Kehidupan bebas membuat Delilah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bersama Nayaka, kekasih yang selalu ia perlakukan buruk. Demi Delilah, Nayaka rela menerima setiap penghinaan serta pengkhianatan. Apa yang terjadi selanjutnya ? Apa cinta mereka bisa bersatu terlebih ada sosok pria yang Delilah cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
Nayaka tersenyum melihat kedatangan seorang teman lama. Untungnya komunikasi mereka tidak terputus meski Nayaka telah lama tinggal di luar negeri. Keduanya sering berbagi kabar meski hanya saling sapa atau mengucapkan selamat hari perayaan yang Nayaka rayakan di negeri orang.
"Susah cari alamatku?" tanya Nayaka.
Wanita manis itu menggeleng. Tubuhnya mungil dan tidak terlalu tinggi. Diperkirakan sekitar seratus lima puluh sentimeter. Kulitnya putih, hidung tidak terlalu mancung, tetapi pembawaan wajahnya tidak bosan untuk dilihat. Bibir tipisnya selalu menebar senyum manis. Rambutnya lurus yang selalu dikucir kuda.
"Aku kira kau bakal selamanya tinggal di Paris," ucap Angel.
Nayaka tertawa. "Enggaklah. Tanah kelahiranku di sini. Ayo, masuk."
Angel masuk ke dalam. Sedikit berantakan karena Nayaka tengah menghias rumahnya dengan menempel wallpaper untuk menutupi cat tembok yang usang.
"Kyomi, sini sebentar, Sayang," panggil Nayaka dalam bahasa Perancis. Nayaka tetap mengunakan bahasa asing bila bersama putrinya agar semakin terasah.
Kyomi menghentikan kegiatannya menempel dinding, lalu menghampiri sang ayah. "Dia siapa?"
"Kenalkan, dia Tante Angel," ucap Nayaka.
"Hai, Nona Angel," ucap Kyomi dengan mengulurkan tangan.
"Halo, Kyomi. Senang bertemu denganmu," balas Angel dengan menyambut tangan putri kecil Nayaka.
"Kyomi lanjutkan saja menempel dindingnya. Papa ngobrol dulu sama Tante Angel," kata Nayaka.
Kyomi mengangguk, lalu kembali mengerjakan tugasnya. Sementara Nayaka mempersilakan Angel untuk duduk di sofa.
"Hanya ada air botol," kata Nayaka sembari meletakkan air mineral di meja.
"Tidak perlu repot," sahut Angel. "Putrimu cantik sama seperti ibunya."
Angel tahu jika Nayaka adalah kekasih Delilah meski keduanya belum pernah bicara. Angel juga ingat betapa cemburunya Delilah pada Nayaka yang punya teman seorang perempuan. Sebelum Nayaka yang menghubunginya terlebih dulu, maka Angel tidak akan pernah menelepon atau mengirim pesan pada sahabatnya.
Nayaka menoleh pada Kyomi. "Iya, dia memang cantik. Aku harus ekstra menjaganya." Lalu, beralih memandang Angel. "Aku butuh bantuanmu. Kyomi harus sekolah, tapi aku harus kerja senin ini. Dokumennya lengkap. Kyomi juga punya surat kelahiran hanya saja untuk kelengkapan lain aku tidak punya. Ini sedikit rumit kau tau itu. Kyomi anakku, tetapi aku belum menikah."
"Untuk sekolah jangan khawatir. Bibiku kepala sekolah. Kita bisa minta bantuannya, tapi untuk hal lain aku juga enggak tau. Kau bisa memasukan Kyomi di kartu keluargamu," usul Angel.
"Statusnya bagaimana?" tanya Nayaka.
"Ya, anaklah," jawab Angel. "Tapi aku enggak tau juga."
"Untuk masalah ini, nanti dulu. Aku perlu bantuan untuk Kyomi masuk sekolah saja."
"Tenang saja. Kyomi tetap bisa sekolah," sahut Angel. "Oh, apa aku boleh membantu kalian menghias rumah?"
"Tentu saja. Kita hias rumahnya bersama."
Kyomi juga senang dengan adanya Angel. Yang namanya anak gadis pasti ada saja yang ditanyakan. Keduanya, bahkan berjanji untuk belanja pakaian bersama. Tampaknya Nayaka akan segera dilupakan.
...****************...
Nayaka bangun di pukul lima pagi. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan. Ia harus membuat sarapan, menyiapkan Kyomi yang juga akan pergi bersama Angel mendaftar sekolah.
"Ini masih terlalu pagi, Papa," gerutu Kyomi.
"Tapi kamu harus siap-siap, Kyomi. Papa punya banyak kegiatan hari ini. Cepatlah mandi, Papa akan mendandanimu."
"Enggak mau. Dingin," tolaknya.
"Ayolah, Kyomi. Jangan membantah."
Ayah sekaligus ibu bagi seorang anak kecil berusia enam tahun. Belum lagi jika menghadapi Kyomi yang cerewet seperti sekarang.
Kyomi keluar dengan mengenakan kaus dalaman dan celana pendek. Ia langsung duduk di tepi tempat tidur dan Nayaka segera menyisir rambut panjang putrinya.
