Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Siang hari nya, Ica di jemput oleh supir kantor untuk mengantarkan makan siang sesuai perintah Zen tadi pagi.
"Bi, apa bibi punya barang untuk menyamarkan bekas ini?" Tanya Ica pelan.
"Bekas apa Non?"
Ica pun memperlihatkan begitu banyak tanda kemerahan di leher nya, pantas saja sedari tadi pagi gadis itu terus menutupi leher nya dengan rambut.
"Ada Non, tunggu ya.."
"Iya Bi, mau ke kantor malu kalau keliatan orang." Jawab Ica, Bi Arin mengerti dan tau siapa pembuat tanda itu, meski sedikit merasa penasaran, tapi dia pendam sendiri.
Bi Arin mengulurkan sebuah benda bundar seperti lipstick.
"Apa ini Bi?"
"Ini concealer Non, pake buat menyamarkan tanda kemerahan nya." Jawab Bi Arin.
Ica pun buru-buru memakai benda itu dan meratakan nya, dia takjub karena tanda itu benar-benar tersamar sempurna.
"Makasih Bi, Ica berangkat dulu ya.." Ica mengembalikan benda itu dan membawa rantang berisi makan siang untuk Zen.
"Sama-sama Non, hati-hati di jalan." Teriak Bi Arin karena gadis itu sudah pergi keluar rumah.
Maid lain menatap Bi Arin dengan tatapan aneh, mungkin mereka ingin tau kenapa gadis itu terlihat akrab dengan nya.
"Apa? Kenapa menatap nya begitu?"
"Enggak kok, kami hanya heran kenapa kau bisa seakrab itu dengan gadis asing yang di bawa tuan muda. Sebenarnya hubungan tuan muda dengan gadis urakan itu apa sih?" Tanya salah satu maid yang paling muda, bukan rahasia lagi kalau dia menyukai tuan muda. Dia sudah sering menjadi bahan ghibahan sesama maid di mansion milik Zen.
"Kalian atau hanya kau?" Tanya Bi Arin lagi, seketika maid itu diam.
"Dengar, siapapun gadis itu tak ada hubungan nya dengan mu." Tegas Bi Arin.
Bi Arin pergi meninggalkan dapur dan para maid yang berjejer rapi untuk menggosip, selain bekerja di mansion mereka juga gemar menggosip. Dan sasaran gosip mereka hari ini adalah Ica.
Sedangkan yang di gosipkan, sekarang tengah berada di perjalanan menuju kantor Zen.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, tak ada yang berani membuka suara atau memulai percakapan terlebih dulu. Ica sibuk melihat pemandangan jalan raya yang padat, sedangkan supir nya fokus mengemudi.
....
"Permisi Nona, sudah sampai."
"Ahh iya, terimakasih pak." Jawab Ica, lalu gadis itu keluar dari mobil dan berjalan pelan memasuki kawasan kantor.
Ica sempat tertegun saat melihat betapa tinggi nya bangunan yang di sebut kantor itu, belum lagi jajaran mobil yang terbilang mewah terlihat parkir di dekat perusahaan itu.
"Tinggi banget ini, kira-kira berapa lantai ini ya?" Gumam Ica.
"Ahh sudahlah, aku bisa menanyakan nya pada Daddy nanti." Ica segera masuk dan menanyakan dimana ruangan Zen pada receptionist.
"Permisi kak, ruangan Tuan Azzendra di lantai berapa ya?" Tanya Ica dengan senyum ramah nya.
"Maaf sebelumnya, Nona siapa nya tuan Zen? Apa sebelum nya sudah ada janji?" Tanya Receptionist yang terlihat masih muda.
"S-saya.."
"Biarkan dia masuk." Suara bariton membuat kedua perempuan itu menoleh.
Bimo berdiri tegap, tentu dengan kacamata yang setia bertengger di hidung mancung nya.
"Baik tuan,"
"Mari ikut saya Nona.." Tawar Bimo datar, Ica mengekor di belakang asisten pria nya.
Mereka masuk lift dan setelah Ica masuk, Bimo menekan tombol bertuliskan lantai 25.
"Terimakasih sudah membantu saya tadi, Pak."
"Lain kali bilang saja kau kekasih nya tuan muda." Celetuk Bimo, masih dengan ekspresi datar nya.
"Ini cowok datar banget kayak tembok." Gumam Ica, seperti nya pria itu pun tak mendengar nya. Terlihat dari ekspresi nya yang masih sangat datar.
Ting...
Bunyi lift terbuka, kedua nya keluar dari lift dan berjalan ke ruangan CEO.
