JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Tinggal bersama
"Kenapa?" tanya Sena.
"Aku cemburu."
DEG...
Sena merasa aneh saat Regan mengatakan hal seperti itu. Cemburu? Sena sangat takut dengan Regan jika sampai ketahuan kalau semalam mereka sempat bersama walau tak melakukan apapun.
"Dia hanya bosku dan aku sangat menyukai anak kecil. Sebelum bicara lebih baik kendalikan sikapmu dulu karena aku jauh lebih cemburu mengingat kau ada hubungan gelap di belakangku."
Sena segera kembali masuk ke villa saat Regan membuatnya kesal. Regan mengikutinya dan mencoba untuk minta maaf namun Sena tak menggubris. Dia sangat kesal dengan Regan yang seolah mengekangnya.
"Sena, kau mau ke mana? Matahari pun belum terbit?" tanya Regan.
"Aku mengantuk."
Regan melihat kaki Sena yang seolah kesusahan untuk melangkah. "Kenapa kaki mu?"
Sena langsung terhenti dan mencari alasan yang pas. "Nginjak batu tadi."
Regan khawatir lalu segera melihat kaki Sena namun Sena menepisnya. Dia sangat khawatir jika Regan menyadari pahanya terluka.
"Kak Re, aku mau tidur! Jangan ganggu! Nanti jam 9 tolong bangunkan! Aku sangat mengantuk."
Sena langsung menjatuhkan diri di tempat tidur, Regan menemaninya sampai terlelap bahkan sambil memijat kaki Sena. Sena begitu nyaman dan damai, ia terlelap di ambang mimpi yang indah.
Di sisi lain.
Devan mengingat kejadian tadi malam dengan Sena, ia tersenyum kecil sambil melihat anting Sena yang terjatuh di kamar villanya. Untung saja Devan tidak sempat melakukan hal terlarang dengan wanita itu.
"Papa, yuk kita pulang! Aku sangat lelah."
"Baiklah, kita siap-siap dulu."
Devan menatap villa yang ditempati Sena, ia tersenyum lagi seperti orang gila.
Aku akan menunggu kau bercerai, Sena.
Devan menyimpan satu anting itu, entah apa yang dipikirannya malam itu namun dia merasa jika nasib Sena sama sepertinya dan mereka harus terbebas dari pasangan masing-masing.
***
"Sena, bangun!"
Regan menepuk pipi Sena dengan hati-hati dan membuat Sena terbangun lalu menguap. Rasanya sangat nyaman bisa tidur lelap. Regan menggendongnya ala bridal style dan membawanya ke bak mandi, Sena yang masih setengah sadar hanya bisa menurut.
"Kak Re, aku ngantuk."
"Ini sudah jam 10, kita pulang saja. Maya dan Mama akan datang ke rumah."
Mata Sena langsung terbuka. Regan menjelaskan jika Maya hari ini akan pulang ke rumah tinggal bersama mereka. Melihat ekspresi Sena yang terkejut membuat Regan bisa membaca kekecewaan sang istri.
"Hanya 1 bulan saja dan setelah itu rumah Maya layak ditinggali. Aku harap kalian bisa akur dan jangan bertengkar! Maya juga baik dan selalu menanyakan kabarmu," ucap Regan.
Sena tak merespon, mau tak mau dia harus berusaha untuk baik-baik saja walau dadanya begitu sesak. Sena menyuruh Regan keluar dari kamar mandi, Regan mengecup pipinya dengan mesra.
Setelah Regan pergi, Sena mengusap wajahnya kasar. Maya akan tinggal bersamanya dan ia akan sakit hati melihat kemesraan mereka.
Setelah beberes, mereka masuk ke dalam mobil, jantungnya semakin berdebar saat mobil mulai berjalan meninggalkan area pantai. Sena tak begitu kenal Maya karena saat Sena masih kuliah dulu, Maya belum mengajar di kampus itu. Maya memang primadona mahasiswa di kampus itu menurut adik kelas Sena, banyak juga dosen muda tertarik dengan Maya tapi kenapa harus Regan juga?
Sepanjang perjalanan, Sena hanya melamun tak jelas, ia masih memikirkan konsekuensi apa yang harus dihadapi jika tinggal bersama Maya.
"Sena, kau tidak apa-apa?" tanya Regan.
"Tidak apa-apa."
"Kakimu masih sakit?"
Sena hanya menggeleng.
"Maya itu baik, dia bisa menjadi kakakmu dan membimbingmu," ucap Regan.
