Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Suster Untuk Mia.
Adrian membawa traveling bag milik Mia ke kamar tamu. Ia melihat pintu kamar tamu belum ditutup oleh Mia. Adrian masuk ke dalam kamar tamu, Mia sedang duduk di pinggiran tempat tidur. Ia sedang memperhatikan sekeliling kamar.
“Kamu lagi apa?” tanya Adrian. Adrian menyimpan traveling bag Mia di atas meja.
Mia menoleh ke Adrian.
“Kenapa saya disuruh tidur di kamar ini? Saya kan hanya seorang pembantu,” tanya Mia.
Adrian tersenyum, ia duduk di sebelah Mia.
“Saya tidak ingin kamu tidur di kamar belakang karena kamu akan teringat kejadian itu lagi. Lagipula kamar ini selalu kosong. Tidak pernah ada tamu yang menginap di rumah ini. Jadi apa salahnya kalau kamu tidur di kamar ini?” jawab Adrian.
“Sudah jangan kamu pikirkan. Sekarang kamu istirahat dulu. Kalau kamu mau mandi, di sini kamar mandinya.” Adrian membuka pintu yang berada di dalam kamar itu.
Mia beranjak dari tempat tidur, ia hendak keluar dari kamar.
“Kamu mau kemana?” tanya Adrian.
“Saya mau masak. Ini sudah sore, sebentar lagi waktunya Tuan makan malam,” jawab Mia.
“Kamu nggak usah masak!” kata Adrian.
“Tuan mau pergi?” tanya Mia.
“Tidak. Saya tidak akan pergi kemana-mana,” jawab Adrian.
“Kalau Tuan tidak pergi berarti saya harus masak,” kata Mia.
“Kamu tidak usah masak., kamu istirahat saja. Untuk makan malam kita pesan makanan secara online,” kata Adrian.
“Sudah, sekarang kamu istirahat. Baju-baju kamu masukkan ke dalam lemari!” Adrian menunjuk ke lemari yang ada di kamar itu.
“Saya mau mandi dulu. Badan saya lengket dengan keringat,” lanjut Adrian.
“Terima kasih karena Tuan sudah menolong dan membantu saya,” ucap Mia.
“Sama-sama, Mia. Saya senang bisa menolong dan membantu kamu,” jawab Adrian.
Adrian keluar dari kamar Mia lalu menutup pintu kamar.
Mia duduk di tempat tidur. Ia memperhatikan sekeliling kamar itu. Ketika ia melihat jam yang menempel di dinding ia langsung kaget.
“Astagfirullahaladzim. Sebentar lagi adzan magrib,” kata Mia pada dirinya sendiri. Mia membuka traveling bag, ia mengambil baju dari dalam tas. Kemudian ia menuju ke kamar mandi untuk mandi.
Menjelang magrib terdengar suara bel pintu. Mia keluar dari kamarnya hendak membuka pintu. Ketika ia hendak berjalan menuju ke ruang tamu Adrian keluar dari kamarnya. Adrian sudah memakai pakaian rumah, sepertinya ia sudah mandi. Adrian membuka pintu rumah. Mia mengintip dari balik tembok untuk melihat sia yang datang.
“Masuk!” kata Adrian kepada tamu itu. Ternyata yang datang adalah Ryan bersama seorang perempuan muda. Mia langsung kembali ke kamarnya. Ia malu dilihat oleh Ryan.
Adrian mengajak Ryan dan perempuan itu menuju ke ruang tengah.
“Silahkan duduk!” kata Adrian.
Ryan dan perempuan itu duduk di sofa.
“Jadi ini suster yang akan menjaga Mia?” tanya Adrian.
“Iya, Pak,” jawab Ryan. Adrian memperhatikann perempuan itu.
“Nama kamu siapa?” tanya Adrian.
“Nama saya Lina, Pak,” jawab Lina.
“Lina kamu saya tudgaskan untuk menjaga bekas pembantu saya. Tadi siang hampir diperkosa oleh penjaga rumah ini. Dia mengalami shock sehingga ia harus diterapi. Selama diterapi ia akan tinggal di sini. Tugas kamu adalah menjaga dia, memperhatikan makanannya dan abat-obatnya,” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Lina.
“Jaga jangan sampai ia ke ruang belakang! Saya tidak ingin dia teringat dengan kejadian naas itu,” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Lina.