"Aduh, sakit!" teriak Kyomi.
"Papa sudah bilang kalau tidak bisa mengurus rambut, maka potong saja," ucap Nayaka, lalu mengoleskan minyak rambut di kepala Kyomi.
"Papa sisirnya pelan-pelan."
"Ini sudah pelan. Rambutmu saja yang kusut."
Andalan tatanan rambut Nayaka adalah kepang dua. Selalu itu hingga Kyomi mendapat julukan kuda betina saat di sekolahnya yang lama.
"Kyomi ingin pakai bando," ucapnya.
"Rambutmu rapi jika dikepang dua."
"Tapi Kyomi ingin pakai bando."
"Besok saja," kata Nayaka kekeh. "Kita sarapan dulu. Tante Angel akan segera datang. Tidak baik membuatnya terlalu lama menunggu."
Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya tadi matahari belum muncul, dan sekarang cuaca di luar sana sudah terang benderang. Suara panggilan terdengar dari luar karena memang Nayaka sudah membuka pintu agar Angel langsung bisa masuk.
"Syukurlah kamu sudah datang. Ini hari kerja pertamaku. Aku tidak ingin terlambat. Aku titip Kyomi, ya. Nanti kalau kalian sudah mendaftar, tinggalkan saja. Kyomi sudah biasa tinggal sendiri," kata Nayaka.
"Aku rasa kamu perlu penjaga, Nay. Di sini bukan Paris, apalagi kau meninggalkan Kyomi di rumah," sahut Angel.
Nayaka mengangguk. "Iya, aku akan mencarinya," jawabnya, lalu memeluk Kyomi. "Papa pergi dulu. Kyomi jangan nakal."
"Oke, Papa," balasnya dengan memberi kecupan di pipi.
...****************...
"Apa posisi di bagian divisi pemasaran sudah terisi?" tanya Delilah.
"Sudah, Bu. Beliau sedang berada di bagian personalia. Apa mau diangkat sebagai manager pemasaran langsung menggantikan bapak Dedi?" tanya Nela, sekretaris Delilah.
"Tidak, dia belum bekerja di sini untuk waktu yang lama. Bawa orangnya kemari. Aku mau lihat dan wawancara langsung."
"Tapi beliau sudah diterima. Ini CV dari bapak ...."
Ketukan pintu memutus kalimat Nela. Delilah mempersilakan orang di luar sana untuk masuk. Rupanya pria bagian penerimaan pegawai yang datang.
"Saya membawa ...."
"Oh, suruh masuk saja. Kalian boleh pergi," sela Delilah.
"Masuklah," ucap pria itu.
Dengan senyum yang mengembang, Nayaka masuk ke ruangan Delilah. Namun, senyum itu berubah menjadi kekagetan. Pintu ditutup oleh dua karyawan Delilah yang sudah keluar. Delano Jewerly adalah perusahaan perhiasan yang Delilah dirikan. Delano yang merupakan singkatan dari Delilah, Dila, dan Dion.
"Rupanya aku salah masuk perusahaan," ucap Nayaka.
"Berhenti di sana!" kata Delilah ketika Nayaka ingin pergi.
"Aku tidak akan menganggumu lagi. Aku tidak tau jika ini perusahaanmu!" kata Nayaka.
Delilah bangun dari kursinya, ia berjalan mendekat. "Ka-kakak apa kabar?"
"Kau bisa lihat sendiri. Aku belum mati setelah dipukuli oleh preman suruhanmu."
"Aku hanya tidak ingin kau mencariku."
"Kenapa kau tidak menghabisiku saja, Delilah? Kau bisa membuat mereka membunuhku dan Kyomi."
"Kau tidak tau mengerti perasaanku!" teriak Delilah. "Kakak pikir jika kita bersama. Apa aku bisa mendirikan usahaku sendiri? Apa aku bisa membuat bangga keluargaku? Ini bukan masalah uang, Kak. Aku merasa hidupku telah berakhir ketika melahirkan Kyomi. Masa mudaku telah diambil. Itu yang aku rasakan, Kak."
"Lalu bagaimana dengan Kyomi? Dia membutuhkan seorang ibu. Kasih sayang seorang ibu. Di mana pikiranmu, Delilah? Bahkan kau sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Kau akan menjadi seorang ibu."
"Dari awal seharusnya aku tidak menuruti keingiananmu. Seharusnya aku menggugurkan janinku saat itu," ucap Delilah.
"Apa karena ayahnya dari kalangan tidak mampu? Itu, kan, yang membuatmu menyembunyikan hubungan kita. Dari awal seharusnya kau tidak bersamaku!"
"Diam!" bentak Delilah. "Kau berani berteriak padaku?"
"Kau siapa sampai aku harus selalu patuh padamu? Aku bukan Nayaka yang dulu, Delilah. Aku akan melawanmu!"
Nayaka menarik pintu, lalu keluar dari ruang kerja mantan kekasihnya. Delilah tidak bisa berbuat apa-apa karena pertengkaran nanti akan membuat gaduh seisi kantor.
Bersambung
sediiiihhhh jengkel seneng jadi satu