Aku Bukan Pelakor

Di rumah besar Alex ada pertemuan orang tua nya dengan orang tua perempuan yang akan di jodohkan dengan Alex.

"Tante, Alex belum pulang juga ya," rengek manja Moza, karena sudah lama dia tidak bertemu dengan Alex.

"Belum sayang," Hesti mama Alex.

"Kemana sih tan, kok lama banget ngak pulang pulang, aku kan kangen banget sama Alex tan, sudah dari aku pulang dari luar negeri belum pernah ketemu Alex." cibik Moza.

"Sabar sayang, nanti saat pesta ulang tahun Tante dia pasti datang, dan kita lansung bikin pesta tunangan kejutan untuk kalian, jadi kamu jangan khawatir ya, biarin dia bermain di luar sana dulu, nanti klau sudah tunangan sama kamu dia ngak bisa kemana mana lagi." bujuk Bu Hesti kepada calon mantu kesayangannya.

"Ma... Jangan suka kasih harapan palsu ma," bisik sang suami mulai jengah dengan tingkah sang istri, dia tau betul kelakuan teman Hesti itu, dan suaminya gila hormat ingin mencari keuntungan dengan pernikahan anak anak mereka, dan Moza bukan lah gadis baik baik, dia tau tentang skandal Moza di luar sana, ngomong sama istrinya percuma saja, karena dia akan terus mengadu kepada sahabatnya itu, dan dia terlalu percaya dengan sahabatnya itu, membuat pak Andi suka kesal sama istrinya itu.

"Isss... Apa apa sih, emang mama mau lansung mengadakan perjodohan Alex dengan Moza, mama ngak mau kehilangan anak gadis mama ini, dia cantik lembut, bergaul juga sama orang orang baik, papa aja yang ngak suka sama Moza, jadi apa yang di lakukan Moza selalu saja salah." omel sang istri.

"Terserah mama lah, papa ngak ikut ikutan." ujar Pak Andi pergi dari sana, malas meladeni tamu ngak penting itu.

"Huu... Untung Ayah sudah menikahkan Alex, walau pernikahan pertamanya kandas, sekarang sudah nikah lagi, ngak pa apa lah, walau pelayan Restoran yang penting atitudnya bagus." gumam Andi menaiki tangga rumahnya.

"Kenapa kau menggerutu saja " cibir papanya.

"Papa Ih... Ngagetin aja." kesal Pak Andi.

"Hehhee.... lagian salah kau sendiri, jalan melamun dan mengomel kaya mak mak kurang uang dapur." cibir sang Ayah.

"Ck...." Pak Andi hanya mendelik kesal melihat Ayahnya itu.

"Ayah lihat saja noh di bawah, ada manusia muka tembok." dengus Pak Andi.

"Ahhh.... Biarin aja, percuma ngomong sama mereka, termasuk sama istri kamu itu, biarin aja apa yang mau mereka lakukan, yang penting cucu kesayangan Ayah sudah nikah lagi," kekeh

"Haaa... Serius Yah, kok aku saya ngaj di kasih tau sih, Ayah sekokongkol sama anak saya, tapi sayanya ngak di ajak." dengus Andi tidak terima.

"Ehhh bocah gemblung, Ayah juga belum kenal sama istrinya, ini Ayah mau ke apartemen mereka." cuek Aki aki itu.

"Aku ikut Yah... Penasaran juga aku sama mantu ku yang ini, yang lama mah, aku ngak suka," dumel Andi mengikuti langkah sang Ayah.

"Loh, loh... Ini mau kemana ini?" tanya Hesti melihat suami dan mertunya mau pergi.

"Mau keluar ada perlu." ketus mertuanya.

"Iihhh.... Kan ada tamu Pa, Yah, kok di tinggal sih." tanya Hesti, ngak enak sama tamunya.

"Bukan tamu kami, lagian ngak ada yang ngundang kok," ketus Kakek Bagas.

Huuff.... Hesti hanya bisa mengeluarkan nafas kasarnya, dari dulu mertua, suami bahkan Alex tidak menyukai keluarga sahabatnya itu, namun bagaimana lagi, dia selalu di desak oleh sahabatnya.

"Apa ngak sebaiknya, Ayah sama Papa nemanin mereka makan dulu baru pergi," ajak Hesti takut takut.

"Ngak!" tolak kakek Bagas dengan tegas, "di rumah mereka ngak ada beras apa, asal datang kesini selalu minta makan yang enak enak, heran deh." sewot Kakek Bagas.

Hesti lansung bungkam, memang tamunya itu, asal datang ada saja yang dia minta, tentu saja semakin membuat ayah mertua, suami dan anak keki.

Di tempat lain Arimbi dan Alex sudah sampai di apartemen Alex.