"Silahkan masuk, tuan Zen ada di dalam dan satu lagi, saya bukan tembok." Ica membulatkan mata nya saat mendengar kalimat terakhir pria itu, jadi pria itu mendengar gumaman nya tadi.
"Maafkan saya pak."
"Masuk lah, saya masih banyak pekerjaan." Ica pun membuka pintu dan menutup nya lagi setelah dia berhasil masuk.
Dia melihat ruangan yang begitu luas di lengkapi berbagai fasilitas mewah dan pasti nya mahal.
Ica melihat Zen yang masih berkutat dengan laptop nya, tangan nya juga bergerak lincah menekan tombol keyboard, tanpa menyadari kalau Ica sudah berada di ruangan nya.
"Selamat siang.." Sapa Ica, lalu duduk di kursi yang tersedia di depan Zen.
"Ya, selamat siang.." Jawab Zen tanpa memalingkan pandangan nya dari benda persegi yang menyala itu.
"Sudah makan Dad?" Tanya Ica, barulah pria itu menatap gadis yang duduk di depan nya.
"Kau sudah datang By, aku belum makan. Pekerjaan ku menumpuk." Jawab Zen, lalu bangkit dari kursi kebesaran nya dan menarik Ica ke sofa yang tersedia.
"Kamu masak apa By?" Tanya Zen.
"Bukan aku, tapi Bi Arin yang masak." Jawab Ica, memang benar Bi Arin yang memasak semua nya, dia hanya membantu memotong beberapa sayur saja.
"Lain kali masakin buat aku ya, pengen nyobain aja masakan kamu."
"Iya, sekarang Daddy makan dulu." Ucap Ica, lalu membuka rantang yang berisi nasi dan beberapa lauk yang beraroma menggugah selera.
"Suapin.." Pinta Zen.
"Ihh manja, kan punya tangan sendiri." Tolak Ica.
"Ingat, kamu belum memenuhi kesepakatan dengan menjadi partner ranjang ku, kalau kau lupa aku mengingatkan nya."
"Iya iya," Ica mengambil sendok dan mulai menyuapi pria manja di depan nya.
"Rasanya tambah enak karena kau menyuapi ku By."
"Sejak kapan Daddy jadi lebay begini?" Tanya Ica ketus.
"Sejak aku mengenal dirimu. Kau sudah datang bulan belum?"
"Belum, mungkin besok atau lusa."
"Aku tak sabar, waktu nya hampir tiba. Saat itu, akan aku pastikan kamu mendesaah nikmat di bawah ku."
"Makan dulu yang bener, jangan kebanyakan mesoom." Ketus Ica, membuat Zen terkekeh.
"Kamu tunggu disini sampai aku selesai bekerja ya?"
"Aku mau pulang aja, buat apa disini juga paling duduk atau tiduran, males." Jawab Ica, dia paling malas menunggu.
"Yaudah tidur aja, atau main game."
"Aku gak punya ponsel." Jawab Ica pelan.
"Nanti sepulang kerja, kita beli ponsel ya."
"Beneran?" Tanya Ica dengan wajah yang berbinar.
"Iya dong, tapi Daddy ingin vitamin." Ucap Zen, mata nya menatap nakal pada buah kenyal yang ada di dada Ica.
"Tadi pagi kan udah.."
"Pengen lagi, itu kan tadi." Jawab Zen manja, bahkan tangan nya sudah mulai meraba-raba tubuh Ica.
"Lain kali, jangan pake baju terbuka gini. Daddy gak suka milik Daddy di lihat orang lain." Ucap Zen, lalu mengecup basah leher Ica.
"Nanti beliin concealer ya Dad."
"Concealer tuh apa? Terus guna nya buat apa?" Tanya Zen, dia mana tau barang seperti itu.
"Buat nyamarin bekas kemerahan yang Daddy buat lah, kalau gak di samarkan pake concealer, aku gak mungkin mau kesini dengan tanda merah yang memenuhi leher ku."
Zen baru sadar, tanda kemerahan yang semalam dan tadi pagi dia buat tak ada. Leher gadis nya bersih tanpa tanda apapun.
"Nanti kita beli, kalau perlu dengan pabrik nya sekalian." Zen menindih tubuh Ica dan melancarkan aksi nya menjamah tubuh gadis nya yang bagai candu, dia tak pernah puas memainkan nya.
....
🌷🌷🌷
pantesan di marahin Ca, baju mu ini sexy bener🤣
Emg mo di gagahi waktu M?