selalu memanggilnya playboy cap nanggung, karena Danu tidak berani meniduri para wanitanya, mungkin karena Danu ingin memberikan keperjakaannya untuk wanita yang dia cintai suatu saat nanti.
Danu adalah seorang pria pekerja keras, dia memiliki keahlian sebagai hacker dan bergabung dengan seorang detektif di The Darkness, selain itu dia juga pemilik salah satu restoran mewah di ibu kota.
Namun, malam itu tiba-tiba keperjakaannya direnggut oleh seorang wanita karena pengaruh obat perangsang. Haruskah dia meminta pertanggungjawaban dari wanita itu? Karena wanita itu adalah adik tirinya. Atau lebih baik dia mencari wanita lain sebagai belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Hari ini saya akan seharian penuh berada disini. Kalian boleh kembali ke tempat kalian masing-masing sesuai pekerjaan kalian."
Maura sangat shock mendengar perkataan Danu, orang yang ingin sekali dia hindari malah akan seharian berada di restoran.
"Baik, Pak Danu." ucap semua karyawan yang ada disana hampir bersamaan. Mereka pun kembali bekerja dengan bidangnya masing-masing, ada yang menjadi chef, penerima tamu, pelayan restoran, kasir, dan dishwasher.
Kemudian Danu menatap tajam ke arah Maura, dia menggerakkan jari telunjuknya sebuah pertanda menyuruh Maura untuk mengikutinya. Pria itu pun berjalan menuju ruangannya.
Maura mengigit bibir bawahnya, untuk apa Danu menyuruhnya masuk ke dalam ruangan kakak tirinya itu, apakah mungkin Danu ingin melanjutkan ciuman panasnya semalam?
Tidak bisa, aku harus melawan. gumam hati Maura dengan segala kegigihannya.
Maura mempercepat jalannya, dia pun masuk ke ruangan Danu, Maura melihat Danu yang sedang berdiri disana.
"Maura, disini ada..."
Tanpa basa-basi Maura langsung menendang kaki Danu dengan sangat keras, dia ingin memberikan pelajaran kepada kakak tirinya itu yang sudah berbuat kurang ajar padanya semalam.
Buukk!
"Arrrgghh!" Danu meringis kesakitan merasakan kakinya terasa ngilu.
"Apa yang kau lakukan?" protes Danu, dia mengusap-usap kakinya yang kesakitan.
Maura sangat puas telah menginjak kaki kakak tirinya itu, "Anggap saja itu hukuman untuk kak Danu karena sudah...mmhh!"
Danu langsung menutup mulut Maura dengan tangannya, dia mengerlingkan mata kepada Maura untuk memberikan isyarat bahwa di ruangan itu bukan hanya ada mereka berdua saja.
Maura tak paham dengan isyarat dari Danu, wanita itu malah melepaskan tangan Danu dan menendang kakinya yang satu lagi.
Buukk!
"Shhh!" Danu meringis, tapi dia tahan sebisa mungkin, yang pasti dirinya sangat malu sekali saat ini, Maura telah mempermalukannya, membuat dia sebagai pemilik restoran itu tidak ada harga dirinya di depan sang klien yang sedang berada di ruangannya.
"Aku belum selesai bicara, kak. Pokoknya aku gak akan membiarkan kak Danu menci..."
Maura tak melanjutkan perkataannya begitu Danu memutarkan badan Maura ke samping.
Hah? Maura tersentak kaget. Dia sama sekali tidak tahu bahwa di ruangan tersebut terdapat dua orang klien yang sedang duduk di kursi sofa, kedua orang klien itu nampak bengong.
Danu merasa harga dirinya runtuh, dia yang begitu disegani tiba-tiba kaki ditendang di depan kliennya. Dia pun menatap kesal kepada Maura.
Danu segera merangkul Maura, dia tertawa kecil, untuk menyembunyikan rasa malunya. "Maaf Pak Choky dan Bu Rika, biasalah adik kakak memang sering bertengkar seperti ini."
Pak Choky yang masih bengong pun loading sebentar, lalu ikut tertawa, "Tidak apa-apa Pak Danu, saya juga punya anak laki-laki dan perempuan, mereka sering bertengkar."
Maura segera melepaskan diri dari rangkulan Danu, "Kenapa tidak bilang sama aku ada klien, kak?" bisiknya kepada Danu.
Bukannya menjawab pertanyaan Maura, Danu malah mengumpat, "Urusan kita belum selesai, bocah nakal. Kamu sudah mempermalukan aku."
Maura ingin membalas umpatan Danu, seharusnya dia yang marah gara-gara semalam Danu mencium bibirnya, tapi Danu malah main pergi begitu saja, menemui kliennya.
Pak Choky dan Bu Rika adalah salah satu klien yang sering menyewa restoran untuk dijadikan tempat perayaan pesta perusahaan ataupun pesta yang lainnya. Kebetulan restoran Paradise menyediakan tempat khusus untuk dijadikan sebuah pesta, dan terdapat di lantai tiga.
"Kebetulan nanti minggu depan di perusahaan kami akan merayakan launching produk baru, karena itu seperti biasa kami ingin merayakan di restoran ini." terang Bu Rika.
Maura segera memperlihatkan daftar menu paket spesial khusus untuk pesta, "Ini ada beberapa paket spesial khusus untuk pesta." Maura memperlihatkan menu book kepada Pak Choky dan Bu Rika.
Maura terpaksa harus duduk disamping Danu, karena memang biasanya seperti itu.
Kedua klien itu pun nampak sedang fokus membaca daftar menu di menu book itu.
"Menurut saya paket A lebih puas, Pak, Bu. Semua makanan kumplit, dan minuman pun banyak jenisnya. Dan kami akan memastikan pelayanan yang terbaik. Tidak akan mengecewakan." Paket A adalah paket termahal di restoran tersebut, sehingga Danu merekomendasikan itu, selain mendapatkan keuntungan yang besar, dia jamin pelayanan dan makanan di restoran itu tidak akan mengecewakan.
Pak Choky dan Bu Rika nampak sedang berdiskusi dengan suara yang pelan. Setelah menentukan pilihan, Pak Choky pun berkata. "Hm... ya sudah, kami ingin yang paket A saja, Pak Danu."
"Kalian ini saudara, tapi kok tidak mirip ya? Dulu saya pikir kalian ini sepasang kekasih." tanya Bu Rika sambil terkekeh memperhatikan wajah Danu dan Maura.
Maura ikut tertawa, "Tidak mungkin lah, Bu. Masa aku pacaran sama kakakku sendiri."
Entah mengapa Danu sangat kecewa mendengar jawaban dari Maura, padahal faktanya memang benar Danu adalah kakak tirinya Maura, sebenarnya dia pun tak tahu apa yang dia rasakan kepada Maura saat ini. Yang pasti dia sangat merasa kesal kepada wanita itu karena terlihat baik-baik saja setelah melewati malam panas dengannya, sementara dirinya merasa tersiksa sendirian. Rasanya sungguh tidak adil.
