Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Leonard menuruti kemauan ayahnya, kembali duduk di sofa. James berpindah duduk di sebelah anaknya, menuangkan anggur ke gelas Leonard. "Nak, sedikit nasihat dari ayah," ucap James dengan nada menenangkan, sambil merangkul Leonard.
"Jangan biarkan istrimu merendahkan dirimu sebagai suami. Kamu harus punya kendali atasnya. Berhati-hatilah, nak, wanita banyak menyembunyikan rahasia," lanjut James pada putranya.
Kata-kata itu mengejutkan Leonard, ekspresi terkejutnya tak bisa ditutupi. "Daniar tidak pernah merendahkan aku, Ayah. Dia istri yang baik. Justru aku yang banyak berbuat salah padanya," jawab Leonard dengan nada defensif.
"Nak, ayah tahu kamu sangat mencintainya, tapi jangan terlalu bucin pada istrimu. Mungkin saja selama ini, Daniar mau menikah denganmu karena uang," ujar James dengan nada yang membuat Leonard waspada.
"Aku kenal Daniar, dia bukan wanita serakah," Leonard membela istrinya dengan tegas.
James tersenyum licik, "Jangan terlalu percaya wanita. Mereka itu licik suka, pandai menyembunyikan keburukan dan melimpahkan semua kesalahan pada laki-laki. Ayah berkata begini, hanya ingin kamu berhati-hati. Jangan sampai kamu terluka nantinya," kata James dengan nada yang membuat Leonard merasa tidak percaya diri.
Leonard merasa tidak yakin lagi. Dia mulai meragukan niat Daniar dan merasa tidak percaya diri. Apakah Daniar benar-benar mencintainya, atau hanya karena uang? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Ayah khawatir kedepannya kamu akan menderita karena wanita yang hanya mengincar uangmu. Jika dia memiliki anak darimu, dia akan semakin menjerat hidupmu dan menampakkan sifat serakahnya. Maka, pegang lah kendali, nak. Jangan bersimpati pada wanita dengan tujuan licik," lanjut James, sambil tersenyum dalam hati.
Leonard terdiam, lalu beberapa kali, meneguk lagi minumannya, pikirannya mulai kacau, ilusi negatif mulai menghantuinya, bayangan tentang Daniar yang meninggalkan dirinya bermunculan tanpa sebab, kata-kata negatif James benar-benar merasuki jiwa Leonard.
Sementara itu , diwaktu yang sama. Daniar berjalan di koridor sambil mencari tempat yang lebih tenang dan nyaman. Dia merasa kesal dengan suaminya yang tampaknya menikmati hiburan yang disediakan oleh ayahnya yang bejat.
Kemudian Daniar duduk di kursi kolam renang, mencoba menenangkan pikiran. Dia memandang ke air kolam yang tenang, Daniar mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia merasa sedikit lebih tenang, tapi pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghantui.
Apa suaminya benar-benar setia padanya? Selama ini mereka berhubungan di belakangnya? Mungkinkah suaminya telah berubah, atau dia hanya tidak melihatnya?
Semakin banyak pertanyaan yang muncul, semakin hatinya tidak tentang, apa yang sebenarnya terjadi. Daniar merasa sedang berada di tengah-tengah labirin yang tidak tau arah dan jalan keluar.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang menghampiri. Daniar menoleh ke belakang, mencoba melihat siapa yang datang.
Calista berdiri di belakangnya, dengan senyum yang licik di wajahnya. "Kamu harus bercerai degan suamimu, Karena Tuan Leonard tidak mencintaimu lagi!" kata Calista dengan suara menantang
Daniar terkejut, merasa seperti dipukul oleh kata-kata Calista. "Apa maksudmu berkata seperti itu!" tanyanya dengan geram.
Calista tertawa jahat, "Masa kamu tidak mengerti, aku dan Leonard memiliki hubungan yang lebih dari sekedar boss dan sekretaris, Nyonya Da-ni-ar," ucap Calista dengan nada yang membuat Daniar merasa sakit hati.
Daniar tidak percaya dengan kata-kata Calista. Dia yakin bahwa Calista hanya menggertak nya. "Tidak mungkin, dasar pembohong!" pekik Daniar.
Calista tersenyum licik, "Aku tidak bohong. Aku hanya memberitahu kamu tentang kebenaran," kata Calista dengan nada yang membuat Daniar merasa tidak yakin.
Daniar bingung, tidak tahu siapa yang harus dia percayai. "Buktikan!" tantang Daniar.
Calista tersenyum licik, "Oh sangat mudah membuktikannya, aku bisa memperlihatkan buktinya malam ini, tapi kamu harus bersiap menerima kenyataan!" seru Calista, sorot matanya serius dan sangat menyakinkan.
Glek!
Daniar menelan ludahnya, satu sisi ia tidak bisa menerima pengakuan Calista tanpa bukti, tapi disisi lain, ia juga takut dengan apa yang akan terjadi, setelah dia menerima bukti darinya.
Calista melihat keraguan di wajah daniar, "Tenang saja, Nyonya Daniar. Aku akan menunjukkan bukti yang tak terbantahkan. Tapi, kamu harus menunggu sekitar 15 menit. Bukan waktu yang lama, bukan?" tawar Calista dengan nada yang membuat Daniar merasa tidak sabar dan penasaran.
Daniar terpaksa mengangguk, ia setuju untuk menunggu, dan Calista pun tersenyum puas. "Baiklah, Nyonya. Aku akan menunjukkan bukti yang kamu tunggu-tunggu. Tunggu saja di sini, aku akan kembali dalam, datanglah ke ruangan karaoke setelah 15 menit."
Calista berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Daniar dengan hati yang berdebar-debar. Daniar merasa tidak tenang, sesuatu yang besar akan terjadi, seperti badai yang siap menghantam. Rasa penasaran itu membakarnya, membuat Daniar tidak bisa diam, ia pun berjalan berkeliling kolam renang.
.
15 menit berlalu. Tak mengulur waktu lagi, Daniar langsung memberanikan diri untuk kembali masuk ke dalam, dengan perasaan gugup yang semakin memuncak. Ia terus berjalan dengan tergesa-gesa, hingga akhirnya tiba di pintu ruang karaoke.
Tangannya gemetar saat membuka tuas pintu, Daniar mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, sebelum akhirnya pintu ruangan karaoke terbuka dengan perlahan.
Saat pintu perlahan-lahan terbuka, Daniar mendengar suara desahan seorang wanita dan pria yang bersahut-sahutan, suara yang tak asing yang biasa ia dengar dari suaminya.
Didalam sana Daniar melihat Leonard berbaring di sofa, berbaring begitu santai dan bebas. Namun, yang membuat Daniar terperanjat adalah Calista, tubuhnya polos tak mengenakkan apapun, wanita itu sedang duduk bergoyang diatas suaminya.
Pemandangan itu langsung meruntuhkan kepercayaan Daniar pada Leonard. Calista tersenyum licik menatap Daniar dan terus mengeluarkan suara desahan, sementara Leonard wajahnya tampak rileks menikmati gerakan liar wanita yang sedang berada diatasnya.
Sebuah penghianatan yang tak termaafkan. Perasaan yang datang begitu cepat—sakit, kecewa, dan marah—tercampur menjadi satu. Tanpa pikir panjang, Daniar menatap suaminya dengan mata yang berisi amarah.
"Leon!" teriaknya dengan suara bergetar.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**