Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.
Bruukk
"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.
"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.
"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.
Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.
Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Jam tujuh pagi Erfan sudah berada di kantornya, memeriksa semua dokumen yang harus ditanda tangani. Hari ini ia akan lebih banyak diluar dari fitting gaun pengantin, booking hotel untuk resepsi, desain undangan dll. Ah, Mami membuatnya repot saja, harus mengurusi hal receh seperti ini.
Erfan mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja.
"Pagi Bos, calon pengantin pagi-pagi sudah kerja semangat banget." Celoteh Ressa saat memasuki ruang kerja Erfan.
"Berisik Sa!" Ressa malah cekikikan, duduk di kursi depan bosnya. "Tertekan banget ya Bos.
"Kamu sudah carikan apa yang kuminta tadi malam."
"Tentu, apa aku perlu ikut juga?"
"Wajib Sa, bisa gila aku ngurusin ini sendirian. Lagian Mami aneh-aneh aja. Masa anaknya yang tampan harus disiksa seperti ini." Ucap Erfan dengan pede. Otaknya sekarang sedang konslet. Perlu digaris bawahi, sedang tidak beres.
"Emang tampan ya Bos?" Tanya Ressa dengan nada mengejek. Kalau ada anak buah yang rese ya hanya Ressa orangnya. Meskipun Bosnya dikenal galak, Ressa bodo amat.
"Banget," Erfan menghibur dirinya sendiri.
"Kasihan." Ejek Ressa terang-terangan.
"Apa lo bilang Sa?" Erfan mengepalkan tinjunya, ingin menonjok wajah Ressa yang banyak tingkah.
"Menyedihkan." Tegas Ressa, lagi-lagi gadis itu tersenyum mengejek. Membuat Erfan geram.
"Lo bosan kerja ya?"
"Banget bos, jenuh." Jawab Ressa polos tanpa rasa bersalah.
"Sialan, masih bisa lo majang muka polos di depan gue Sa." Teriak Erfan, Ressa tambah tertawa geli bukannya takut.
"Kepolosan gue emang gak diragukan lagi Bos, bisa bikin orang ilfeel."
"Apalagi kalau lo sambil ngupil Sa."
"Mau dipraktekin sekarang?" Pertanyaan Ressa, mendapatkan ciuman kertas yang di lemparkan Erfan.
"Punya seketaris gak beres ya gini."
"Otakku gesernya dikit aja kok Bos, masih bisa diperbaiki dengan alat bantu. Kasih sayang misalnya." Ressa terkekeh, mengeluarkan ponsel lalu memberikan pada bosnya. "Ini tempat yang akan kita kunjungi hari ini. Semua jadwal meeting sudah dikosongkan. Sekarang waktunya jemput calon istri." Senyuman Ressa mengembang lalu mengambil ponselnya kembali.
Erfan mengangguk. Mereka keluar ruangan menuju basemen. "Boleh tau siapa yang membetulkan otakmu yang geser itu Sa?" Tanya Erfan, mereka jalan bersisian. Ressa mensejajarkan langkahnya agar tidak ketinggalan.
"Otomatis bos, tanpa perlu diotak-atik." Lagi-lagi Ressa terkekeh, hidupnya memang tidak sewaras yang orang bayangkan.
Ressa menemani Bos dan calon istrinya ke butik untuk fitting gaun pengantin. Jadi pengen cepat nikah juga deh kalau liat gaun cantik begini. Ia mengamati dari jauh perempuan cantik yang sebentar lagi menjadi istri bosnya. Bilqis sedang mencoba beberapa potong gaun terbaik di butik ini. Harganya setara dengan gajinya selama setahun. Ressa bergidik dibuatnya, enaknya jadi istri horang kaya.
"Mas gimana?" Bilqis keluar dari fitting room dengan gaun grey yang sangat menawan. Erfan terpesona dibuatnya, semoga ini awal dari terbukanya sang hati.
"Mas..!" Panggil Bilqis, Erfan masih terpaku menatapnya. "Mas, nanti matanya copot lho." Panggil Bilqis lagi.
"Iya Qis."
"Malah melamun." Bilqis menampakkan wajahnya yang cemberut.
"Hei bisa ngambek juga!" Erfan tertawa kecil melihat wajah cemberut Bilqis yang baru pertama kali ditunjukkan gadis itu.
"Gimana?" Tanya Bilqis lagi.
"Cantik."
"Beneran?"
"Iya, cantik banget." Erfan masih duduk di sofa sambil tersenyum menatap calon istrinya yang sudah membuatnya terpesona. Dasar laki-laki, gak bisa lihat yang cantik-cantik, matanya langsong melotot.
