NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru

Titisan Darah Biru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Dendam Kesumat / Ilmu Kanuragan
Popularitas:26.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Mahesa Sura yang telah menunggu puluhan tahun untuk membalas dendam, dengan cepat mengayunkan pedang nya ke leher Kebo Panoleh. Dendam kesumat puluhan tahun yang ia simpan puluhan tahun akhirnya terselesaikan dengan terpenggalnya kepala Kebo Panoleh, kepala gerombolan perampok yang sangat meresahkan wilayah Keling.


Sebagai pendekar yang dibesarkan oleh beberapa dedengkot golongan hitam, Mahesa Sura menguasai kemampuan beladiri tinggi. Karena hal itu pula, perangai Mahesa Sura benar-benar buas dan sadis. Ia tak segan-segan menghabisi musuh yang ia anggap membahayakan keselamatan orang banyak.


Berbekal sepucuk nawala dan secarik kain merah bersulam benang emas, Mahesa Sura berpetualang mencari keberadaan orang tuanya ditemani oleh Tunggak yang setia mengikutinya. Berbagai permasalahan menghadang langkah Mahesa Sura, termasuk masalah cinta Rara Larasati putri dari Bhre Lodaya.


Bagaimana kisah Mahesa Sura menemukan keberadaan orang tuanya sekaligus membalas dendamnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang Lodaya ( bagian 1 )

*****

"Jadi Pendekar Mahesa Sura sudah berhasil membuat kemelut dalam tubuh pasukan pemberontak, Larasati?"

Wajah Bhre Lodaya sumringah mendengar kabar yang diberikan oleh putrinya ini. Hal sebesar ini jelas merupakan angin segar bagi perjuangannya melawan para pemberontak yang mengepung Kotaraja Lodaya dari arah barat.

"Benar sekali, Kanjeng Romo. Dia sudah membunuh para perwira tinggi Singhakerta dan mengacak-acak keharmonisan hubungan antara kelompok-kelompok dalam pasukan itu. Jika kita menyerang saat ini, besar kemungkinan mereka tidak akan bisa bertahan lagi", balas Rara Larasati dengan senyuman lebar.

"Bagus bagus sekali hahahaha...

Dengan begini, Singhakerta dan pasukan nya akan berhasil kita kalahkan. Lantas apa kita bisa menyerang sekarang ini, putri ku? ", tanya Bhre Lodaya Singhawardhana segera.

" Kakang Mahesa Sura meminta kita untuk bersiap-siap untuk menyerang tetapi menunggu tanda-tanda yang akan ia berikan", jawab Rara Larasati yang membuat semua hadirin yang menghadiri pertemuan sore hari itu.

"Tanda? Tanda apa yang akan diberikan oleh Pendekar Mahesa Sura, Gusti Putri? ", tanya Senopati Banyak Kulawu, pimpinan tertinggi dari semua pasukan Lodaya.

" Kakang Mahesa Sura tidak mengatakan nya dengan jelas, Paman Senopati. Hanya mengatakan bahwa tanda itu akan bisa kita lihat dari kejauhan "

Semua orang terdiam sejenak mendengar jawaban Putri Rara Larasati. Mereka sibuk menerka-nerka apa sebenarnya tanda tanda yang akan menjadi pemicu serangan mereka ke pertahanan pasukan pemberontak Singhakerta.

"Kita tidak perlu memusingkan apa yang akan menjadi tanda serangan kita. Lebih baik, siapkan pasukan kita untuk menyerang pasukan musuh kapanpun itu dilakukan.

Senopati Banyak Kulawu, Tumenggung Dandang Pengaron!.. "

Kedua orang perwira tinggi prajurit Lodaya yang disebut segera menghormat pada sang penguasa Kerajaan Lodaya yang memanggil nama mereka sembari berkata, "Hamba Gusti Bhre.. "

"Persiapkan pasukan kalian sebaik mungkin. Atur mereka agar dapat bergerak cepat begitu tanda yang diberikan oleh Pendekar Mahesa Sura muncul. Ini mungkin adalah kesempatan kita satu-satunya untuk mengalahkan pasukan pemberontak itu! ", titah Bhre Lodaya Singhawardhana.

" Sendiko dawuh Gusti Bhre.. ", ucap Senopati Banyak Kulawu dan Tumenggung Dandang Pengaron bersama-sama.

Usai pertemuan itu di gelar, keduanya lekas bergerak ke arah pertahanan pasukan Lodaya di barat Alas Gunung Betet. Dengan cepat, keduanya mengatur pasukan di sepanjang garis pertahanan yang sudah di tata sebelumnya. Malam itu menjadi malam panjang bagi para prajurit Lodaya yang bersiaga penuh untuk berperang.

