Merupakan seri kelanjutan dari Novel Benua Teratai Biru vol pertama.
👉 bagi yang baru mampir, silakan baca novel pertama dengan judul yang sama.
_____________
Dunia Kultivator. Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga semua orang berusaha untuk menjadi kuat.
Qing Ruo adalah seorang pemuda yang memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah. Kelemahannya itu menjadi bahan ejekan teman sebayanya.
Tiba-tiba keberadaannya yang dipandang sebelah mata mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? simak dan ikuti terus Sang Penguasa Benua Teratai Biru Vol 2. Semoga tetap suka.
👉 Update setiap hari jam 04.00 WIB.
👉 Mohon tinggalkan jejak, like dan komen.
Terima kasih 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Menemui Yan Xiao Er.
Di atas langit. Qilin Api Hitam terus bergerak melintasi malam dengan kecepatan tinggi. Kilatan cahaya ke emasan itu terus bergerak tanpa henti.
Setelah terbang selama satu hari satu malam, menjelang pagi, Qing Ruo tiba di ibukota kekaisaran Dong.
Setelah memasukkan Huo Mingzhi ke dalam dunia jiwa, Qing Ruo lalu memasuki kota Dong.
Dengan lencana klan Yan, Qing Ruo dapat memasuki kota itu dengan bebas.
" Langkah pertama adalah menolong Yan Xiao Er, setelah itu, mengurus Ye Dongli," batinnya sambil terus bergerak memasuki kawasan terlarang istana.
Kawasan istana yang hijau oleh pohon-pohon besar itu memudahkan Qing Ruo bergerak dan menyelinap. Tujuan awalnya saat ini adalah mencari informasi mengenai wilayah itu dengan baik.
Setelah bergerak sejauh dua ratus meter. Qing Rio mulai melihat beberapa prajurit yang merupakan para pendekar dewa tingkat rendah berjaga di tempat itu.
Semakin jauh Qing Ruo memasuki kawasan terlarang, tingkat penjagaan semakin tinggi dimana jaring rantai mantra formasi mulai bermunculan.
" Kawasan terlarang itu ternyata di jaga dengan tingkat kekuatan prajurit yang berjenjang," batinnya sambil mengawasi kawasan itu, dimana ada prajurit tingkat pendekar dewa biasa hingga pendekar dewa tingkat langit.
Qing Ruo yang bersembunyi di dahan pohon besar terus mengawasi kawasan itu, sambil menunggu kesempatan untuk menangkap komandan atau jenderal yang akan keluar dari tempat itu.
Menjelang sore, Qing Ruo akhirnya melihat seorang komandan pasukan yang keluar dari tempat itu.
" Akhirnya ada juga yang keluar, " batinnya lalu bergerak mengikuti sang komandan pasukan yang berjalan dengan tenang tersebut.
Setelah keluar dari kawasan benteng istana terlarang. Seratus meter darinya, sang komandan mulai merasakan kehadiran seseorang mengikutinya namun dengan aura yang samar.
" Apakah ini perasaanku saja?" batinnya mulai melangkahkan kakinya dengan cepat.
Di tempat persembunyiannya, Qing Ruo yang terus bergerak mengikuti sang komandan dengan sengaja memunculkan sedikit auranya dan menariknya kembali. Tujuannya supaya sang komandan merasa panik, sehingga mempercepat langkahnya meninggalkan tempat itu.
Semakin lama sang komandan merasakan kehadiran aura yang mengikutinya semakin jelas, sehingga membuatnya gusar.
" Baji**n bodoh, tunggu saja aku akan memberimu pelajaran!" batinnya sambil bergerak meninggalkan jalanan kota menuju tempat yang sepi.
Kepercayaan diri sang komandan sebagai pendekar Dewa Bumi tingkat Puncak benar-benar membuatnya merasa yakin dapat menangkap Qing Ruo yang terus-menerus memancarkan aura pendekar tingkat spiritual.
Setelah benar-benar meninggalkan kawasan terlarang dan menjauh dari keramaian, sang komandan tiba-tiba berhenti. Menatap kearah Qing Ruo dengan dingin.
" Bocah, tunjukkan dirimu!" teriaknya gusar.
" Swhus..." Qing Ruo memunculkan diri di hadapan sang komandan.
" Siapa kamu, dan apa tujuanmu mengikutiku?"
" Siapa aku, itu tidak penting, tujuanku adalah untuk menangkap anda." sambil mendekati sang komandan dengan santai.
" Haha..., bocah Apakah kamu bermimpi?"
" Komandan, ini terlalu awal untuk tidur, dan aku yakin anda juga tidak bermimpi." tersenyum santai.
" Sungguh lancang dan tidak tahu diri!" Sambil bergerak menyerang Qing Ruo.
Belum sempat sang komandan itu bergerak, tiba-tiba tubuhnya seperti berhenti bergerak bahkan kekuatan kultivasinya juga hilang.
" Bagaimana bisa?" batinnya dengan mata melotot.
" Komandan maaf," ucap Qing Ruo sambil menorehkan telapak tangan sang komandan mengambil darah dan menyerap kekuatan jiwanya.
Sang komandan yang merasakan tubuhnya tidak dapat digerakkan itu hanya bisa menatap dengan murka.
" Baji***n! Apa yang kamu lakukan?"
" Komandan, tenanglah! aku tidak akan membunuhmu." sambil meninggalkan tempat itu.
" Swhus...." tubuhnya lenyap dari pandangan sang komandan.
