Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menembus Alam Langit
Di saat itu, Lie merasa sangat lemah, dia mencoba menarik energi langit dan bumi ke arahnya.. Energi yang sangat besar pun mulai memasuki tubuhnya, namun begitu tidak dapat mengembalikan anggota tubuhnya yang hancur.
Kekuatan yang masuk kedalam tubuhnya hanya mampu meregenerasi luka di dadanya. Namun kali kirinya masih hancur tak bersisa, bahkan kerangka pun tidak terlihat.
"aku memang selamat, tapi apakah aku harus cacat tanpa kaki kiri dan tangan tangan." batin Lie mendesah.
Tiba-tiba dalam benaknya, terbayang sebuah teknik regenerasi yang ternyata itu kemampuan dari Api Pheonik yang telah di sempurnakan oleh Bara.
"Benar! Bukankah Bara pernah berkata bahwa api merah itu memiliki kemampuan meregenerasi tubuh asal jiwaku masih ada, ternyata ini tekniknya dan ada juga beberapa jurus elemen api, aku akan mempelajari teknik regenerasi tubuh dulu." gumam Lie sambil membaca semua informasi yang ada di kepalanya.
Tak lama kemudian Lie pun mencoba menjalankan teknik tersebut, api hitam kemerahan kembali menyelimuti tubuhnya, perlahan mengobati semua lukanya secara bersamaan.
Namun saat api itu mulai meregenerasi tubuhnya, tiba-tiba tubuh Lie meledak dan hancur berkeping-keping hingga menyisakan jiwa yang terselimuti api hitam.
Hancuran tubuh yang hancur di udara tiba-tiba berhenti bergerak seakan waktu menang tidak bergerak sama sekali.
Perlahan semua bagian tubuh yang hancur kembali melayang kearah jiwa Lie. Dengan di selimuti api hitam kemerahan, tubuh Lie kembali dibentuk kembali.
Mulai dari tulang yang kembali utuh dan berwarna putih susu dengan di lapisi petir emas bergerak di antara sel-sel tulang, kemudian berlanjut pada bagian organ dalam termasuk otak dan lima organ vital lainnya.
Dantiannya saat ini berubah lebih besar dengan balutan warna emas. Semua bagian tubuh di rekonstruksi ulang kembali, dan saat semua itu terjadi Lie benar-benar kehilangan kesadaran.
Dua hari lamanya tubuh Lie di rekonstruksi ulang hingga kembali utuh, tubuhnya saat ini lebih padat berisi, kulitnya lebih putih dan halus.
Kekuatannya pun langsung melambung menjadi Alam langit tingkat menengah, dan kekuatan spiritualnya menjadi lebih kuat, terlihat juga ada semacam bangunan istana di dalamnya.
Lie masih belum tersadar, perlahan mutiara naga kegelapan bergerak dengan sendirinya dan menyatu kembali dengan tubuh Lie, dan ajaibnya. Mutiara itu berubah menjadi sebuah simbol dengan gambar Naga yang melingkar.
Semua bagian tubuh Lie saat ini di perkuat sedemikian rupa, sehingga senjata tingkat surgawi pun, hanya meninggalkan goresan tanpa melukai terlalu dalam.
Garis keturunan tubuh kuno pun di bangunkan, sehingga tiap sel darahnya seperti memiliki kehidupan sendiri dan berdenyut mengikuti detak jantung Lie.
Saat matahari mulai terbit di hari kedua, Lie masih belum sadarkan diri. Di saat itulah seseorang keluar dari kehampaan, tidak air tampak berpedar di atas Lie saat tubuh itu menampakkan wujudnya.
Seorang lelaki paruh baya berusia lima puluh tahunan dengan rambut putih dan jenggot yang juga berwarna putih sebatas leher, menatap teduh sosok Lie yang masih tak sadarkan diri.
Sosok itu pun perlahan melayang ke arah Lie, lalu keningnya berkerut. "Apakah pemuda ini yang telah memanggil petir hukuman surgawi, tapi..., mengapa keadaannya seperti ini, dan tingkat Kultivasinya pun tidak dapat aku lihat."
Saat ini dantian Lie sedang tertutup api Abadi, sehingga siapapun tidak dapat melihat tingkat Kultivasinya, ini adalah salah satu kelebihan Bara selain apinya yang dapat membakar segala.
Tetua itu segera mengeluarkan pakaian dari cincin penyimpanan, terlihat cincin itu bertuliskan Prakasa sebagai hiasan. Bila Lie sadar, dia pasti akan bertanya-tanya siapa sejatinya tetua ini.
Dengan satu lambaian tangan, perlahan pakaian itu mulai membalut tubuh Lie. Warna pakaian itu biru, sangat bagus dengan hiasan naga dari benang perak.
kemudian dia menyentuh pergelangan tangan Lie untuk memastikan keadaannya. "Dia memiliki tubuh khusus aku tidak tahu jenis apa. usia tulangnya juga baru lima belas tahun, tidak mungkin rasanya dia yang memanggil petir tadi."
Lalu secara tidak sengaja, pria paruh baya itu melihat ada bagian tubuh yang hancur seperti bentuk kaki, yang membuat pria tua itu kembali mengambil kesimpulan, jika yang telah memanggil petir itu adalah orang lain dan mati.
Padahal potongan tubuh hancur itu sebenarnya milik Lie. Mereka tidak ikut bergabung karena jaraknya terlalu jauh, sehingga tidak bisa menyatu kembali dengan tubuh Lie.