Menjelang pagi tiba, saat matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur, tiba-tiba seorang lelaki berpakaian seperti rakyat jelata tergesa-gesa untuk memasuki tempat tinggal Senopati Banyak Kulawu. Semua orang tahu bahwa ia adalah telik sandi yang ditugaskan untuk memata-matai kegiatan pasukan pemberontak Singhakerta. Kebetulan saja, Senopati Banyak Kulawu juga baru saja bangun tidur meskipun semalam suntuk ia mengatur strategi untuk mengalahkan pasukan pemberontak Singhakerta bersama dengan Tumenggung Dandang Pengaron.

"Hayam Angin, kenapa kau seperti dikejar setan begitu? Ada berita penting apa?! ", tanya Senopati Banyak Kulawu begitu melihat orang itu masuk ke tenda nya.

" Hooosshhh hooosshhh, mohon ampun Gusti Senopati..

Hamba melihat asap hitam tebal membumbung tinggi dari arah belakang garis pertahanan pasukan pemberontak. Jika tidak keliru, itu adalah tempat penyimpanan bahan pangan mereka ", jawab Hayam Angin sang telik sandi dengan nafas tersengal-sengal. Maklum saja, ia setengah mati berusaha untuk sampai di tempat ini secepat mungkin.

Heemmmmmmmmm...

" Sepertinya ini adalah tanda-tanda yang dimaksud oleh Gusti Putri Rara Larasati. Prajurit! Persiapkan diri kalian! Kita menyerang pasukan pemberontak Singhakerta saat ini juga!! ", perintah Senopati Banyak Kulawu lantang.

Mendengar perintah itu, prajurit jaga langsung memukul bende dengan cepat. Ini adalah tanda situasi mendesak bagi mereka.

Dalam waktu singkat, seluruh prajurit Lodaya yang berjumlah sekitar 10 ribu orang prajurit sudah berkumpul di depan garis pertahanan pasukan Lodaya. Lalu dengan diawali oleh tiupan terompet tanduk kerbau yang melengking tinggi, pasukan Lodaya di bawah perintah dari Senopati Banyak Kulawu dan Tumenggung Dandang Pengaron dengan semangat berapi-api menyerbu ke arah garis pertahanan pasukan pemberontak pimpinan Singhakerta.

Tak butuh waktu lama, perang pun pecah di timur wilayah Simping.

Mendapatkan serangan cepat ini, pasukan pemberontak Singhakerta yang sedang terpecah belah karena pertikaian antara kelompok bekas anak buah Demung Macan Wilis dan Demung Walang Kadung juga karena kebakaran yang menghancurkan sebagian besar perbekalan pangan mereka, seketika kacau balau seperti anak ayam kehilangan induk. Dengan cepat mereka terdesak oleh pasukan Lodaya yang siap dalam segala hal.

Denting suara senjata tajam beradu sesekali disertai dengan suara ledakan meriam cetbang menggelegar terdengar di tempat pertahanan pasukan pemberontak. Jerit jerit kesakitan disertai dengan muncrat nya darah prajurit yang gugur, mewarnai setiap sudut tempat itu.

Meskipun Singhakerta dan Dipati Kalang berusaha sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi gempuran pasukan Lodaya dibawah pimpinan Senopati Banyak Kulawu dan Tumenggung Dandang Pengaron, pasukan nya tetap terdesak sangat hebat.

Chhrraaaaassshhhh!!!

Darah segar muncrat di muka Dipati Kalang setelah leher prajurit Lodaya berhasil ia tebas dengan pedang nya. Musuhnya langsung terkapar bersimbah darah. Lelaki tua bertubuh gempal penguasa daerah Kalang ini memang ahli dalam bertarung jarak pendek. Dipati Kalang terus mengamuk, membantai setiap prajurit Lodaya yang berusaha untuk mendekati nya.

Tumenggung Dandang Pengaron yang melihat sepak terjang Dipati Kalang menggeram murka. Dia segera memacu kuda tunggangan nya ke arah Dipati Kalang. Begitu mendekat, dengan menggunakan pelana kuda sebagai tumpuan, perwira Lodaya ini langsung melompat ke arah orang tua itu sambil mengayunkan pedangnya.

Shhrrreeeeeeeeettttttt!!!

Melihat serangan datang dari arah samping kiri, Dipati Kalang dengan cepat menjatuhkan tubuhnya untuk menyelamatkan diri. Begitu lolos dari maut, dia memutar tubuhnya dan menghadapi Tumenggung Dandang Pengaron.

Pertarungan sengit pun tak terelakkan lagi. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan bertarung yang handal dengan jurus jurus mematikan. Bahkan tingkat tenaga dalam mereka pun bisa dikatakan berimbang hingga membuat pertarungan antara kedua belah pihak berlangsung seru dan menegangkan.

