Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Menghindar
Setelah kejadian itu, Erina memutuskan untuk tidak masuk kantor. Sebab seluruh karyawan yang ada di sana membicarakan soal tanda merah yang terdapat di lehernya usai keluar dari ruangan Darren. Mereka tentunya berpikir yang tidak-tidak. Tanpa perlu di jelaskan, mereka pasti sudah bisa menduga jika ia melakukan sesuatu dengan pria itu.
Setiap hari ponsel nya berdering mendapat panggilan masuk. Namun, ia tidak ingin menjawab panggilan tersebut. Sebab itu telepon dari bosnya yaitu Darren. Pria itu pasti memintanya untuk kembali ke kantor dan memintanya untuk tidak memperdulikan seluruh karyawan yang ada di sana.
Bagaimana bisa ia kembali ke sana dengan wajah tebal sedangkan mereka pasti akan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Apalagi orang-orang pasti akan mengira di pecatnya Tessa merupakan bagian dari hal tersebut.
Beruntung kejadian hari itu tidak sampai melampai batas. Yopi datang dan menggagalkan kejadian yang akan membuatnya di selimuti oleh penyesalan.
"Uughhh ..." Erina menggeliatkan tubuhnya, sudah tiga hari ia mengurung diri kost an.
Ia tidak mau bertemu dengan siapapun meski orang di sekitar kost an nya tidak tahu apapun tentang itu. Ia hanya bertemu dengan driver ojol yang mengantar pesanan makanan saja.
Dan saat ini ia sedang memesan makanan. Sudah hampir tiga puluh menit tapi makanan nya belum juga sampai. Padahal perutnya sudah keroncongan dan cacing nya sudah meronta.
"Sudah sampai mana, ya?" Erina mengecek driver ojol tersebut di aplikasi.
Ternyata sudah dekat. Sekitar dua menit lagi akan sampai. Ia bangun dari tempat tidurnya, mengikat rambut yang berantakan. Sebentar lagi akan ada kendaraan motor terdengar dan pintunya akan di ketuk.
Dan benar saja, ada suara motor yang datang. Ia bergegas bangun untuk membukakan pintu bahkan sebelum di ketuk oleh driver ojol itu.
Erina memutar knop pintunya dengan senyum yang mengembang di bibir berwarna merah jambu tanpa polesan lipstik sedikitpun. Menyambut kedatangan ojol yang mengantar pesanan makanannya. Namun begitu pintu di buka, senyumnya seketika memudar begitu melihat sosok pria yang mengenakan jas berwarna biru navy berdiri di depan pintu kost annya.
Iris matanya melebar, napasnya mendadak tertahan dan tubuhnya mematung.
"Apa kabar, Erina?" sapa pria itu.
Mulut Erina serasa terkunci. Sulit rasanya untuk berkata sesuatu.
"Permisi ..." ucap seseorang dengan jaket khas driver seraya menenteng kantong berisi makanan.
"Benar ini alamat mbak Erina?" tanya pria paruh baya tersebut.
Erina mengangguk.
"Ini pesanannya, mbak. Totalnya jadi tujuh puluh lima ribu."
Ojol tersebut memberikan kantong berisi makanan tersebut pada Erina, wanita itu menerimanya dengan tangan gemetar.
"Sebentar ya, pak." Erina hendak mengambil uang yang sebelumnya sudah ia siapkan di atas nakas, namun langkahnya urung begitu pria berjas tadi memberikan uang selembar seratus ribu pada sang driver ojol food tersebut.
"Ini uangnya, pak. Ambil saja kembaliannya."
"Wah, beneran ini?" tanya pria paruh baya itu tidak percaya.
"Jangan, pak. Biar saya saja yang bayar. Itu kembalikan saja." Erina menolak pria itu membayarkan pesanan makanannya.
"Tidak apa-apa, pak. Ambil saja."
"Kembalikan saja, pak. Kan saya yang pesan makanannya. Jadi saya yang harus bayar."
Driver food tersebut di buat bingung. Satu sisi ia senang lantaran mendapat tips banyak dari pria berjas tersebut.
"Ambil saja ya, pak. Aku suaminya. Kebetulan kita sedang ada sedikit masalah. Jadi dia sedikit gengsi."
"Oh,begitu. Terima kasih banyak, mas."
"Sama-sama."
Driver food tersebut pun pergi dengan membawa perasaan senang lantaran jarang-jarang dia mendapat tips sebesar itu. Karena baginya dua puluh lima ribu rupiah saja sudah termasuk tips besar.
Kini tinggal Erina dan pria berjas saja.
"Kenapa harus mengakui sebagai suamiku?" seru Erina.
"Lalu aku harus mengaku sebagai apa? Bosmu? Tidak mungkin, kan? Sebab kau saja sudah tidak mau kembali ke kantorku."
Erina terdiam. Andai tidak ada kejadian itu atau Yopi tidak datang memergoki. Mungkin saat ini ia masih bekerja di perusahaan pria itu.
"Pergilah, aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Terutama kau, tuan Darren."
Erina melipir masuk. Akan tetapi pintunya di tahan oleh Darren saat wanita itu berusaha untuk menutupnya.
"Tunggu dulu, Erina. Aku ingin bicara denganmu. Sebentar saja."
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan, tuan. Aku mohon, pergilah."
Dengan sekuat tenaga Erina menutup pintunya dan berhasil. Ia dengan cepat mengunci pintu tersebut dan membiarkan pria itu di luar mengetuk-ngetuk minta di bukakan.
"Erina, aku mohon. Aku butuh bicara denganmu, Erina. Buka, Erina."
Dug dug dug dug ...
Darren menggedor-gedor pintu tersebut lumayan keras. Namun, Erina tidak akan pernah membukakan pintunya. Ia menjauh dari sana dan kembali ke tempat tidur nya.
"Erina ... Buka, Erina. Erinaaa ..." teriak pria itu dari balik pintu luar.
_Bersambung_