“Dia tidak boleh mengerjakan pekerjaan apapun. Saya takut kalau dia bekerja dia pasti akan ke ruang belakang,” kata Adrian.
“Baik, Pak, Saya mengerti,” jawab Lina.
“Kamar kamu di lantai atas. Di sana ada tiga kamar kosong. Kamu pilih salah satu untuk menjadi kamar kamu,” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Lina.
Adrian bangun dari tempat duduk.
“Sekarang kita ke kamar Mia,” kata Adrian.
Adrian mengajak Lina ke kamar Mia. Adrian mengetuk pintu kamar.
“Mia!” Adrian memanggil Mia. Mia membuka pintu kamar.
“Mia, ini Lina. Dia seorang suster. Dia yang akan menjagamu dan merawatmu,” kata Adrian.
Lina mengajak Mia salaman. Mia menyalami Lina.
“Kenapa Mia harus dirawat suster? Mia tidak sakit,” tanya Mia bingung.
“Kamu perlu seseorang yang bisa merawat dan menjagamu. Apalagi nanti kamu akan menjalani terapi, harus ada yang menemani kamu terapi. Saya bukan muhrom kamu jadi nggak mungkin saya yang menemanimu terapi,” kata Adrian.
“Ya sudah, kalau itu perintah Tuan,” jawab Mia.
“Pintar! Sekarang kalian saling berkenalan dulu satu dengan lain. Ajak Lina berbicara di kamarmu,” kata Adrian.
“Ayo, masuk,” kata Mia. Lina masuk ke dalam kamar Mia. Adrian kembali ke ruang tengah. Adrian duduk di sofa sambil bernafas lega.
“Apa yang akan Bapak lakukan jika Mia sudah pulih kembali? Apakah ia akan kembali menjadi pembantu?” tanya Ryan. Adrian menoleh ke Ryan.
“Saya akan menikahinya. Saya akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi pada Mia,” jawab Adrian.
“Bukan Bapak yang bersalah, tapi kenapa Bapak yang harus bertanggung jawab kepada Mia?” tanya Ryan tidak mengerti.
“Kalau bukan saya yang tanggung jawab lalu siapa yang akan bertanggung jawab? Kamu?” tanya Adrian dengan kesal.
“Bukan begitu, Pak. Menikah itu sebuah komitmen yang tidak bisa dianggap main-main. Bapak menikahi Mia, tapi di luar sana Bapak jalan dengan perempuan lain. Perasaan Mia pasti akan hancur karena Bapak menikahinya hanya karena kasihan,” jawab Ryan.
“Kamu tenang saja. Saya orang yang bertanggung jawab. Sekali saya berjanji, saya akan terus memegang teguh janji saya,” kata Adrian.
“Termasuk meninggalkan kebiasaan Bapak minum-minum dan berkencan dengan perempuan?” tanya Ryan.
“Iya termasuk meninggalkan kebiasaan buruk saya,” jawab Adrian.
Pintu kamar Mia terbuka, Lina keluar dari kamar Mia.
“Permisi, Pak. Saya mau sholat magrib,” kata Lina.
“Silahkan. Bawa tas kamu ke kamar kamu!” kata Adrian.
Lina mengambil tasnya lalu membawa tasnya ke lantai atas.
“Saya juga mau sholat,” kata Ryan.
“Silahkan! Kamu kan tahu dimana tempat kamu biasa sholat,” kata Adrian. Adrian sudah lama tidak pernah sholat, namun ia tetap menyediakan mushola untuk para tamunya.
Ryan berjalan menuju ke kamar mandi tamu untuk mengambil wudhu.
Semua orang sedang sholat. Tinggal Adrian sendiri di ruang tengah. Adrian menghela nafas lalu ia beranjak menuju ke kamarnya. Adrian mengambil sarung yang tergeletak di atas tempat tidur. Ketika Ryan datang ia baru selesai sholat ashar. Ia sudah lama tidak pernah sholat dan tidak ada seorangpun yang mengingatkannya untuk sholat. Ketika Mia bertanya apakah dia sudah sholat, hatinya langsung terenyuh. Masih ada orang yang menanyakan apakah dia sudah sholat?
Adrian berjalan menuju ke kamar mandi. Ia mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu ia memakai sarung dan baju koko serta kopeyah. Adrian pun menjalankan sholat magrib. Dengan terbata-bata Adrian membaca bacaan sholat. Ia berusaha mengingat bacaan sholat yang sudah lama tidak pernah ia baca kembali.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