NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Wisnu lelah

"Kenapa?"

Wisnu menggeleng.

"Musik mu makin rajin bersuara."

Wisnu tersenyum kecut.

"Ngomel terus bikin ga betah."

"Jadi setuju buat ambil yang baru?"

Wisnu langsung melotot.

"Jangan ngawur wil ....."

"Nu, bayi tabung aja. Duit bukan masalah ....."

Gelengan kepala wisnu tanda betapa frustasinya dia saat ini.

"Nara nolak, aku udah kasih opsi itu berulang kali tapi dia ngotot ga mau. Mau sepuluh kali coba juga ga masalah sebenarnya, kayak yang kamu bilang tadi uang bukan masalah."

Willy asisten sekaligus sahabat wisnu hanya mengangguk samar sebagai tanda perduli.

"Terus tante dewi?"

"Udah ada lima yang dipaksa buat aku kenalan tapi aku selalu nolak."

"Ga cantik? Atau ga menarik? Tapi ga mungkin, yang dipilih tante dewi pasti TOP."

Pluk

Pulpen mendarat dikepala willy.

"sakit woy ....."

"Dengar will, ini bukan soal fisik tapi ini perkara hati dan prinsip."

"Ya, menikah sekali seumur hidup. Tapi nu ....."

"Anak buka prioritas ku will."

"Tapi anak bisa jadi obat ......"

"Kayak yang tau aja."

Tawa mereka pecah bersamaan. Wisnu merasa sedikit lega walau obrolan singkatnya bersama willy tak begitu berarti.

"Kerja lagi will, nanti kita meeting panjang."

"Gayamu, yang curhat tadi siapa."

"Kamu yang tanya kalau lupa."

"Iya, bye ....."

Hari berjalan pasti, baik wisnu maupun nara tak saling bertukar kabar. Mereka sama sama sedang saling gondok dan jadilah kesibukan yang ada dijadikan pelarian.

. . . . . . . .

"Langsung pulang atau mau mampir dulu?"

"Makan nasi goreng pinggir jalan enak kayaknya."

"Kan udah makan ...." Kening willy mengkerut.

"Makan segitu bikin aku tetap lemas will, apalagi nanti sampai rumah pasti musik ku bakalan bunyi dan lagunya itu itu aja."

"Ajak honeymoon lagi."

"Halah, idemu itu terus. Udah berapa kali aku ambil cuti buat honeymoon tapi ujung ujungnya nara tetap minta yang aneh aneh ke aku."

"Ck, curhat lagi." Malas willy tapi tak mengapa.

"Cuma kamu will, cuma ke kamu aja aku bisa jadi diriku kalau ke papa atau mama aku malah ga bisa. Ga tega, aku udah banyak nyakitin mereka."

Willy tau, beban wisnu ini berat sekali untuk kedua orangtuanya. Melawan restu adalah yang paling frontal yang wisnu lakukan selama hidupnya menjadi seorang wijaya.

"Udah nyakitin mama papa apa ita aku juga harus nyakitin nara dan kedua orangtuanya."

"Bukan mau nu, jangan memposisikan dirimu ditempat yang paling salah. Kamu itu ga salah apa apa, biangnya itu ya istrimu. Mendrama sekali ....."

Wisnu tak menanggapi, tak juga marah dengan apa yang dikatakan wisnu. Sebagai suami, wisnu juga sadar dan merasakan kalau nara itu sedikit naif dan banyak egoisnya tapi karena cinta jadilah wisnu abai. Abai yang akhirnya membuat nara jadi menjadi.

"Aku ga akan capek buat ngingetin kamu ya nu. Sejak sama nara kamu itu jadi jauh, jauh ke om dan tante. Mereka itu udah tua cuma punya kamu. Eist ini bukan tentang penerus kejayaan wijaya tapi tentang rindu orangtua pada anaknya. Tante emang ga pernah berucap tapi aku tau kalau tante rindu kamu, anaknya."

Wisnu dihantam kenyataan. Kenyataan yang sejati ia sadari tapi lagi lagi demi menjaga nara kecintaannya, wisnu rela menjauh sedikit demi sedikit. Mulai dari jarang berkunjung bahkan bertukar kabar hanya karena nara merasa kurang nyaman atas pertanyaan pertanyaan soal anak yang tak kunjung hadir di pernikahan mereka.