"Sebaiknya aku bawa anak ini ke tempatku dulu." ujar Pria paruh baya itu.
Setelah menyelimuti Lie dengan energinya, dia menggerakkan tangannya ke arah dinding lubang.
Tercipta riak air yang mana di tengah riak itu terlihat sebuah celah setinggi orang dewasa. Tak menunggu lama, tetua itu melangkah masuk berserta Lie yang di letakkan di pundaknya.
Dia melapisi tubuh Lie dengan energinya, karena khawatir saat melintasi ruang, Lie akan terluka, karena ruang hampa terkadang tidak stabil.
Sesaat setelah Tetua itu pergi dan celah ruang tertutup. beberapa sosok tampak melesat kearah sana dengan kecepatan tinggi, rata-rata dari mereka sudah berada di Alam Kehampaan.
Sosok-sosok kuat itu mendarat di lubang bekas Lie terkapar, ada tiga orang pria tua di sana saat ini, di jubah mereka terdapat gambar pedang berwarna merah, mereka para tetua dari sekte Pedang Keadilan, salah satu sekte menengah di di Kerajaan Kutai ini.
"Tampaknya pemanggil petir surga itu tidak selamat, hanya bagian tubuh yang hancur yang tersisa." kata salah satu orang dari ketiganya.
"Benar kakak kedua, lihat! Kaki dan tangan itu hingga hancur seperti itu." kata orang yang satunya, sambil menunjuk potongan kaki dan tangan Lie.
"Namun pecahan pedang ini berunsur petir apa dia memiliki elemen petir? Sungguh di sayangkan pemilik elemen langka harus berakhir seperti ini." sesal orang ketika.
"Benar Adik Ketujuh, sangat di sayangkan.. Padahal sangat sedikit orang yang memiliki elemen petir, apalagi yang memakai pedang sebagai senjata." kata orang yang di panggil kakak kedua.
Tak lama, api berwarna putih kekuningan terlihat di tangannya, membakar bagian tubuh Lie seraya berkata. "Sebaiknya kita kembali, sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan di sini."
Setelah kepergian ketiga orang itu, banyak sosok silih berganti menuju tempat itu, mereka pun pergi dengan kecewa, tidak ada yang tertinggal kecuali pecahan pedang petir milik Lie.
**
Di tempat lain
Tetua yang membawa Lie tiba di sebuah telaga dibelahan gunung yang lain. tujuh ratus kilometer jauhnya dari gunung tempat Lie menemukan keberuntungan.
Tetua itu membawa Lie menuju rumah di pinggir telaga, setelah sampai dan sebelum membuka pintu. Sesosok wanita cantik berusia belasan tahun namun berwajah pucat keluar dari dalam rumah.
"Kakek sudah pulang,, siapa itu? Tanya gadis muda itu.
"Entahlah Arum, kakek menemukannya di perjalanan sedang tidak sadarkan diri, dia istimewa karena itu kakek membawanya pulang." jawab kakek itu sambil membelai kepala sang cucu.
Sang tetua menurunkan tubuh Lie dengan posisi bersila, dia lalu menempelkan telapak tangan di belakang punggung Lie dan mulai mengalirkan Qi yang halus kedalam Meridian Lie.
Perlahan namun pasti, Qi itu memasuki jalur Meridian dan bergerak ke dantian, kemudian keluar dan bergerak mengikuti sembilan titik Meridian nya.
Saat energi Qi memasuki dantian Lie, pria tua itu terkejut saat mengetahui tingkat kultivasi Lie. Setelah melewati sembilan siklus, Lie mulai tersadar, dia perlahan mulai membuka matanya.
Lie masih tidak bergerak karena merasakan ada Qi yang mengalir ke tubuhnya. Jika dia bergerak dengan paksa, sudah pasti akan melukai organnya.
Perlahan Qi itu mulai di tarik dari tubuhnya, baru kemudian Lie berbalik, menghadap orang yang ada dibelakangnya.
"Terimakasih Tetua sudah menolong saya." kata Lie sambil membungkuk memberi hormat."
Tetua itu mengangguk lalu bertanya. "Siapa namamu anak muda."
Tanpa ragu, Lie menjawab. Lie Ragil Nugraha, Tetua."
Tetua itu mengernyitkan dahi. "Nugraha? Apa kamu keturunan dari Keluarga Nugraha?"
Tetua itu tidak bisa tidak bertanya sambil menatap tajam kearah Lie, namun seberkas cahaya kegembiraan bisa terlihat dari matanya.
Lie awalnya sedikit ragu, tapi jika di pikir lagi dia pasti sudah mati jika tidak di tolong sosok tua di depannya ini, namun tetap dia tidak bisa mengatakan jati dirinya.
"saya bukan dari keluarga Nugraha, mungkin hanya nama belakang saja yang sama. Karena saya tumbuh dari keluarga biasa." ucap Lie dengan sopan.
Dia tidak bisa menyinggung pria di depannya ini karena orang ini sudah berada di ranah Dewa tingkat menengah.
"Sayang sekali... Aku berharap kau memang keturunan Keluarga Nugraha, usiamu sangat muda namun ranahmu sudah di Alam langit." jawab dari pria tua itu, ada jejak kekecewaan tampak di wajahnya, di sertai jejak kekaguman juga ada disana.