Hidup seorang Aellyn Kiran Cayle ( 20 ) selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Ia selalu mendapat kasih sayang yang lebih dari keluarganya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup bergelimang harta.
Namun, kehidupan Aellyn yang sangat nikmat itu harus berakhir karena kebodohannya yang selalu mempercayai semua kata-kata dusta dari sahabat dan juga kekasihnya.
Hidup Aellyn hancur sehancur-hancurnya, apalagi saat dua manusia biadab itu mengakui perselingkuhan mereka.
Dan pada hari itu juga, dua manusia biadab yang sangat ia percayai itu benar-benar mengakhiri hidupnya dengan memisahkan jiwa dari raganya.
Semua nya terasa seperti mimpi, sampai Aellyn tiba-tiba terbangun di dalam sebuah kamar yang terasa tidak asing baginya.
Dan Aellyn lebih terkejut lagi saat ia melihat kalender yang menunjukkan bahwa ia berada di tahun 2023, 8 tahun yang lalu, saat kehancuran hidupnya di mulai.
"Ternyata tuhan cukup berbaik hati memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam kepada kalian."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
BMW 18 Roadster brown seharga 4,66 Miliar rupiah itu memasuki pekarangan kediaman Damaris setelah satpam rumah membukakan gerbang.
Aellyn dan Leon keluar dari mobil kesayangan Leon setelah mobil mahal itu terpakir apik di tempat yang seharusnya.
Leon memberikan kunci mobilnya pada seorang lelaki dengan pakaian hitam, khas seorang sopir. Laki-laki itu akan membawa mobil Leon ke garasi.
Tenang saja, keamanan kediaman Damaris dijaga dengan ketat jadi supir itu tidak mungkin berani membawa kabur mobil mewah milik Leon.
Pemuda berusia 18 tahun itu merangkul Aellyn lalu menggiring sang kakak untuk masuk ke dalam rumah yang sudah lama tidak Aellyn datangi.
"Mommy, daddy, dan kak Leona pasti senang melihat kakak datang," ujar Leon, laki-laki itu membuka pintu utama dengan semangat sedangkan Aellyn hanya dapat merespon ucapannya dengan senyuman.
Namun, kakak beradik itu dibuat terkejut saat melihat keberadaan Andre, suami Leona yang terlihat terburu-buru membawa Leona dalam pelukannya.
Leona terlihat sangat kesakitan, terbukti dari ringisan-ringisan pelan yang wanita itu keluarkan.
"Ada apa? Kakak kenapa?" Tanya Aellyn, panik bercampur khawatir.
Andre tidak mengatakan apapun, laki-laki itu langsung menerobos keluar tanpa memperdulikan pertanyaan yang Aellyn dan Leon lontarkan.
Tak lama kemudian, orang tua Aellyn pun datang. Tuan Damaris terlihat keteteran dengan barang-barang yang ia bawa.
Ada begitu banyak pelayan dirumah, tapi entah kenapa tidak ada satupun yang membantu tuan Damaris membawa barang-barang itu. Apakah mereka semua makan gaji buta? Pikir Aellyn.
"Mom, ada apa?" Aellyn langsung bertanya saat Ria sampai di hadapannya.
"Itu,,,kakakmu mau lahiran, ayo kita semua susul ke rumah sakit."
Tanpa banyak bicara lagi, Aellyn langsung berlari ke mobil yang sudah disiapkan oleh supir, diikuti oleh Leon di belakangnya.
•
•
Panik, khawatir, gelisah, dan takut semuanya bercampur menjadi satu. Aellyn sungguh tidak bisa mengontrol emosinya.
Perut gadis itu terasa mual karena rasa khawatir yang begitu besar pada kakak dan calon ponakannya.
Melihat kekhawatiran Aellyn, Leon pun mengambil inisiatif untuk memeluk kakak keduanya itu. Ia mengusap lengan Aellyn, membisikan kata-kata penenang dan meyakinkan Aellyn bahwa Leona akan baik-baik saja.
Tapi Leon tidak tahu saja apa yang Aellyn ketahui. Laki itu tidak tahu bagaimana bahayanya jika ia tidak segera sampai di rumah sakit sekarang.
"Dad, lebih cepat, aku mohon. Kita harus segera sampai," ucap Aellyn dengan suara bergetar. Mata gadis itu memerah karena menahan tangis.
Tuan Damaris tidak pernah melihat anak keduanya sekacau itu. Aellyn pasti sangat mencemaskan kakaknya.
"Sabar sayang. Kalau kita ngebut, yang ada nanti kita malah kecelakaan. Kita pelan-pelan aja ya, yang penting kita sampai di tempat tujuan," ucap Nyonya Damaris dengan suara lembut.
