Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Robert tertawa kecil mengingat kejadian di kamar tadi. Dia tidak menyangka sesimpel ini langkah untuk memiliki Anne sebagai istrinya yang seutuhnya. Kata-kata “I love you’ meluncur dengan mudahnya dari bibirnya. Dia tidak menyangka Anne tidak mendebatnya seperti ketika mereka berdebat tentang tata letak piring di dapur, pencet pasta gigi dari tengah atau bawah, dan lainnya.
Langkah berikutnya yang ingin dilakukannya adalah berkaitan dengan pengakuan dirinya yang sebenanrnya sebagai CEO Black Diamond Group. Waktu dan suasana yang tepat untuk mengatakannya kepada Anne.
Berikutnya adalah keluarga Halinger. Robert ingin mereka menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada Anne dan menjalin hubungan hubungan yang akrab dengan Anne.
Anne adalah anak yang berbakti. Sekalipun keluarganya tidak menyayanginya, Anne tetap mengirimkan uang bulanan kepada orang tuanya dan Kakek Thomas. Walau hanya sedikit, Anne tetap berbagi. Nyonya Sandra memang meminta Anne membaginya uang bulanan, dan dia sepertinya lupa kalau Anne masih punya cicilan rumah dan motor. Anne bahkan jarang jajan untuk dirinya sendiri, jarang beli baju, jarang ganti ponsel, dll. Mungkin ibunya berpikir, ada harga yang harus dibayar Anne karena sudah dilahirkan, dibesarkan dan disekolahkan.
Seberapa besar dan banyak pun pemberian Anne, ibunya akan lebih menyukai pemberian Spencer yang mungkin lebih kecil dan lebih sedikit. Entah mengapa demikian. Anne berpikir bila suatu saat dia punya anak, anaknya lah yang akan membalas semuanya kepadanya. Apa yang kita tabur, maka itulah yang kita tuai. Bila kita tabur baik, maka kita akan tuai yang baik juga. Jadi, bila sekarang Anne rajin menabur untuk orang tuanya, maka itu akan menjadi contoh yang baik untuk anak-anaknya kelak. Anak-anak akan melakukan yang sama untuknya ketika dia tua nanti. Bagaimanapun juga, orang tua adalah pintu doa berkat buat anak-anaknya ‘kan?
Anne juga adalah manusia biasa juga. Robert pernah membaca kumpulan diary Anne di lemari bajunya. Dia pernah menulis bahwa bila suatu saat reinkarnasi itu benar ada, dia tidak ingin bertemu lagi dengan orang-orang yang membuatnya menangis, dan dia ingin punya takdir hidup yang lebih baik, dilahirkan di keluarga yang mengasihinya, jadi orang kaya, pintar, berbakat, punya hal-hal yang tidak dimilikinya di dalam kehidupannya sebagai Anne Halinger. Ingin jadi princess, eh?
Robert ingin Anne tidak mengingat terus kejadian-kejadian menyakitkan di masa lalu maupun yang baru-baru ini terjadi. Seperti misalnya, saat orang tuanya dan keluarga Spencer mengunjungi Oma Setha (kakak perempuan Tuan Ridhan) yang tinggal di Sunter. Mereka tidak mengabari Anne bahwa mereka akan berkunjung ke rumah Oma Setha. Mereka tidak juga mengajak Anne dan Robert untuk bertemu dan berkumpul bersama di rumah Oma Setha. Mereka juga tidak berniat datang sekalian mengunjungi Anne dan Robert, padahal jarak dari rumah Oma Setha ke rumah Anne di Kwitang sudah dekat. Mungkin mereka terburu-buru karena meninggal Oma Tinka sendirian di rumah, mungkin mereka tidak mau mengganggu atau bahkan diganggu oleh keberadaan Anne dan Robert. Namun, ini bukan sekali dua kali terjadi. Seringnya keluarga Nyonya Sandra dan keluarga Spencer menganaktirikan Anne dan tidak pernah mengajaknya dalam acara keluarga apa pun. Saat itu hanya sedih dan menangis pada Robert. Betapa sakitnya diperlakukan demikian, yaitu tidak diajak atau diundang oleh orang tua dan saudara sendiri.
Robert hanya bisa berkata untuk menenangkan Anne bahwa setiap orang punya sudut pandangnya masing-masing. Mereka merasa diri benar, dan Anne pun juga merasa benar dengan pemikirannya sendiri ‘kan? Jadi tidak usah merasa sedih dan kecewa. Untuk apa sedih, toh mereka pun tidak memikirkan perasaan Anne ‘kan?
