NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Bermain Drama

Embusan angin sepoi, terasa sejuk saat menerpa wajah cantik perempuan yang bernama Marsha Widya Tama.

Tetapi nyatanya, tak sedingin hati Giorgio yang kini terbakar api cemburu. Ia langsung memeriksa ponsel Marsha, setelah merebutnya secara paksa.

Sementara itu, Marsha hanya bisa duduk menunggu di dekat batu nisan, di pemakaman bertuliskan nama Jessica.

"Sampai kapan kita di sini? Aku masih banyak pekerjaan, hari ini aku belum menulis satu lembar naskahpun untuk novel baruku," decak Marsha, mulai kesal.

Giorgio mulanya tidak menjawab, matanya fokus pada layar, sementara jarinya terlihat sibuk menari, entah apa yang ia ketik di sana.

"Pak Gio," panggil Marsha.

Membuat Giorgio mendengus kesal.

"Kamu panggil saya apa?" tanyanya, ia langsung beranjak bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Marsha.

Melihat tatapan mata suaminya yang tajam, Marsha bisa menerka jika pria itu sedang menahan emosi mati-matian.

"Mas Gio," sahutnya, nyaris tak terdengar.

"Bukan itu yang membuatku kesal, Sya. Ternyata si Joey sering banget ya kirim kamu pesan?" tanyanya mencecar.

Marsha menghela napas berat. "Ya, karena aku dari awal berpikir pernikahan kita hanya drama."

"Dan sekarang?" tanyanya, "Aku mau pernikahan ini serius. Tidak ada surat kontrak, dan kamu tahu itu. Pernikahan kita legal, Sya!"

Marsha berjalan menuju jalan keluar pemakaman. Diikuti oleh langkah Giorgio yang mencoba berjalan sejajar dengannya. Pria itu masih belum mengembalikan benda pipih yang sejak tadi ia periksa isinya.

"Aku, bingung. Tapi semua sudah terjadi," pungkas Marsha, akhirnya.

"Aku akan akan menceraikanmu, sampai kapanpun."

Keduanya sama-sama menghentikan langkahnya. Saling bertatapan mata satu sama lain. Entah sejak kapan, degup jantung Marsha selalu menjadi tak biasa, setiap kali ia ditatap dalam jarak dekat.

"Kita coba, tapi yang terpenting sekarang, bagaimana Steven pulih dulu. Bagaimanapun, dia itu keponakanmu, Mas," ujar Marsha.

Giorgio hanya mengangguk, sepertinya emosinya sedikit reda setelah mendengar nama Steven disebut.

***

Mobil sport yang dikendarai oleh Giorgio terparkir sempurna di halaman rumah sakit. Di sana, tampak Tuan Abraham, dan sopir pribadinya yang terlihat cemas sudah menunggu.

"Pak, Gio. Apakah kalian baik-baik saja?" tanya sopir pribadi Gio.

"Aku baik, Bapak libur saja seminggu. Atau sementara ngantar untuk keperluan kantor, aku butuh lebih banyak waktu bersama istriku," cetusnya.

Mulanya sopir itu menolak, tetapi Tuan Abraham cepat mendekatinya, lalu menepuk bahunya. Kemudian, dengan ramah pria tua berusia paruh baya itu mencoba memberikan penjelasan. Jika Giorgio dan Marsha adalah pasangan yang baru menikah.

Akhirnya, meskipun dengan berat hati, sopir itu menerimanya, dan lebih memilih untuk libur selama seminggu lamanya.

Setelah itu, Tuan Abraham mengajak putra dan menantunya masuk ke ruangan tempat Steven di rawat.

Di sana kekacauan pertama bermula.

Degup jantung Marsha kembali berdebar, ketika ia kembali dipertemukan lagi dengan Joey, pria yang sejak lama ia impikan.

"Sya, Steven panas tinggi. Dia panggil-panggil nama kamu terus sejak tadi," cetusnya, sambil sedikit mengguncang tubuh Marsha karena panik.

Mata Giorgio menelusuri setiap sentuhan tangan adiknya, yang mendarat sesuka hati di tubuh istrinya.

Geram. Bagaimana tidak, ia sudah menyimpan perasaannya terhadap Marsha, sejak gadis itu duduk di bangku SMA. Tetapi Marsha malah jatuh hati kepada adik kandungnya.

Bisa dibilang, Giorgio adalah seorang penguntit sejati. Ia bahkan memilih untuk tidak pacaran, sampai dicap sebagai seorang Gay hanya karena setia menunggu Marsha.

