Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Ritme Yang Sama
Tiba-tiba suara yang familiar di telinga Eva memanggilnya.
"Eva ngapain kamu disana? Kamu telat ya?" Tanya Yoga.
Sekedar info, Yoga Hendrawan merupakan seorang Ketua OSIS sekaligus most wanted di Star International High School. Dari segi fisik semua yang ada di diri Yoga merupakan makhluk ciptaan tuhan yang bisa dibilang hampir sempurna.
Badan atletis, wajah tampan dan pintar di bidang akademik maupun non-akademik. Dan dari sikapnya dia merupakan seorang laki-laki yang baik dan ramah. Ditambah dia merupakan putra tunggal dari keluarga Hendrawan yang merupakan keluarga ternama yang menjalankan bisnis properti.
Hanya satu kekurangan yang dimiliki oleh Yoga, yakni suka sekali mendekati lalu berpacaran dengan banyak gadis namun, pada akhirnya hanya akan di ghosting olehnya.
"Yoga? Iya nih aku telat, tadi diperjalanan busnya mogok." Keluhnya.
Yoga pun hanya manggut-manggut. "Hei, lihat ke kanan mu, disana ada pohon besar. Kamu berjalanlah kesana." Bisik Yoga.
Eva mengernyit. "Ngapain kesana?" Tanyanya.
"Udah ikut aja." Ucap Yoga.
Yoga pun pergi, sementara Eva beranjak mengikuti perkataan Yoga menuju ke sebuah pohon besar.
Tepat setelah dirinya sampai, Yoga pun berteriak kecil memanggil-manggil nama Eva.
"Shut…. Eva, shut…. Hei kemari."
Eva pun berbalik menuju arah suara. Dimana ada tembok yang lebih rendah dan dibaliknya ada Yoga. Eva hanya diam mematung sembari berfikir selama dia sekolah disini sama sekali tidak tahu ada tempat seperti ini.
"Hei, mau sampai kapan bengong? Ayo keburu upacaranya dimulai loh." Ujar yoga berbisik.
"Bagaimana cara naiknya?" Tanya Eva.
"Kamu panjat temboknya, jugaan temboknya gak tinggi-tinggi amat!"
"Tapi, kalau jatuh…."
Yoga pun sudah mulai kesal. Teman masa kecilnya ini sangat penakut sekali. "Kalau kamu jatuh, aku bakal tangkap kok." Ucapnya santai.
Mungkin yoga bisa mengatakan itu dengan santai, tapi berbeda dengan Eva yang mana hatinya sudah berdebar tidak karuan.
Dengan hati-hati Eva memanjat tembok yang tidak terlalu tinggi tersebut. Pijakan demi pijakan sampai akhirnya dia sudah hampir turun namun, naas kaki kanannya tergelincir saat akan menuruni tembok tersebut.
Tangan Eva pun sudah tidak kuat menahan tubuhnya sehingga dia pun terjatuh.
Bugh!
Eva pun terjatuh, perlahan-lahan kelopak mata indah milik Eva pun terbuka. "Eh, aku udah jatuh kenapa gak sakit ya?" Herannya.
"Wait, kok empuk ya." Gumamnya.
"Ekhh! Ya jelas empuk lah, kamu mendarat di atasku!" Ucap Yoga sedikit merintih kesakitan.
Eva pun menoleh, pasalnya posisinya saat ini berada di atas Yoga. Kepalanya dan tangannya berada di dada bidang milik yoga. Dapat dia rasakan aroma maskulin khas pria menguar masuk ke Indra penciumannya.
Eva mengangkat pandangannya memandang penglihatan Yoga begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa menit mereka saling pandang tanpa ada sepatah kata pun yang keluar. Detak jantung Eva pun sudah tidak dapat dikondisikan, berdetak kencang. Sampai suara toa membuyarkan pandangan mereka.
Dengan buru-buru Eva bangkit dari badan Yoga, lalu membantu ketua OSIS itu berdiri. "Ma, maafin aku ya Ga." Ucapnya gak enak.
"Iya, udah cepet sana!" Ucap Yoga sembari membenarkan pakaiannya yang terlihat kusut.
Eva pun berlari menuju lapangan upacara meninggalkan Yoga yang sedang patroli mengecek lingkungan sekolah.
Disaat bayangan Eva sudah menjauh dari pelupuk matanya, yoga pun memegang dadanya yang sedari tadi berdetak tidak wajar.
"Aduh ni jantung gw napa dah!" Gumamnya.
Sementara Eva juga merasakan hal yang sama, bahkan sampai saat dia pergi meninggalkan Yoga detak jantungnya masih juga berdetak dengan ritme yang sama. Bahkan wajahnya sudah merona karena memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya.
Bersambung……
Perkenalkan Yoga Hendrawan si Ketos kang Ghosting.