NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 — Segelas Americano dan Rasa yang Tidak Lagi Pahit

Alana tidak luluh hanya karena segelas americano. Tapi tidak bisa disangkal, kedekatannya dengan Jendral mulai terbangun sejak saat itu. Bukan hanya karena minumannya, melainkan karena Jendral menunjukkan kesungguhan perasaannya. Ia tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan mana pun—termasuk Nisya. Bahkan, setiap jam istirahat, Jendral memilih tetap di kelas bersama gengnya, juga Alana dan Naresh yang memang sudah terbiasa istirahat di sana.

"Es americano buat lo," ucap Jendral, kembali meletakkan minuman yang sama di meja Alana—entah untuk yang keberapa kalinya.

Sudah hampir sebulan sejak Jendral dan gengnya pindah ke sekolah itu. Dan selama itu pula, Jendral rutin membelikan Alana es americano, hanya karena tahu Alana menyukainya. Anehnya, Alana tidak pernah sekalipun menolak.

"Hm, makasih," ucap Alana, menerima es americano dari Jendral.

Naresh menyadari ada sesuatu yang berubah dari cara Alana menghadapi Jendral. Mungkin Alana sendiri belum sadar bahwa hatinya perlahan terbuka untuk ketua geng The Rogues itu. Karena tidak biasanya Alana mau menerima sesuatu dari orang lain, selain dirinya.

"Jangan keseringan beliin Alana americano, Jendral," ucap Naresh, tidak menyembunyikan nada keberatan dalam suaranya—meski ia sendiri belum tahu pasti, kenapa hal itu begitu mengganggunya.

"Kenapa? Alana aja nggak nolak. Dia suka americano, kan?" balas Jendral santai.

"Konsumsi kafein terlalu sering juga nggak baik," sahut Naresh, berusaha memberi alasan logis.

Naresh dan Jendral memiliki cara berbeda dalam memperlakukan perempuan yang mereka cintai. Naresh cenderung memberikan batasan—demi kebaikan, katanya. Sementara Jendral memilih memberikan apa pun yang disukai oleh perempuannya, selama itu masih masuk akal. Misalnya saja es americano.

"Udahlah, Naresh. Lo sendiri bilang gue boleh minum americano asal nggak berlebihan, dan ini cuma segelas, loh," ucap Alana cepat, menengahi sebelum perdebatan kecil itu berlanjut.

Naresh terdiam. Dalam hati, ia mulai yakin—Alana benar-benar telah jatuh hati pada Jendral. Buktinya, Alana membela Jendral… di hadapannya sendiri.

Jendral tidak menganggap itu sebagai kemenangan. Ia tidak sedang bersaing dengan Naresh. Apa yang ia lakukan murni bentuk perhatian. Ia hanya ingin perempuan yang ia sukai merasa diperhatikan, bukan karena ia ingin menang dari Naresh.

“Tapi, Al—” Naresh hendak memprotes, tapi Alana lebih dulu menyelanya.

“Ayo, makan. Nanti jam istirahatnya keburu habis,” ucap Alana, mencoba menengahi sebelum perdebatan benar-benar dimulai.

The Rogues yang menyaksikan itu merasa seperti dejavu—teringat saat mereka bertemu Alana dan Naresh di restoran. Waktu itu, Naresh yang menjadi penengah antara Alana dan Jendral. Tapi kini, peran itu justru diambil alih oleh Alana.

“Oke,” Naresh akhirnya mengangguk dan menuruti Alana tanpa banyak protes. Sikapnya itu membuat The Rogues semakin merasa seolah benar-benar kembali ke hari yang sama—bedanya, dulu Alana yang menuruti Naresh. Kini, semuanya berbalik.

Setelah makanan mereka habis, biasanya Naresh akan langsung kembali ke kelasnya. Tapi entah kenapa, hari ini ia justru enggan beranjak, meskipun tidak ada lagi yang perlu dilakukan di sana.

“Lo masih mau di sini, Res?” tanya Dewa, yang sudah lebih dulu berdiri dan bersiap kembali ke kelas.

Dewa, Mahen, dan Naresh berada di kelas yang sama—XI-2. Biasanya, Dewa dan Mahen yang suka berlama-lama di kelas XI-1 demi bisa menghabiskan waktu dengan ketua mereka. Tapi kali ini, justru Naresh yang terlihat seperti ingin menetap lebih lama.