"Kak, pakaian aku belum di bawa kesini loh kak, trus aku pake apa?" keluh Arimbi, yang tidak di izinkan oleh Alex pergi ke kontrakan, lansung di ajak ke apartemen.

"Ngak pakai baju lebih enak sayang, jadi gampang." kekeh Alex.

"Ck... pikiran kakak kenapa isinya itu melulu sih." dengus Arimbi kesal.

"Abis enak sayang, jadi gimana ngak kepikiran terus, lihat wajah polos kamu aja, sudah mempuat si joni, tegak menantang." kekeh Alex.

"Joni? siapa Joni," heran Arimbi, di apartemen itu hanya mereka berdua, dan ngak ada yang tegak menantang.

"Ini...." tunjuk Alex.

"Aagggg..... Dasar kakak mesum...!" pekik Arimbi melihat adeknya alex benar benar sudah berdiri di balik boxer yang di pakai oleh sang suami.

Wajah Arimbi langsung memereh, melihat boxer Alex yang sudah membengkak itu.

Alex terkikik geli melihat sang istri, yang malu malu.

"Sana mandi kak." usir Arimbi.

"Mandi bareng sayang," ujar Alex.

"Ngak mau."

Mana bisa Arimbi menolak, karena tubuh kecilnya lansung di angkat oleh Alex masuk ke kamar mandi.

"Kakak, ini namanya pemaksaan, Rimbi ngak punya baju kak," rengek Arimbi dalam gendongan Alex.

Sementara di dalam mobil, bapak dan anak itu tak berhenti mengoceh tentang tamu tak tau diri itu.

"Istri kamu itu kapan sadarnya sih, di peralatan mulu sama parasit yang berkedok teman itu." kesal Kakek Bagas.

"Entah lah Yah, pusing aku, sudah berbusa ini mulut ngomong sama dia, tapi ngak di dengerin" keluh Pak Andi.

"Alex harus tau ini, Ayah ngak mau cucu mantu Ayah salah paham sama perempuan itu." kesal Kakek Bagas.

"Iya Yah, Hesti mau ngadain pertunangan Alex sama Moza saat ulang tahunnya, aku ngak mau menantu ku salah paham, dan berujung Alex murka." ujar Pak Andi.

"Iya kita harus ngomong ini sama Alex dan Istrinya, jangan ada yang di tutup tutupi.

Sementara di apartemen, Arimbi di buat kesal oleh sang suami, bagaimana tidak, mandinya ternyata tidak sekedar mandi tapi malah bikin ombak buatan di dalam buthtup, tidak sampai di situ, sower pun jadi saksi keberingasan Alex.

"Sudah dong cinta, jangan ngambek lagi, nanti makin cantik loh." rayu Alex.

"Bodo ah, kakak bener bener, sakit semalam sama tadi pagi belum hilang, sekarang sudah di tambahin lagi, untung ini badan, buatan Tuhan, coba buatan cina, sudah rontok satu satu bautnya." kesal Arimbi.

"Habis siapa suruh kamu bikin nagih sayang, kakak pengen lagi dan lagi tau, ngak bisa klau harus nganggur." kekeh Alex sambil membatu mengeringkan rambut sang istri.

"Itu pikiran kakak aja kesitu mulu," ketus Arimbi.

"Idih mau kakak, tapi kamu juga nikmatin, ahh... kak, di situ kak, terus kak, lebih kencang kak, ahh.. kak, aku keluar." ledek Alex.

Puk....

"Kakak ngeselin." sewot Arimbi dengan wajah memerah, mengingat kelakuannya yang juga ikut terbuai dengan permainan Alex.

"Sakit sayang, kenapa di pukul sih, coba di cium kan kakak senang." kekeh Alex.

"Tau ah..." Arimbi keluar dari kamar, dari pada selalu di goda oleh Alex, dia berjalan ke arah dapur dan mencari apa yang bisa dia buat untuk masak, perutnya sudah benar benar lapar.

"Ngak usah masak sayang, tadi kakak sudah gofood kok, paling bentar lagi datang, bikinin minum aja, itu kakak sudah sediain susu, coklat dan makanan ke sukaan kamu di kulkas.

"Duhh... sosweet banget sih, suami siapa sih ini." goda Arimbi.

"Mau di ulang lagi, biar tau suami siapa?" goda Alex menaik turun kan alisnya.

"Ngak!!" pekik Arimbi berlalu dari hadapan Alex.

Alek terkekeh melihat tingkah sang istri.

"Rimbi, Rimbi kenapa ngak dari awal aja kita nikah, kenapa harus ada drama dulu baru kita nikah." gumam Alex menatap punggung sang istri.

Ting...

Tong....

"Aiiss.... Siapa sih, pakai namu saat ini, sudah tau gue mau berdua duaan sama istri cantik gue." kesal Alex, namun tetap berjalan ke arah pintu, melihat siapa yang datang.

Bersambung....