"Aku cinta nara, will."

"Tau, aku tau. Cinta mu itu yang bikin kamu jadi anak durhaka begini."

"Astaga mulut mu itu will."

"Kenapa sama mulut ku?"

Willy berani? Terang saja berani karena wisnu kalau mau marah tak akan lama karena willy dibutuhkan dan willy juga rak salah bicara.

Sampai dirumah pukul sembilan malam. Lampu masih menyala semua tapi tak didalam keberadaan istrinya dilantai bawah. Wisnu naik dengan langkah tegas namun tetap tenang. Pintu kamar mereka terbuka lebar, samar samar wisnu bisa mendengar kalau istrinya sedang mengobrol. Sepertinya sedang menelpon.

"Gimana ma? Udah datengin bu sari kan?"

"........"

"Terus?"

"......."

"Paksa ma, febri harus mau. Gimanapun caranya, aku ga rela kalau mas wisnu nikah sama perempuan pilihan mamanya. Kalau sampai kejadian posisi ku ga akan aman."

Wisnu memejam mata. Tak sekali dua kali ia mendengar penuturan istrinya ini tapi nara sudah sekali kali bersuara semacam itu apalagi semenjak ibunya wisnu mencetuskan ide untuk mencari ibu pengganti untuk calon cucunya.

"Mama tau ga, tadi di acara keluarga. Seperti biasa mamanya mas wisnu cuma diem pas aku dicecar pertanyaan kapan hamil kapan punya anak pakai jamu aja kalau dokter udah ga bisa bantu. Muak ma, aku muak banget mana lagi halangan makin panas kepala ku jadinya."

"........"

"Ya harus ma, pokoknya aku ga mau tau. Jadikan balas budi sebagai senjata supaya bu sari dan febri ga bisa nolak."

"........."

"Ga bisa, harus febri. Karena yang aku tau febri itu selalu nurut apa kataku dari dulu jadi aku yakin cuma dia yang bisa. Hamil melahirkan dan pergi biar hidup ku tenang sama mas wisnu dan anak kami nanti."

Tut

Sambungan berakhir dan wisnu berusaha memasang wajah normal. Melangkah masuk kedalam kamar setelah istrinya meletakkan ponsel dengan gerakan kasar.

"Telpon siapa?" Tanya wisnu basa basi.

"Mama ku, mas baru pulang?"

"Hmm" wisnu bergumam, tangan sibuk melepas semua yang menempel pada tubuhnya.

"Mas udah makan?"

"Udah sama willy tadi."

"Makan apa?"

"Nasi goreng didepan gerbang komplek."

Nara mengangguk dan memilih sibuk dengan ponsel tanpa niat untuk menyiapkan keperluan sang suami. Melihat bagaimana sekarang nara abai membuat wisnu miris. Hidup mereka yang dulu penuh warna tiba tiba saja berubah. Berubah yang sebenarnya wisnu sadari secara perlahan tapi lagi lagi karena cinta membuat wisnu diam.

Ceklek

Sudah mandi dan tampilan wisnu sudah segar kembali tapi pemandangannya langsung tertuju pada sosok yang tertidur di sofa. Nara tertidur dengan ponsel ditangan dan mulut sedikit menganga. Lucu, tampilan nara yang seperti ini selalu membuat wisnu gemas tapi sekelebat kejadian yang akhir akhir ini membuat kepala wisnu pusing malah membuat tatapan yang tandunya penuh cinta berubah jadi tatapan sendu penuh luka.

"Selamat tidur sayang."

Bisik wisnu tepat disamping wajah nara dan disempatkan mengecup singkat kening istrinya. Wisnu keluar kamar, berdiri di balkon mencengkram erat pagar pembatas matanya tajam menatap taburan bintang yang jadi penghias malam. Malam yang gelap seperti hati wisnu yang kini kian menggelap karena banyak beban yang tidak bisa dengan bebas ia ungkapkan.

"Boleh aku mengeluh lelah?" Tanya wisnu pada dirinya sendiri tapi tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan itu.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!