“Kenapa, Naresh?” Kini giliran Alana yang bertanya. Ia menyadari ada yang berbeda dari sikap sahabatnya itu.

“Nggak apa-apa, kok. Oh ya, pulang sekolah mau bareng nggak?” Naresh tiba-tiba mengajukan tawaran.

The Rogues langsung saling melirik. Biasanya, Alana pulang dijemput sopir, sementara Naresh menyetir sendiri. Mereka hampir tidak pernah pulang bersama. Tapi hari ini, entah kenapa Naresh ingin mengubah kebiasaan itu. Pandangan Mahen, Aska, dan Dewa otomatis tertuju pada Jendral ketika pertanyaan itu meluncur.

“Hari ini gue harus ke toko buku, jadi—” Belum sempat Alana menyelesaikan kalimatnya, Naresh buru-buru menyela, “Gue anter.”

Tatapan Mahen, Aska, dan Dewa serempak beralih ke Naresh… lalu kembali ke Jendral. Menanti reaksi dari sang ketua.

“Gimana?” tanya Naresh, menunggu jawaban Alana.

Alana tidak langsung menjawab. Justru, matanya sekilas melirik ke arah Jendral—seolah ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk mencari respons dari lelaki itu.

“Tapi lo tahu sendiri, supir gue wajib anter-jemput,” jawab Alana akhirnya, halus namun jelas menolak.

Penolakan itu bukan demi menjaga perasaan Jendral. Sejak awal, supir memang diwajibkan menjemput dan mengantar Alana—bukan sekadar karena alasan keamanan, tapi karena papahnya tidak ingin Alana terlalu larut dalam pergaulan teman-temannya. Ia mungkin tidak mendapat cukup kasih Sayang, tapi pengawasan dari papahnya sangat ketat—semuanya demi menjaga jarak Alana dari lingkungan yang dianggap "tidak perlu".

"Oke, nggak apa-apa," ucap Naresh, berusaha santai. "Gue balik ke kelas dulu, ya."

Alana mengangguk pelan. Pandangannya secara refleks kembali tertuju pada Jendral—lelaki itu tersenyum tipis, dan entah kenapa, senyuman itu membuat sudut bibir Alana ikut terangkat. Tidak begitu jelas, tapi ia tetap tersenyum.

"Kita juga balik ke kelas sekarang, ya," ujar Dewa kepada Jendral, yang langsung mengangguk setuju.

Naresh, Dewa, Aska, dan Mahen pun meninggalkan kelas XI-1, menyisakan Alana dan Jendral yang masih duduk di bangku mereka masing-masing.

"Makasih," ucap Jendral setelah gengnya dan Naresh benar-benar meninggalkan kelas.

Alana menoleh, menatap Jendral dengan bingung. Ia tidak merasa melakukan sesuatu yang pantas mendapat ucapan terima kasih.

"Makasih karena sekarang lo udah lebih jarang bikin gue cemburu," lanjut Jendral, menyinggung soal Alana yang menolak ajakan pulang dari Naresh. Ia juga sadar, Alana sempat melirik ke arahnya sebelum menjawab.

"Gue nggak ngelakuin apa-apa," sangkal Alana, merasa tidak berusaha menyenangkan siapa pun.

Jendral hanya tersenyum. Bagi dia, apa pun alasannya, Alana sudah berhasil membuat rasa cemburunya terhadap Naresh mereda.

"Oh ya, gue belum balikin jaket lo," ucap Alana, baru teringat jaket Jendral masih ada padanya.

Sebelumnya, jaket itu memang sempat dikembalikan—setelah insiden “air liur”. Tapi dua hari lalu, jaket yang sama kembali berada di tangan Alana… dengan alasan yang sama.

"Santai aja, barang gue punya lo juga," balas Jendral ringan.

Ucapan yang terdengar terlalu akrab, mengingat mereka belum memiliki hubungan apa pun yang bisa membuat barang milik Jendral otomatis menjadi milik Alana.

Tepat saat kalimat itu terlontar, Nisya berdiri di ambang pintu. Ia mendengar semuanya. Tidak ada sepatah kata pun darinya, tapi ketika Alana melirik, Nisya langsung menunduk—dan dari situ, Alana mulai menyusun sebuah dugaan dalam kepalanya.

“Apa Nisya suka sama Jendral?” gumam Alana dalam hati.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!