Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 30 FIRST DAY
Kami pulang dengan hati yang berbunga. Anya menggendong Leon sedangkan aku menuntun motorku. Tangan kami saling berpegangan satu sama lain. Sepanjang perjalanan kamu saling menceritakan hari kami Kami berjalan hingga kedepan Paviliun Anya. Aku merasa jarak Taman dengan Paviliun Anya semakin dekat, Ataukah ini hanya perasaan ku yang masih ingin terus bersama nya.
Setelah sampai di depan Paviliun Anya, aku berpamitan untuk pulang. Ada senyum merekah ketika aku melihat Anya. Ia tidak lagi merasa malu padaku.
Rasanya hari ini aku sangat bahagia, Semoga saja rasa ini selama nya.
Esok paginya aku dibombardir oleh Chat Anya. Dia bilang dari semalam dia tidak bisa tidur karena merasa malu mengingat apa yang diperbuat kami semalam. Tak lupa juga ia menanyakan bagaimana perasaan ku padanya, apakah setulus perasaan nya padaku. Lucu sekali Anyaku.
Aku pun memutuskan untuk menelepon Anya. Dari seberang sana ku dengar suara gemuruh. Apakah dia sedang salting. Tanya ku dalam Hati.
"Halo....Liam?". Suara nya begitu lembut. Sangat berbeda-beda dari biasanya yang cerewet.
"Halo Anya, Apa tidur mu nyenyak malam tadi, maafkan aku karena terlalu capek, jadi aku tidak mendengar ada telepon dari mu". Jawabku pada Anya.
"Aku tidak bisa tidur karena bahagianya. Seperti nya hanya aku yang merasakan nya disini?". Tanyanya penuh curiga.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu, apa perbuatan ku kemarin kurang menyakinkan mu bahwa aku mencintaimu?". Aku beranjak untuk duduk, mencoba meyakinkan Anya tentang perasaan ku.
"Terus kita ini apa?Kau bahkan tidak meminta ku untuk menjadi pacarmu?".Aku yakin disana pasti Anya kacau dengan segala pikiran negatif nya.
"Apa belum cukup aku membuktikan bahwa aku mencintaimu mu Nya? Bagiku tidak perlu kukatakan pun itu sudah menunjukkan bahwa kau milik ku". Aku mencoba menjelaskan sebisanya pada Anya.
"Apa aku boleh menganggap mu milik ku?". Tanya Anya pelan.
"Kenapa perlu ditanya sayang, tentu saja aku ini milik ku". Aku menjawab nya dengan tertawa. Diseberang sana Anya hanya diam mendengar penjelasan ku.
"Apa yang kau bilang tadi?Sayang?Aku sungguh tidak sanggup mendengar nya Liam?banyak kupu-kupu diperutku". Aku tertawa mendengar penjelasan Anya. Lucu sekali rasanya. Aku yakin disebrang sama pasti pipi nya sudah merona. Ingin kucubit pipi merona nya itu.
"Salting nya udah belum sayang". Tanya ku lagi. Ku dengar Anya tertawa disana.
"kau sudah mandi dan sarapan belum? Aku mau mandi dan mencari sarapan nanti. Hari ini aku mau mengunjungi Kakek". Ujarku pada Anya
"Aku sudah mandi, tapi belum makan karena sudah antusias ingin mendengar suaramu. Bisakah kita sarapan bersama dirumah Kakek Liam?". Tanya Anya.
"Bisa, nanti akan ku hubungi Jerry. Rupanya pacarku ingin sarapan bersama nya?". Aku mencoba meledek nya.
"hmm... kalau kau tidak mau juga tidak apa, aku bisa sarapan dengan kakek". Jawa mb Anya ketus.
"Tentu saja aku mau sayangku, Aku juga rindu pacar cantik ku ini". Aku mencoba membujuk nya.
"bye.. Sampe jumpa dirumah tukang gombal". Anya memutuskan telepon secara sepihak. Aku yakin disana dia sedang salting, sama seperti aku disini.
Setelah telepon berakhir, aku memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. Seperti nya aku tidak ingin Anya menungguku terlalu lama.
Aku berpakaian cukup santai hari ini. Hanya menggunakan kaos dan celana jeans yang ku padukan dengan jaket kulit. Melihat penampilan ku sudah rapi aku pun bergegas menuju Paviliun Kaki.
Setibanya disana aku disambut oleh Dua Satpam yang bertugas disana. Tidak lupa aku memberikan oleh-oleh cumi kering kepada mereka. Mereka sangat senang menerima hadiah dari ku.
Didepan pintu rumah aku disambut oleh senyuman Anya yang merekah bak bunga mawar. Disamping Anya terdapat dua maid yang membantu ku membawa oleh-oleh untuk Kakek. Kami semua pun masuk kedalam Paviliun.
Maid mengatakan padaku bahwa Kakek berada diruang baca, Sebelum aku bergegas keruangan tersebut Anya menarik tanganku.
"Jangan bilang Kakek dulu, biarkan semua orang tidak mengetahui bahwa kita pacaran". Pinta Anya.
"Tak masalah dengan itu, semuanya ku serahkan padamu saja Anya". Kami pun masuk kedalam ruang baca.
Diarah yang berlawanan ternyata Jack sedang memperhatikan kami. Aku meminta adanya agar masuk terlebih dahulu. Saat aku hendak menemui nya ada Kakek yang memanggil ku. Aku pun bergegas masuk kesana.
Aku menceritakan liburan ku dipantai Valentia kepada Kakek, aku pun menitipkan salam dari Ayahku untuknya. Ayah membawakan banyak Ikan kering untuk Kakek.
Kami berbincang cukup lama dengan Kakek, hingga waktu istirahat Kakek pun tiba. Aku dan Anya mengantarkan kakek ke kamar untuk beristirahat.
Selepas mengantarkan kakek ke kamar, kami berdua akhirnya makan bersama. Para Maid menyiapkan berbagai masakan atas kedatangan ku kesini.
dari novel Alice Celestia Dalian, jngn lupa mampiirrr 😉