NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:93k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di bela Ha Joon

Ha Joon berdiri sejenak di ambang pintu, menyapu ruangan dengan tatapan tajam nan acuh tak acuhnya yang khas. Setelan hitam yang ia kenakan malam ini membingkai sosoknya dengan sempurna. Dingin, berwibawa, dan tak tersentuh. Ia mengangguk ringan ke arah Jae Min yang segera menghampirinya, menawarkan segelas wine sambil tersenyum ramah.

Semua mata tertuju padanya, seolah kehadirannya membawa atmosfer berbeda ke dalam ruangan itu. Para pria menyambutnya dengan antusias, para wanita menatap dengan harapan bisa mencuri perhatiannya. Namun, satu-satunya yang berharap tidak terlihat oleh pria itu adalah Ruby.

Perempuan itu menunduk, menyibukkan diri dengan menyentuh gelas minumnya tanpa benar-benar ingin menyesap isinya. Sial. Kenapa harus dia yang duduk di sini? Kenapa Ha Joon harus datang?

"Ruby, kau kenapa?" Sena berbisik bingung.

"Kenapa kau tidak bilang akan membawaku bertemu teman-temanmu? Bahkan ada pak Ha Joon juga, aku tidak enak Sena." gumam Ruby pelan.

Sena memicingkan mata.

"Aku tahu Jaemin mengundang pak Ha Joon, tapi aku tidak menyangka dia akan datang ke sini, biasanya dia tidak pernah datang." bisik Sena menjelaskan.

Kemudian ia menatap Ha Joon sejenak, lalu kembali menatap Ruby.

"Memangnya kamu tidak enak kenapa? Karena pak Ha Joon bos kita? Ayolah Ruby, jangan terlalu khawatir. Aku membawamu ke sini karena ingin membantumu mendapat banyak relasi. Yang hadir di sini rata-rata adalah orang penting, kalau kau mau jadi model yang di kenal, kau harus sering-sering memanfaatkan waktu untuk datang di kegiatan-kegiatan begini. Siapa tahu dapat jodoh juga."

Ruby tak menjawab. Ia hanya menghela napas dan kembali berpura-pura sibuk dengan napkin di pangkuannya. Sungguh,  ia menyesal telah datang.

Di depan sana, Ha Joon akhirnya menyadari kehadiran Ruby. Tatapannya menajam saat mengenali wajah gadis itu. Begitu Ruby mengangkat wajah, tatapan mereka bertemu.

"Hai, pak Ha Joon." Sena mewakilinya menyapa Ha Joon dengan ramah.

Semua orang di tempat itu langsung terdiam.

"Kalian saling kenal?" tanya Jae Min, nada suaranya heran.

Sena mengangguk.

"Aku dan Ruby adalah model di perusahaannya pak Ha Joon. Dia bos kami." jawabnya Sena.

"Oh begitu." kata Jaemin.

"Ayo makan. Makanan sudah disajikan." ia melanjutkan lalu semua orang dengan mengangkat gelasnya dan mengajak bersulang.

Ruby berusaha mengatur napas. Ia merasa perutnya mengeras, bukan karena lapar, tapi karena canggung. Suara gelas beradu memenuhi ruangan, disusul derit kursi saat semua mulai menikmati makan malam.

Ha Joon duduk jauh dari Ruby, namun ia masih bisa merasakan keberadaannya. Pandangan pria itu sesekali mengarah padanya. Tidak terlalu mencolok, tapi cukup membuat Ruby tahu bahwa ia sedang diperhatikan.

"Apa cuma perasaanku saja atau benar. Aku rasa pak Ha Joon memperhatikanmu, jangan-jangan dia tertarik padamu?" bisik Sena.

"Hanya perasaanmu saja. Mana mungkin bos sepertinya tertarik pada model kecil sepertiku." Ruby balas berbisik.

Jelas dia tahu Ha Joon kadang memperhatikannya. Tapi ia juga tahu dengan jelas, itu bukan ketertarikan seperti yang dikatakan Sena, tapi kebencian. Ya, setidaknya itulah yang ada di dalam pikirannya saat ini.

"Jadi namamu Ruby?" seorang wanita berparas cantik dengan rambut di ikat tinggi bertanya ke Ruby. Wanita itu tampak angkuh.

Tetapi Ruby bersikap tenang, ia tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala.

"Kau asal mana? Wajahmu asing, tidak seperti orang Korea." tanya wanita itu lagi. Orang-orang memanggilnya Hyeji. Anak pemilik salah satu mall besar di Seoul.

"Aku dari Indonesia." jawab Ruby mencoba ramah.

"Indonesia? Oh, negara yang masih berkembang itu? Maaf, aku tidak begitu kenal dengan negara-negara yang belum maju."

Ruby menahan senyum kecut. Ia sudah sering menghadapi komentar semacam itu. Tapi kali ini, dengan begitu banyak pasang mata yang memperhatikan, dengan Ha Joon hanya beberapa kursi dari tempatnya duduk, ia merasa seperti dikuliti hidup-hidup. Gadis itu tetap berusaha tenang.

"Aku suka pantai-pantai di Indonesia, jauh lebih alami dibanding beton di kota-kota besar," jawab Ruby ringan, menyembunyikan kekesalannya di balik senyum.

Hyeji tersenyum sinis, hendak membalas, namun suara sendok yang beradu dengan gelas menghentikan percakapan.

Semua kepala menoleh ke arah Ha Joon. Pria itu pelakunya. Pandangan Ha Joon lurus ke Hye ji, datar tak terbaca.