Sena berdecih, Maya bisa menjadi kakak yang baik? Maya saja membuat adiknya bergosip macam-macam tentang Sena dan Bram. Sampai saat ini pun Sena tak mengatakan pada Regan, ia ingin Regan tahu sendiri jika Maya itu busuk.
Sesampainya di rumah, mobil Bram sudah ada di sana. Mereka menunggu di luar sekitar setengah jam.
Saat Sena keluar dari dalam mobil, Mama memeluknya.
"Bagaimana bulan madu kalian? Sayang sekali hanya di pantai yang penting kalian bisa jauh lebih dekat lagi," ucap Mama.
"Iya, Ma."
Mama melepaskan pelukannya dan kini Maya memeluknya juga. "Sena, semoga kita bisa akur, ya? Aku akan berusaha membujuk Regan untuk adil pada kita."
Sena mengangguk, mereka lalu masuk ke dalam rumah. Regan seolah sedikit menjauh dari Maya supaya Sena tak sakit hati walau mereka diam-diam saling melirik dan bertukar pandang.
"Sena, kau buatkan minum untuk kami!" pinta Mama lalu beliau merangkul Maya untuk duduk. "May, duduk dulu! Jika sedang hamil tidak boleh capek-capek. Regan, jangan suruh Maya kerja berat!" sambung Mama.
Sena yang akan melangkah ke dapur langsung terhenti sejenak, dia melirik kearah Maya dan Mama mertuanya.
Cih ... Memangnya aku pembantu? Batin Sena kesal.
Regan yang peka segera mengikuti Sena ke dapur. Sena menyalakan kompor untuk membuatkan teh untuk mereka.
"Aku akan cari pembantu untuk membersihkan rumah dan mencuci baju kita bahkan sekalian memasak," ucap Regan.
"Hem.."
"Tolong jangan ambil hati ucapan Mamaku!"
Sena membalikan badan lalu mencubit pipi Regan. "Tidak apa-apa. Cepat gih temani mereka! Aku akan buatkan teh."
Regan senang jika Sena tidak sakit hati, padahal itu semua hanya akting Sena saja.
Jika tidak ada hukum sudah aku racun semua keluarga itu.
Sena membuatkan teh sambil kesal sendiri, dari dapur dia mendengar obrolan mereka yang begitu seru terutama Maya yang mudah membaur dengan mereka. Tak berselang lama kemudian, Bram datang menghampiri menantunya.
"Sena, ini untukmu." Bram menyerahkan sebuah kartu ATM untuknya.
"Untuk apa, Pa?"
"Simpanlah!"
Bram akan masuk ke kamar mandi namun tiba-tiba Sena menarik tangannya. "Maksud Papa itu apa selalu baik denganku? Tapi ini sudah tidak wajar jika Papa memberiku ini."
Bram tersenyum kecil. "Simpanlah! Gunakan sebaik mungkin! Papa tidak maksud apa-apa."
"Maaf, Pa, tapi aku tetap kurang nyaman walau bagaimanapun alasannya." Sena mengembalikan kartu itu pada Bram lalu segera mematikan kompor.
Sena menuangkan teh pada masing-masing gelas lalu memberikan gula dan mengaduknya, Regan datang untuk membantu membawakannya.
Regan memberikan teh hangat pada mereka lalu menyuruh Sena duduk di sampingnya. Sena cukup canggung karena suasana ini sangat membingungkan. Dia terjebak pada pernikahan ini, bodohnya ia malah memberi kesempatan pada Regan untuk memperbaiki kesalahannya sampai 1 tahun ke depan.
"Sena, Mama harap kau bisa menerima Maya. Walau bagaimanapun Maya adalah istri Regan dan sedang mengandung anak dari Regan," ucap Mama.
Hanya anggukan yang saja jawaban dari Sena. Dia tak bisa banyak bicara karena akan memperburuk keadaan.
"Ya sudah, Papa dan Mama mau pulang. Sudah lega kami jika kalian bisa menerima satu sama lain. Yuk, Pah!" Mama berdiri lalu mengelus kepala dua menantunya itu.
"Sena, Mama harap kau bisa cepat hamil. Sudah 2 tahun kalian menikah."
"Iya, Ma."
Setelah kepergian mertuanya, Sena langsung mengunci diri di kamar dan tidak mengobrol dengan Maya.
"Sena, bicara sebentar yuk!" ucap Maya sambil mengetuk pintu.
Regan datang dan menarik tangannya. "Biarkan dia sendiri! Sudah sangat bagus Sena mau menerimamu tinggal di sini. Dia hanya butuh waktu."
"Aku merindukanmu, Regan." Maya langsung memeluk Regan dengan erat.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2