Penjara Cinta Tuan Malvyn

Malvyn menatap makanan di atas piring yang telah diberikan oleh Aisyah untuknya. Bisa dipastikan selama berada di rumah mertuanya ini, berat badannya akan naik.

"Harus makan di dalam kamar?" tanya Aisyah kepada Malvyn.

Malvyn menatap Aisyah lalu mengangguk. "Di luar ramai," sahutnya.

"Tapi perias mau masuk kamar ambil barang-barang mereka," ucap Aisyah membuat Malvyn berdecak.

"Tunggu sampai saya selesai makan," katanya.

"Ya jangan dong, pak. Kasihan mereka pulang kemalaman," jawaban Aisyah justru membuat Malvyn menatapnya dengan tajam.

Tetapi tetap saja Aisyah belum mengerti dengan tatapan tajam itu ketika membela orang lain sama seperti kejadian Jojo tadi.

"Saya akan membayar mereka dua kali lipat dan temani saya makan," ucap Malvyn dingin membuat Aisyah mengangguk patuh.

Aisyah bangkit lalu menutup pintu kamar. Ia yakin orang yang melihat mereka berada dalam kamar sedari tadi pasti sudah berpikiran aneh-aneh.

Aisyah duduk di tepi tempat tidur memerhatikan Malvyn makan dalam diam. Ia akui pria di hadapan nya begitu tampan dan sangat tampak berwibawa walau hanya sedang makan.

"Kenapa daging dan nasi nya gak dimakan?" tanya Aisyah setelah Malvyn menyelesaikan makan nya.

Malvyn tidak langsung menjawab, memilih minum terlebih dahulu. "Ini sudah malam. Makanan ini sangat berlemak," sahutnya.

Aisyah tercengang. Ternyata ada cowok yang takut gemuk. Ingin sekali aku tertawa!

Aisyah hanya mengangguk kemudian mengambil piring bekas makan Malvyn dan juga gelas lalu membawanya keluar kamar menuju dapur.

Di sepanjang jalan, ia dibuat tersenyum karena merasa lucu menikirkan Malvyn yang jarang bicara namun setelah bicara tidak pernah bertele-tele.

Tetapi, senyuman nya surut ketika melihat Sania menatapnya dengan tajam. "Kak," panggilnya lirih disertai menaruh piring kotor itu ke wadah khusus.

"Kakak kecewa sama kamu, Ais! apa nggak bisa kamu mengalah kepada kakak sekali ini saja? dari dulu kakak selalu mengalah padamu. Tapi kenapa kamu gak bisa mengalah hanya sekali ini saja?"

DEG

Aisyah tidak menyangka bila Sania belum merelakan Malvyn menikahinya. Ia tersentak kala merasakan pinggangnya di rangkul oleh Malvyn.

"Walaupun istri saya mengalah untuk anda, tetap saja saya tidak akan mau menikahi anda!" ucap Malvyn lalu membawa Aisyah meninggalkan dapur mebujubkamar mereka.

*

*

"Mario!! Kamu jangan berbohong. Dimana Malvyn?" sentak seorang wanita yang tidak lain adalah Jesica.

Setelah acara resepsi pernikahan Malvyn dan Aisyah, Mario memilih kembali ke hotel yang berada di kota.

Sepanjang perjalanan, ponselnya tidak berhenti berdering karena Jesica terus menerus menghubunginya.

"Tuan sedang banyak pekerjaan Nona. Esok kami akan kembali ke Jakarta," ungkapnya jujur.

"Memangnya kalian sedang di kota mana? aku akan menyusul!" terdengar suara helaan nafas disana.

"Tidak perlu, nona. Nanti anda kelelahan," jawab Mario asal. "Sudah dulu, nona. Saya sedang menyetir!"

Mario memasukkan ponsel nya kembali ke saku setelah memutuskan panggilan secara sepihak.

Sudah hampir seminggu ia berada di desa istri majikan nya membuat Mario merindukan seseorang yang selama ini menjalin kasih dengan nya tanpa seorang pun yang mengetahui hubungan mereka.

Kisah cinta Mario dengan Malvyn hampir sama. Hubungan yang diimpikan namun justru disembunyikan.

"Maafin aku, sayang."

*

*

Malvyn menutup pintu kamar lalu menyandarkan Aisyah dibalik pintu tersebut. Ia merapikan surai hitam sang istri ke belakang daun telinga.

Jarak wajah diantara keduanya begitu dekat hingga dapat bertukar hembusan nafas yang menyeruak di permukaan kulit wajah.

Perlakuan Malvyn membuat jantung Aisyah berdegup dengan kencang. Bahkan ia bingung harus berbuat apa untuk menanggapi perlakuan Malvyn.

"Boleh saya cium kamu?" tanya Malvyn meminta izin, tetapi langsung mencium tanpa mendengar jawaban dari Aisyah.

Awal hanya sebuah kecupan, tetapi Malvyn seakan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kecupan itu berubah menjadi sebuah lumaatan kecil dan berlanjut semakin menuntut.

Walau ini bukan pertama kali bagi Malvyn, namun bibir ranum Aisyah yang belum pernah tersentuh oleh pria lain selain dirinya membuatnya candu.

Malvyn segera melepas ciuman itu sebelum kehilangan kewarasan nya. Tapi lihatlah istrinya sekarang.

"Kenapa cemberut, hm?" tanya Malvyn sembari mengusap bibir Aisyah yang basah karena ulahnya.

"Sa-ya geli mendengar Bapak izin ingin mencium saya," jawab Aisyah Gugun dan jujur.

Malvyn tersenyum smirk lalu melumatt bibir Aisyah kembali. "Seperti ini?"