Aku terpaksa menikah dengan pria yang belum pernah aku temui sebelumnya.Setelah menikah kembaranku menginginkan bertukar suami. Apakah dia sudah gila mau menukar suaminya dengan suamiku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 : Mas?
Aku merasakan ada yang tidur disebelah aku, ku buka mata ini sedikit. 'hah? Karel disini?'. Ku buka mata lebar dan benar Karel tidur satu ranjang dengan ku.
"Aaaaaaaa" teriakku biar dia kaget dan bangun.
"Aduh apa sih? " dia menggeliat lalu membuka mata sedikit.
"Ngapain kamu tidur disini? " sentak ku sambil duduk.
"Sorry, tadi itu ada yang membuka pintu dan sepertinya memastikan kita tidur berdua apa enggak, makanya aku langsung menyusul ketempat tidur. " jelasnya tanpa membuka mata.
"Bohong! bilang aja modus! bukankah kamu katanya normal! "
"Sumpah, lihat aja tuh dimeja sekarang sudah ada pakaian buat kita. " Kini Karel membuka mata.
Aku lihat benar ada totebag dua yang semalam tidak ada.
"Aku mau tidur jangan berisik ya, semalam aku nggak bisa tidur soalnya. " pinta Karel.
Ok, aku sih nggak peduli kalau dia mau tidur selamanya juga terserah. Lebih baik mandi saja.
*
Selesai mandi aku pakai baju yang disediakan lengkap semuanya tapi model bajunya bikin aku nggak nyaman. Masa dress warna salem di atas lutut dengan kerah bulat? untung saja dadaku nggak menyembul. Warnanya aku suka tapi modelnya ini loh sudah kaya lc aja aku nih. Ya mau bagaimana lagi cuma ada ini doang.
Aku keluar, Karel masih tidur. Dia benar-benar pulas.
Tok tok tok
Ada yang mengetuk, sebelum aku buka Karel narik tanganku.
"Jangan dibuka, aku aja" aku pikir dia itu tidur nyenyak. Terus aneh kenapa aku nggak boleh membuka pintu.
Dia sudah balik tanpa ada orang yang masuk selain dia. "Katanya kita disuruh sarapan di kamar mama. "
"Lah tak kira tante Vida kemarin pulang. "
"Hah, mama itu ya gitu suka maksa. Nggak mungkin mama pulang dengan tenang sebelum memastikan rencananya berhasil. " gerutu Karel sambil duduk di tepi tempat tidur.
"Maksud kamu? "
"Kamu tau? semalam aku diracun sama mama" hah kok bisa dia masih hidup.
"Aku dikasih obat perangsang, gila kan mamaku? "
"Hah? tapi kamu baik-baik saja, semalam juga biasa aja. " aku melihat keadaannya sekarang dan mengingat tadi malam.
"Biasa aja nenekmu! aku tersiksa semalaman begooooo, dan aku semalaman berendam dikamar mandi. Makanya aku masih ngantuk. " Karel merebahkan diri.
Waduh jadi semalaman Karel berjuang sendiri menahan hasratnya yang ditimbulkan obat? kasian banget.
"Kenapa nggak bangunin aku? "
"Lah si oon, kamu mau membantuku? tidak kan?" Karel duduk lagi.
Iya sih aku nggak mungkin bantu dia yang ada aku dalam bahaya besar.
Karel berdiri, "Tunggu aku cuci muka dulu. " dia menyahut totebag lalu masuk kamar mandi.
Tak lama dia keluar dengan memakai kaos putih dan celana panjang Jean. Pasti dia nggak mandi sudah mandi semalaman mungkin bisa-bisa dia masuk angin. Kasian sekali cowok ini, tapi salut banget dia menghargai aku banget.
"Eh bentar. "dia menghentikan langkahku. Lalu mencari sesuatu entah apa itu, sampai garuk-garuk kepala." punya koin? "
Ya enggak lah, aneh deh ni bocah.
Kemudian dia menarik kunci laci, terus ganti narik aku agar lebih dekat dengan nya. Apasih mau ini bocah freak?
Dia menggosokkan kunci bagian bulatnya ke leher aku. Aduhhhh apa sih ini.
"KAREL?!!! kamu ngapain? "
"Hih udah deh diem aja, bentar doang. " dia narik aku lagi, menggosokkan kembali kunci itu.
"Sakit KAREL!!!! "
"Sudah! bagus banget hasil karya mas" dia melepaskan aku.
Apaan coba Mas? , aku menggerayangi leherku. Tidak sakit tapi rada nyeri dikit.
"Lihat deh di cermin"
Perintahnya aku turuti penasaran dia mau apa sih dengan leherku. Begitu aku sampai didepan wastafel kamar mandi langsung syok.Dia bikin tanda yang mirip tanda ******, gila nih orang otaknya ada aja.
"Gimana sudah mirip tanda kepemilikan belum? " dia menyusul ku. Aku liat di pantulan cermin. "Sementara pura-pura dulu aja yah, lain kali aku bikin dengan bibirku. "
"Awas aja kamu kalau berani ya Karel! " ancam ku melewati nya, keluar dari kamar mandi.
Dia tertawa renyah.
"Pokoknya nurut aja sama aku, percaya deh bakalan aman. "
Aku melengos mendahuluinya keluar kamar, perutku juga minta diisi soalnya. Ditengah jalan, dia menarik tanganku, membisikkan tepat di telingaku. " Panggil aku Mas Karel"
Waduh ngarep banget ini anak aku panggil dengan embel-embel Mas.Memang sih semestinya begitu, dia lebih tua dariku tiga tahunan. Tapi lihat tingkahnya kaya bocah jadi nggak pantes di panggil Mas.