"Joey, bisa sedikit tenang? Jangan lupa yang sedang kamu ajak bicara sekarang adalah kakak ipar kamu!" desis Gio.

Setiap ia berbicara, suara beratnya yang khas, dengan pembawaan tubuhnya yang tegap dan garis wajahnya yang lebih menawan dari Joseph, membuat siapapun pasti menurunkan pandangannya ketika berhadapan dengannya.

"Koko gak paham gimana rasanya memiliki seorang putra yang sedang sakit, aku panik Ko!" seru Joseph dengan suara yang sengaja dipelankan tetapi terdengar penuh penekanan.

"Aku akan segera punya, kamu duduk saja, aku dan Marsha akan masuk menjenguk," balas Giorgio dengan sorot matanya yang tajam.

"Dia menganggap Marsha adalah ibu kandungnya, itu artinya ... di dalam pikiran bocah itu Marsha adalah istriku," dalihnya. Licik.

Joseph berbicara sambil mengamati ekspresi Marsha.

Siapa sangka jika gadis itu juga ikut terkejut seperti Gio. Ya, ia pernah mengatakan itu pada Steven. Tetapi bukankah itu atas karangan Joseph?

"Jadi begini caramu bertahan hidup? Joey, bukan salahku jika kamu ditinggal selingkuh oleh istrimu, kamu membosankan. Jadi jangan memanfaatkan anak kecil untuk merayu kakak iparmu!" seru Giorgio sedikit berteriak.

Erika, Tuan Abraham dan keluarga lainnya terkejut melihat pertengkaran itu. Terlebih, kejadian itu ketika mereka sedang berkunjung menjenguk orang sakit.

Tuan Abraham dan istrinya hanya menggelengkan kepala. Sedangkan Erika, menatap Marsha dengan sorot mata tidak suka.

Tiba-tiba saja, ketika mereka saling berdebat memperebutkan Marsha, seorang perawat berseragam putih datang menghampiri.

"Maaf, yang mana ya Mamanya Steven? Anak itu sejak tadi mengigau memanggil mamanya," terang seorang perawat pada Giorgio.

Pria bergaris wajah dengan pahatan tegas itu akhirnya menghela napas berat.

"Ya sudahlah, masuk saja, Sya. Tapi aku akan temani kamu," cetus Giorgio tak mau kalah.

Joseph tersenyum getir. "Dua orang agar tidak berisik. Dan itu artinya, aku da Marsha. Karena Steven menganggap kami berdua adalah orang tuanya."

Menyebalkan, Giorgio nyaris melemparkan pukulan jika saja mereka tidak berada di rumah sakit sekarang.

Marsha melirik suaminya, seolah sedang berusaha mati-matian untuk meminta persetujuan. Kemudian, Giorgio menatap ke arah ayahnya, ibunya, dan kakak perempuannya. Tatapan indimidasi yang sejujurnya membuat dadanya sesak.

Dan akhirnya, Giorgio mengangguk setuju.

"Hei, Joseph. Hanya hari ini, setelah ini aku akan pergi dengan Marsha. Dan setelah itu, aku tidak mau diganggu!"

Giorgio terkesan kekanak-kanakan. Entah mengapa, sejak bersama Marsha ia menjadi seperti itu.

Padahal Giorgio dikenal sebagai pria tegas, dan tidak pernah bersikap manja. Tetapi setelah menikah, ia malah sering bergelayut manja pada Marsha.

Mungkinkah ini hanya topeng untuk menutupi keburukannya? Atau sejatinya justru ia benar-benar jatuh cinta sejak lama seperti yang ia ungkapkan pada Marsha? Entah, tak ada yang tahu.

Dari balik jendela kaca, Giorgio hanya bisa mengamati ekspresi bahagia Steven ketika bertemu Marsha.

Bocah kecil yang berwajah pucat pasi itu, segera duduk lalu memeluk erat Marsha.

"Mama, aku merindukanmu," katanya.

Gio masih mengamati.

Ia melihat Joseph mulai beraksi. Ia seharusnya tahu diri, jika kakaknya sedang mengawasi.

Dengan gesit Joseph malah menarik tubuh mungil Marsha, lalu memeluknya di depan Steven. Seolah sengaja bersikap mereka benar-benar pasangan.

Entah apa yang terlintas di benak Joey. Ia sangat berani memancing emosi Giorgio.

"Ini tidak bisa dibiarkan, biar aku menghajar bocah ini, Pa!" serunya.

Membuat Tuan Abraham dan Erika panik, dan berusaha menenangkannya.

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!