Wanita yang berbuntut tiga itu tersenyum ke arah Aellyn, mencoba meyakinkan Aellyn bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi Aellyn tau, semua tidak akan baik-baik saja jika dia tidak segera sampai di rumah sakit.
"Dad,,,please, kita harus segera sampai." Aellyn mulai menangis, dan jelas itu membuat orang tua juga adiknya terkejut.
"Dad, turuti aja dad," timpal Leon yang tidak sanggup melihat kakak kesayangannya menangis.
"Iya iya sayang, ini daddy ngebut."
Tuan Damaris segera menaikan kecepatan, pria setengah baya itu membawa mobilnya menyalip kendaraan lain dengan lihai. Untungnya tidak ada terlalu banyak kendaraan besar hingga mereka bisa melaju lebih bebas.
Leon mengusap rambut Aellyn. Bahu gadis itu bergetar karena menangis, Leon sama sekali tidak tega saat melihatnya.
"Kak,,, ini kita udah mau sampai. Jangan menangis lagi ya."
Aellyn mengangguk, namun tangisannya tak kunjung mereda.
Nyonya Damaris menoleh untuk melihat keadaan Aellyn di belakang sana.
Disisi lain Nyonya Damaris merasa sangat senang karena Aellyn peduli dan mengkhawatirkan Leona, tapi disisi lain perasaannya mulai tak enak saat melihat Aellyn yang menangis tersedu-sedu.
Sebenarnya apa yang akan terjadi tuhan? Kenapa perasaanku tidak enak? Tolong lindungi anak dan cucuku, aku mohon.
•
•
Aellyn berlari di sepanjang koridor, diikuti oleh Leon dan orang tua mereka dibelakang.
Aellyn semakin mempercepat langkahnya saat melihat Andre yang tengah berbincang dengan dokter di depan sana.
"Maaf, sementara stok darah dengan untuk golongan A negatif dan O negatif sedang kosong."
"Apakah kalian tidak bisa mendapatkan stok di tempat lain?! Aku akan membayar berapapun itu asalkan istri dan anakku selamat!" Andre berteriak frustasi kepada dokter yang akan menangani Leona itu.
"Kakak ipar, ada apa?" Aellyn langsung bertanya setelah sampai di hadapan Andre dan si dokter.
"Leona mengalami pendarahan hebat, kita membutuhkan darah tambahan untuk dia. Tapi stok darah yang cocok sedang habis," jawab Andre. Laki-laki itu terlihat sangat frustasi.
Aellyn tahu, seharusnya ia sudah tidak terkejut lagi saat Andre mengatakan hal itu karena kejadian ini memang sama persis dengan kejadian di masa lampau.
Tidak ada golongan darah yang cocok dengan Leona, baik itu Leon, orang tua mereka ataupun Andre kecuali Aellyn yang memiliki golongan darah O negatif.
Sebenarnya nyonya Damaris bisa saja mendonorkan darahnya, namun kesehatan wanita itu sangatlah buruk, Aellyn tidak akan mau mengambil resiko.
Maka tanpa berpikir dua kali, Aellyn langsung mengajukan dirinya sebagai pendonor untuk Leona.
"Gunakan darah saya saja dok, golongan darah saya O negatif."
"Baiklah nona, mari ikut saya."
Aellyn hendak mengikuti dokter itu namun, Leon tiba-tiba menahan tangannya.
"Kakak yakin mau donorin darah kakak?" Tatapan pemuda itu, terlihat sekali bahwa ia sedang mengkhawatirkan Aellyn.
Tersenyum lembut, Aellyn pun mengusap pelan kepala adik bungsunya. "Cuma donor darah. Kakak gak akan kenapa-napa, kamu tenang saja."
"Bagaimana dengan Re, kamu gak mau ngabarin dia dulu sayang?" Kali ini Ria lah yang bertanya.
Aellyn menggeleng pelan. "Jangan dikasih tau sekarang ya, Re nya. Nanti aja kalau oprasinya kak Leona udah selesai."
Ria hanya bisa mengangguk pasrah. Aellyn pun langsung berbalik untuk mengejar sang dokter yang sudah berjalan lebih dulu.
"Daddy akan mengurus surat-suratnya. Kamu disini aja temenin mommy sama kakak iparmu ya?" Dheny menepuk bahu putra bungsunya sebelum pergi dari sana.
Leon mengangguk, ia hanya berharap semoga kedua kakaknya baik-baik saja begitu juga calon ponakannya.
...•Bersambung•...
Maaf kalau episode kali ini amburadul, maaf juga kalau jarang up soalnya kemarin dua hari dua malam author bantu-bantu di kondangan tetangga yang nikah.