Robert ingin Anne berbahagia. Fokus pada kebahagiaan dan kesehatannya sendiri. Anne menderita skoliosis, saraf kejepit dan back pain akibat tekanan pekerjaannya dan juga faktor banyak pikiran dan kepahitan. Anne sudah berobat ke dokter saraf, bahkan sudah rontgen dan MRI. Semua dokter itu hanya bilang obatnya adalah berenang dan jangan terlalu lama duduk, dan bila sakit harus minum obat anti nyeri. Namun, Robert tahu obat termanjur dari itu semua adalah mengampuni orang yang bersalah padanya, serta berbahagia. Hati yang gembira adalah obat yang manjur kata Kitab Suci.
Sudah saatnya Anne bangkit dan fokus pada kebahagiannya sendiri. Itulah salah satu sebab Robert ingin Anne hamil dan fokus dengan urusan rumah tangga, yaitu agar Anne sibuk dan tidak usah memikirkan hal-hal sedih dan tidak berguna. Pembalasan yang paling indah adalah menunjukkan kebahagiaan sejati di depan musuh kita, bukan pura-pura atau pencitraan semata saja, tapi betul-betul bahagia.
Kalau Robert menuruti suara jahat dalam dirinya, dia ingin sekali membalas keluarga Halinger dengan kejam dan tanpa ampun. Namun, Robert ingat bahwa biar bagaimanpun juga, Nyonya Sandra lah yang sudah melahirkan putri sebaik Anne. Seburuk-buruknya mereka, Anne tetaplah anak yang lahir dari mereka. Robert harus berterima kasih karena mereka sudah melahirkan dan membesarkan Anne. Lagi pula, balas dendam itu tidak akan menyelesaikan sakit dan kecewanya Anne pada keluarganya itu, malah akan menimbulkan rantai takdir yang lebih buruk. Balas dendam akan melahirkan balas dendam berikutnya, terus begitu terus seperti lingkaran setan yang tak terputus. Semua takdir buruk ini harus berhenti sampai di sini saja, sampai di Anne saja. Robert tidak bodoh, dia tahu bahwa selama ini Anne kerap menuliskan khayalan balas dendamnya di diary saja. Namun, Anne hanya sanggup sebatas itu, tidak sampai dilakukannya.
Kali berikutnya Anne pernah mengobrol dengan Robert soal anak laki-laki dan perempuan.
“Rob, apa benar anak perempuan itu lebih berbakti dan lebih sayang pada orang tuanya, biarkan anak laki-laki pergi setelah menikah, dan kita keep anak perempuan ikut kita? Agar jangan terjadi seperti yang aku alami, aku ditendang keluar dari rumah, tapi Spencer tetap di sana. Menantu perempuan tidak sama dengan anak perempuan kita ‘kan? Menantu belum tentu sayang sama kita.”
Bukan tanpa alas an Anne bertanya ini. Sebelumnya, ada seorang teman Anne berkata bahwa baiknya punya anak perempuan juga. Seorang ibu akan menangis dua kali, yaitu ketika bayi perempuannya lahir, dan ketika anak perempuannya menikah, tapi hari-hari berikutnya akan diisi dengan tawa Bahagia. Anak perempuan akan membawa orang tuanya jalan-jalan dan tinggal bersama, membantu merawat cucunya ketika dia sedang bekerja. Anak perempuan akan menyuapi dan membersihkan kotoran orang tuanya ketika orang tua sakit.
Kebalikannya adalah ketika anak laki-laki yang lahir, si ibu akan tertawa bahagia karena melahirkan penerus nama marga keluarga, tapi hari-hari berikutnya akan diisi dengan air mata terus karena merawat anak laki-laki itu lebih susah terutama kalau nakal, dan kalau suatu saat menikah dengan istrinya yang pelit atau tidak mau sayang mertua. Bagaimanapun, seorang laki-laki akan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya, alias ikut kata istrinya. Yah kalau dapat istri yang baik, tapi kalau dapat istri yang malah menjauhkan dari orang tuanya?? Tapi, ada juga kok di film atau sinetron anak laki-laki yang mau serumah dengan orang tuanya dan merawat sepenuh hati sampai orang tuanya berpulang selamanya. Jadi, menurut Robert semua itu balik lagi kepada cara orang tua mendidik anak laki dan anak perempuannya waktu kecil dan harus beri contoh yang baik agar mereka meniru dan berbakti di masa tua kita.
“Anne, lupakan sikap orang tuamu dan Spencer. Jangan diingat-ingat lagi yah. Mari kita fokus pada kebahagiaan kita ke depannya. Kelak kamu akan menjadi ibu yang hebat karena kamu sudah melalui yang pahit. Anak-anak kita akan sangat menyayangimu karena kamu sudah belajar untuk menjadi sama seperti Nyonya Sandra. Semua tergantung dari cara didik kita ke anak, kalau kita dekat dengan anak dari kecil, maka dia akan terus ingat kita dan pasti tidak lupa dengan kita sampai kapanpun,” ujar Robert waktu itu pada Anne. Anne termenung dan diam lama. Robert paham ketakutan Anne. Namun, waktu yang akan membuktikan buah dari doa dan kesabaran itu.