"Jadi gimana, mau yang ini atau yang tadi?"
"Dua-duanya boleh."
"Mas, pilih dong jangan bikin aku bingung. Aku cape nih berdiri." Lagi-lagi Bilqis membuat Erfan menarik kedua sudut bibirnya, ia berdiri mendekati gadis itu. "Aku suka yang kamu pakai ini." Ujarnya dengan mengedipkan sebelah mata.
"Gitu dong dari tadi." Bilqis tersenyum malu-malu, pipinya bersemu merah. Ia kembali ke fitting room untuk berganti pakaian.
Erfan menunggu sambil senyum-senyum sendiri. Not bad, manis juga, batinnya. "Sa, sekarang kita kemana lagi?" Tanyanya saat Bilqis sudah kembali dari fitting room.
"Hotel Bos."
"Ngapain Sa?"
"Astaghfirullah, jangan bilang kalau Bos lagi mikir aneh-aneh. Yaa booking hotel buat acara Bos." Ressa geleng-geleng kepala. "Gue pikir cuma otak ini yang geser, ternyata otak Bos juga."
"Mulut lo gak bisa disaring dulu ya sebelum ngoceh Sa!"
"Gak, mulutku bukan kelapa yang bisa diparut lalu disaring dan diambil santannya." Bilqis terkekeh, mereka bertiga meninggalkan butik, menuju sebuah mobil hitam yang terparkir.
"Kalau gak mikir kerja lo bagus, udah gue tendang lo Sa." Ujar Erfan dari balik kemudi.
"Alhamdulillah, akhirnya bos mau mengakui juga kalau kinerjaku bagus." Pekik Ressa girang.
"Ampuunn, ya Allah tolong hamba jauhkan dari seketaris gila seperti Ressa." Erfan membanting setirnya kesal karena ulah seketaris tak bermoral seperti Ressa. "Qis, jangan dekat-dekat Ressa nanti ketularan." Bilqis tertawa kecil.
"Mbak Bilqis hati-hati lho nikah sama Bosku ini, kewarasannya diragukan. Aku aja sampai bingung kenapa Mbak mau menikah dengan orang aneh seperti dia." Ressa menahan tawanya, Erfan sangat kesal dengannya sekarang. Kapan lagi bisa bertingkah seperti ini dengan bos sendiri.
"Bacot lo Sa!" Ressa hanya tersenyum setiap mendengar umpatan kasar bosnya. Lebih baik diam. Biarkan dua orang itu saling mengenal, gumamnya.
Erfan menghentikan mobilnya di sebuah hotel bintang lima pilihan Ressa, namun sayangnya pada tanggal itu sudah ada yang lebih dulu membookingnya. Terpaksa harus mencari hotel lain.
Sialnya sudah empat hotel mewah yang mereka datangi hasilnya sama. Mami oh Mami, kenapa menyiksa Erfan seperti ini sih. Waktu semepet ini mana dapat hotel seperti yang diinginkan.
Ini adalah hotel terakhir, harapan satu-satunya. Not bad, Erfan melihat-lihat ballroom hotel untuk resepsi pernikahannya nanti. Tapi sayangnya hotel itu juga sudah ada yang booking. Sial, umpatnya.
"Sa, gimana dong. Serius gue capek." Ah, semelelahkan ini mengurus pernikahan. Maminya sungguh keterlaluan.
"Bos punya teman pemilik hotelkan?" Seingat Ressa Erfan pernah menyebutkan nama temannya itu tapi lupa siapa namanya.
"Zaky, yeach. Dia akan melakukan apapun buat gue." Erfan mengambil ponselnya untuk menghubungi Zaky. Tidak berapa lama telpon terhubung. Ia menjelaskan semuanya pada Zaky. Semudah itu Zaky mengiyakankan semuanya. Tapi sialnya lusa ia harus menghadiri acara yang dibuat Zaky dan selama seminggu kedepan.
"Sa, lo urus pembayarannya Emeral Hotel, dan bantu gue menyelesaikan semua ini segera. Lusa gue ada agenda sampai seminggu kedepan. Tidak bisa ditolak."
"Beres bos, simbiosis mutualisme-kan?" Erfan tergelak, kalau Ressa tau apa yang akan ia lakukan seketarisnya itu pasti akan memakinya tiada henti.
Bilqis menatap sekilas wajah calon suami yang duduk di sebelahnya, jelas tergambar kalau Erfan sedang banyak pikiran. "Kita istirahat makan siang aja dulu Mas, bentar lagi masuk waktu dzuhur," ajaknya.
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan