AKU SARANIN BACA DULU Si DUKU MATENG YA BIAR TAHU ASAL USULNYA CERITA INI
HAPPY READING
Penghulu menikahkan itu memang sudah tugasnya, lalu bagaimana kalau Penghulunya yang dinikahkan
Alkan Arthama Syarief, si Penghulu tampan berlesung pipi, yang bisa membuat para calon pengantin wanita berpaling dari calon suami mereka.
Dipertemukan dengan Grecia, si gadis apa adanya, yang sangat jauh dari tipe Alkan. Bahkan Cia rela menjadi stalker dari seorang Alkan, si Penghulu tampan, kapan pun dan dimana pun.
Hidup, sikap, penampilan, bahkan gaya berbicara pun mereka bagaikan langit dan kerak bumi. Alkan yang begitu sederhana dan lembut, Grecia yang begitu glamor dan bar bar serta emosian, didukung dengan segala kemewahannya.
Akankan mereka bisa saling melengkapi, disaat banyak yang menentang, karena perbedaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takan Membiarkan
Suasana masih hening, Cia bahkan hanya bisa menunduk, sembari meremas jari jemarinya. Gadis itu, tidak berani melirik apa lagi menatap Alkan maupun Galaska, saat ini.
"Haahahaa," tawa Gala tiba tiba menggema.
Cia yang tengah dilanda perasaan nano nano, segera menatap sang Abang heran. Kenapa pria bermulut pedas ini tertawa? apa menurut Gala lucu, setelah mempermalukannya di hadapan Alkan?
"Kenapa muka kalian tegang begitu sih? aku hanya bercanda," ujar santai Galaska, bahkan pria itu kembali tertawa puas.
Gala tidak sadar kalau saat ini Cia tengah menatapnya tanpa berkedip, sedangkan Alkan hanya menatap diam, pria berwajah bule itu.
"Serius amat sih, lagian mana mungkin nih cowok suka sama kamu Cici. Jangan jangan kamu ngarep ya? sayangnya Abang gak bakalan izinin kamu, buat ngejar cowok. Kalau cowok itu suka sama kamu, biarin dia yang berjuang, tanpa ada paksaan." kali ini ucapan yang dilontarkan Gala terdengar serius.
Bahkan tawanya sudah terhenti, berganti dengan raut wajah datar. Gala terlihat menatap Cia dan Alkan secara bergantian, Gala tidak bodoh. Dia tahu arti tatapan, yang di berikan Cia pada pria yang dia tolong tadi.
Tatapan tertarik dan memuja, bahkan Gala rasa ini bukan pertemuan mereka, untuk pertama kalinya. Gala kecolongan rupanya, sang adik kecil sudah pintar menyelusup, tanpa disadari olehnya.
"Pulang!" suara Gala terdengar lagi, membuat Cia menatap sendu padanya.
" Tapi Cici masih mau disini." cicit Cia, gadis itu kembali menundukkan wajah. Cia yang biasanya berani, kini terlihat ciut kala melihat tatapan datar serta dingin Galaska.
"Abang yang bakalan ngantar, kamu!" ucap Gala, tidak ingin di bantah lagi.
Pria itu bangkit, Gala segera meraih kunci mobil yang tergantung dipaku. Bahkan Gala tidak melepaskan seragam bengkel, dia tidak peduli kalau nanti mobil kesayangannya akan kotor.
"Abang?" rengek Cia.
Gadis itu menahan lengan Gala, saat pria itu hendak membangunkannya. Cia berusaha menahan air mata, entah kenapa, rasanya dia tidak rela untuk beranjak.
"Anda menyakitinya, kalau pergelangan tangan adik ini terus digenggam seperti itu, saya yakin besok pagi, tangan ini akan membiru." ucap Alkan tiba tiba, pria itu terlihat bangkit lalu melepaskan cekalan tangan Gala di lengan Cia.
"Seorang Kakak tidak akan menyakiti adiknya sen...," ucapan Alkan terpotong.
"Aku hanya berusaha melindungi dia, dari para pria yang hanya memberikan harapan palsu padanya. Aku harap, kau bukan salah satu dari mereka," ujar pelan Gala, namun begitu mengena di hati.
"Maaf, saya bukan lagi bocah labil, yang suka memberikan harapan palsu pada wanita. Ibu saya seorang wanita, jadi kalau saya menyakiti seorang wanita, berarti sama saja melukai Ibu saya sendiri. Saya juga tidak pernah memberikan harapan palsu pada siapa pun, kalau pun ada yang merasa saya begitu. Maaf, saya benar benar tidak merasa sama sekali, untuk melakuan hal itu." balas Alkan tenang, kedua mata dark coklatnya menatap berani pada netra abu abu Galaska.
Alkan sedikit tidak terima kalau pria ini, mengjudgenya sebagai seorang pria pemberi harapan palsu. Padahal Alkan tidak pernah memberikan harapan apa pun dan pada siapa pun.
"Udah Bang, biar Cici pulang sendiri." ucap Cia sedikit serak.
Cia bahkan masih sempat meraih tangan Galaska, lalu menciumnya takzim. Setelah itu Cia kembali berbalik, bahkan saat kedua matanya bersitubruk dengan netra Alkan, Cia segera mengalihkan pandangan.
Abangnya benar, Alkan tidak mungkin suka dengan gadis sepertinya. Cia harus sadar diri, dia masih banyak kekurangan untuk seorang Alkan, yang begitu sempurna dimatanya.
Bahkan, tanpa peduli Cia segera melepaskan jaket jeans yang sedari tadi membelit pinggangnya, lalu melemparkan jaket itu kearah kursi.
Semua ucapan Alkan tidak ada yang salah, semuanya benar. Alkan tidak pernah memberikan harapan apa pun padanya, hanya saja dia yang terlalu berharap pada Alkan.
"Sadar diri Ci, ayo sadar!" gumamnya pelan.
**HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
GIMANA KABAR KALIAN PAGI INI GUYS
JANGAN LUPA DUKUNGANNYA SELALU YA, LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA, BIAR OTHOR NULISNYA SEMANGKA
SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHHH**
lama2 author nya tak jak bkin kolak ini....