"Apa menurutmu pantas membahas negara orang lain di acara seperti ini? Kau pikir negaramu sendiri sudah bagus, jadi berhak merendahkan negara orang?" pedas, tajam dan dingin. Suara Ha Joon tidak keras, tapi cukup untuk membuat seluruh ruangan terdiam dalam ketegangan yang mendebarkan.

Hyeji memucat, jelas tak menyangka akan ditegur langsung oleh pria yang biasanya tak suka mencampuri urusan remeh seperti ini. Ia membuka mulut, seolah hendak membela diri, namun tak ada suara yang keluar. Tatapan Ha Joon yang tajam membuat lidahnya kelu.

"Maaf Ha Joon, aku hanya ..." gumamnya pelan, ia menatap Ha Joon. Ekspresi malunya nampak sangat jelas. Siapa coba yang tidak malu ditegur oleh laki-laki sekelas Ha Joon di depan umum pula.

Sementara Ruby merasa puas dalam hatinya. Ia tidak menyangka Ha Joon yang membencinya akan membela dia di depan semua orang asing ini. Suasana dalam ruangan itu masih tegang.

Ketegangan dan keheningan itu akhirnya dipatahkan oleh Jae Min yang tertawa canggung.

"Ayo, ayo. Makanannya dingin. Jangan terlalu tegang, kita semua di sini untuk bersenang-senang!" katanya mencoba mengalihkan suasana.

Ha Joon masih menatap lurus ke arah Hyeji beberapa detik, sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya ke Ruby. Pandangan mereka bertemu lagi. Sekilas. Ruby melihat ada kilatan emosi yang tak mampu ia tafsirkan. Bukan marah, bukan benci, tapi juga bukan ramah. Seperti ... peringatan.

Sena mencondongkan tubuhnya mendekat ke Ruby, berbisik cepat,

"Gila. Itu tadi... luar biasa. Pak Ha Joon belain kamu habis-habisan."

Ruby hanya bisa tersenyum canggung. Saat ia melihat ke

Hye ji, wanita itu sedang menatapnya dengan raut wajah tak bersahabat, seolah menyalahkan dia atas apa yang terjadi.

Salah sendiri. Siapa suruh menghina negara orang. Sekalipun Ruby tidak besar di negeri kelahirannya karena ia tinggal di New York sejak kecil, tetapi Indonesia tetap menjadi rumah yang dia banggakan. Ia yakin suatu hari nanti dia akan pulang ke negara asalnya.

"Sepertinya pak Ha Joon memang tertarik sama kamu," bisik Sena lagi. Ruby hampir tersedak karena perkataannya. Untung tidak jadi, hanya terbatuk sedikit.

Gathering malam itu berlangsung dengan baik, meski awalnya sedikit tegang. Selesai makan, semua orang dalam ruangan tersebut mulai sibuk membentuk kubu masing-masing untuk mengobrol. Sena pun sudah meninggalkan Ruby dan berbincang dengan seorang pria. Ruby duduk sendirian di sofa panjang. Sesekali ia mencuri-curi pandang ke Ha Joon yang sedang berbincang dengan teman Sena yang bernama Jae-min.

"Jae-min! Kau mau bernyanyi?" seru seorang pria dengan suara kuat.

Ruangan itu ada karaokeannya juga. Jae-min tertawa kecil sebelum mengangguk dan berjalan ke arah teman yang menawarinya. Semua orang kini melihat ke Jae-min, menunggu laki-laki itu bernyanyi. Ha Joon yang masih berdiri, melangkahkan kakinya, dan memilih duduk di sebelah Ruby.

Menyadari itu, jantung Ruby langsung berdebar-debar.

1
Deasy Dahlan
mudahan ini awal yang baik...yang dapat membuat hubungan mereka lebih dekat lagi.....pelan tapi pasti
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
walaupun benci TPI perhatian ya
Nur Lela
kereeeen
anonim
selangkah lebih baik permusuhan Ha Joon dan Ruby masih ada getar-getar rasa di hati mereka berdua
Santi Nuryanti
lnjt thorr
Rosna Marleni
senengnya dapet perhatian ya Ruby...
Rita
alhamdulillah ada kemajuan
Rita
😂😂🤦‍♀️😅
*Septi*
karena ada rasa tak biasa 😁
Srie Handayantie
asyikkk mulaii perhatiann , sama2 salting dan gugup. ayolahh cinta lama bersemi kembali segerakan lah🤭😅😅
Aras Diana
lanjut thor
Yuliana Purnomo
lanjuuuuttt
@arieyy
yahhhhh itulah cinta😩
Dian Rahmawati
ha joon perhatian nih
🔵🎀🆃🅸🅰🆁🅰❀∂я 👥️
wah yg dapat perhatian ..dag dig dug dong rasanya... jadi ikut dag dig dug 🤣🤣
mang tri
Marah tp masih perhatian ya joon_ ☺️😍
Heni Mulyani
lanjut
dyah EkaPratiwi
sebenarnya cinta ha joon lebih besar dari benci nya
yuning
semoga Joon ah , segera meleleh ya Ruby
Dwi Winarni Wina
Cie-cie perhatian kecil dr hajoon membuat hati ruby menghangat, hajoon sangat perhatian skl sampai mengobati luka memar dikaki ruby...

Detak jantung ruby sangat kencang skl berdebar deg-degan dkt sm hajoon jarak dekat skl, tanpa disadari sorot mata hajoon dan ruby penuh cinta dan kerinduan, krn ketutup dendam dimasalalu jd salahpaham....

Hajoon berusaha membentengi dirinya ke ruby penuh dendam dan kebencian....
Ruby demi kebaikan bersama sebaiknya berkata jujur kehajoon biar gak salahpaham terus....

lanjut thor....
semangat selalu.....
sehat selalu.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!