Dhhaaaaaassshh dhhaaaaaassshh..

Uuuugghhhh..!!!!!

Tubuh Dipati Kalang jatuh terjengkang setelah dua tendangan beruntun Tumenggung Dandang Pengaron menghajar dada dan perut nya. Bahkan pedangnya pun lepas dari genggaman tangan.

Darah segar meleleh keluar dari mulut Dipati Kalang. Melihat itu, mata penguasa daerah Kalang ini mendelik kereng.

Dengan cepat ia merentangkan kedua tangannya ke samping tubuhnya. Lalu dengan cepat, ia menangkupkan kedua telapak tangan nya ke depan dada. Sedangkan mulut lelaki tua itu komat-kamit membaca mantra.

Cahaya kuning berhawa panas menyengat bergulung-gulung di kedua lengan lelaki tua ini. Yang dengan cepat berkumpul di telapak tangannya yang sedang tertangkup di depan dada.

Melihat itu, Tumenggung Dandang Pengaron mendengus keras sembari berkata,

"Ajian Gagar Mayang!

Kau ingin mengalahkan ku dengan ilmu itu, Dipati Kalang?!! "

1
arumazam
habisi semua
Windy Veriyanti
wah...keren ada ajian 18 Tapak Menundukkan Naga 👏

jadi keinget juga jurus tokoh Kwee Ceng di film silat mandarin The Legend of Condor Heroes...18 tapak pembunuh Naga, yang diajarin oleh gurunya, Si Pengemis Ketua KayPang 😁
Idrus Salam
Yah... dengan terpaksa kami pun menunggu lanjutannya kembali

/Smile//Chuckle/
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
Pendekar kok pasrahaan.. 🙄🙄
Ahmad Buchori
up up up
Ahmad Buchori
terus up Thor dan kanjutkan
saniscara patriawuha.
wahhhhaaiiiii bakalllannn rameeee iniiiiii,,,,
🆓🇵🇸 Jenahara
antara jerangkong, which, barbarin atau valkri 😁
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Kang Ebez.. Tunggak kasih kemampuan kang, biar bisa lawan kroco² 😁
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅: emang main Remi apa, pke ada Jokernya 😜Wle
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾: gak usah.. biar aja dia jadi Joker 🤡 tapi Joker yg selalu beruntung dalam pertempuran, biar tambah seru dan lucu 😂😂
total 2 replies
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Heeh... adu ilmu malah merem 😅
Tarun Tarun
TDK perduli dgn yg datang siapa mo jerangkong mo tengkorak.
yg penting up trs kg ebez😂
Batsa Pamungkas Surya
bagianku menunggu update besok lagi
Idrus Salam
Situasi yang cukup menguntungkan buat Mahesa Sura dengan keadaan seperti ini. Tinggal nanti nunggu eksekusi untuk sapu bersih menyelesaikan pertarungan. Akan tetapi mungkin akan terjadi dua kemungkinan, antara dua Perguruan aliran putih merasa tertolong atau merasa dimanfaatkan.
Idrus Salam: Hehe

Iya baiknya tergantung dua-duanya /Grin/
Ebez: hahaha bisa jadi dua-duanya bang Idrus 😁😁🙏🙏
total 2 replies
Windy Veriyanti
Mahesa Sura nyantai dulu...sambil melihat situasi dan menikmati jalannya pertarungan...😉
Ebez: sekalian nunggu joker nya muncul kak Windy😁😁🙏🙏
total 1 replies
Tarun Tarun
jgn ksh kendor upnya kg ebez
Ebez: sudah up tuh bang Tarun😁😁
total 1 replies
Ali Khadafy
cersil kang ebezz ga kaleng² cm syg ga bisa update tiap hari
Ebez: hehehe ya kadang terkendala kerjaan juga bang Ali 🙏🙏😁😁
total 1 replies
saniscara patriawuha.
bantaiiii habissss manggg Belongggggg,,, ojooo kendorrrrr.....
Ebez: assiiiiaaaaaappppp kang Saniscara🙏🙏🤣🤣
bantai habis pokoknya
total 1 replies
Batsa Pamungkas Surya
hemat energi hemat makanan nie si Sura
Batsa Pamungkas Surya: sudah update.. tp masih nunggu munculnya
Ebez: nunggu waktu yang tepat ya bang Batsa😁😁
total 2 replies
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
ibarat kendaraan menghemat bensin biar gak mogok dijalan 😅
Ebez: pakai yang listrik aja kak Pandanwangi 😁😁🙏🙏
Ebez: hahaha ini namanya cerdik lah ya bang Joe 😁😁🙏🙏
total 3 replies
arumazam
mati semua
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!