Dua menit kemudian setelah Qing Ruo pergi, sang komandan dapat merasakan kembali kekuatannya.
Dengan nafas terengah-engah dia mulai mengkondisikan kekuatannya kembali.
" Baj***n dari mana dia itu," ucapnya kesal sambil meninggalkan.
Dua ratus meter dari sang Komandan. Di tempat persembunyiannya, Qing Ruo mulai mengedarkan teknik Perubahan Bintang. Secara perlahan tampilan wajah, fisik dan auranya mw menjadi sang komandan tersebut.
Berdasarkan pengetahuan yang diserap dari sang komandan, Qing Ruo mengetahui bahwa komandan itu adalah Lei Kang, yang ternyata memang bertugas menjaga Yan Xiao Er.
" Komandan Lei Kang, ini ternyata Kebetulan sekali," ucapnya lalu bergerak meninggalkan tempat itu kembali ke wilayah istana terlarang.
Qing Ruo yang gelah menggunakan tampilan Komandan Lei Kang, kini dapat memasuki wilayah istana terlarang dengan tenang.
" Komandan Lei Kang, anda kembali lagi?" tanya prajurit dengan heran.
" Prajurit, ada barang yang tertinggal di dalam. Mohon buka pintunya sebentar."
" Oh baik komandan," jawab sang prajurit sambil membukakan pintu gerbang tersebut dengan sigap.
Setelah melewati pintu gerbang, Qing Ruo lalu memasuki lorong gelap yang cukup panjang.
Semakin dalam ruangan itu semakin gelap hingga akhirnya dia tiba di sebuah ruangan yang di batasi oleh teralis besi.
Dari kegelapan, terlihat berbagai sajak kuno berwarna merah bergerak, yang merupakan mantra formasi pada penjara besi tersebut.
Di dalam penjara, duduk seorang pemuda yang terlihat sedang berkultivasi dengan tenang.
" Hmm..., Lei Kang, aku sedang ingin beristirahat. Pergilah!" ucapnya dengan mata terpejam.
" Apakah seperti itu cara seseorang menyambut kedatangan saudaranya?" sambil mengubah tampilan wajahnya.
Yan Xiao Er yang mengenal mengenal suara Qing Ruo lalu membuka matanya.
" Saudara, apakah itu kamu!?"
" Shut...." Qing Ruo memberi tanda sambil menganggukan kepalanya.
" Jangan ribut, nanti dapat memancing keributan."
" Baik," jawabnya sambil menatap Qing Ruo dengan gembira.
" Sebaiknya kita keluar dulu." sambil membuka pintu penjara.
" Whung...." mantra formasi yang terdapat pada teralis besi bergetar.
" Saudara, besi-besi ini telah dipasang dengan mantra formasi pengunci jiwa, jadi akan sedikit lebih sulit."
" Benar, jenis mantra ini tidak dapat dilepaskan begitu saja."
" Apakah saudara Ruo tahu?"
" Mantra ini hanya dapat di lepaskan oleh orang yang memasangnya, tapi aku ada cara. Saudara Xiao Er, tetap tenang di dalam. Aku pergi dulu."
" Saudara Ruo, apakah anda ingin mencari orang yang memasang mantra formasi ini?"
" Tenanglah, aku akan tetap mengeluarkan saudara dari tempat ini," ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.
" Baik," jawab Yan Xiao Er sambil menatap Qing Ruo pergi.
Di depan pintu gerbang penjara.
" Komandan Lei Kang, apakah sudah selesai?"
Qing Ruo menganggukkan kepalanya.
" Prajurit aku pergi dulu. Tetap awasi tempat ini!" Sambil berlalu.
" Baik," jawab kedua prajurit itu bersamaan.
" Saudara, Komandan Lei Kang terlihat seperti sedang melakukan sesuatu yang mencurigakan."
" Maksud saudara?"
" Dia berada di dalam penjara cukup lama, aku curiga dia melakukan sesuatu di sana."
" Hush...., jangan bicara sembarangan. Di dalam hanya ada jenderal Yan Xiao Er, jika pun mereka melakukan sesuatu, itu wajar, karena merupakan sama-sama klan pendiri kekaisaran."
" Saudara benar, lagi pula Jenderal Yan juga ditahan tanpa alasan."
" Sesama anggota bangsawan kekaisaran, permainan antara sesama mereka merupakan sesuatu yang biasa. Kita sebagai prajurit tungasnya melakukan perintah mereka dan menjaga keamanan di tempat ini."
" Saudara benar," ucap sang prajurit itu sambil berbincang-bincang.
****
Di tempat lain.
Qing Ruo terus bergerak meninggalkan tempat itu menuju istana utama tempat peristirahatan Kaisar Ye Dongli.
Kehadirannya sebagai seorang Komandan pasukan membuatnya dapat memasuki gerbang istana utama.
Di dalam kawasan istana, Qing Ruo terus bergerak melewati lorong, hingga akhirnya berada seratus meter di depan pintu kamar sang Kaisar.
" Penjagaan yang begitu ketat. Itu berarti Ye Dongli ada di dalam kamarnya." Batinnya sambil melihat puluhan prajurit Matahari Timur yang merupakan para pendekar Dewa tingkat bumi dan tingkat langit bersembunyi di sekitar tempat itu.
Qing Ruo terdiam beberapa saat sambil mencari cara memasuki ruagan itu.
" Membuat kegaduhan bukanlah tindakan yang bijak. Terlebih lagi kamar itu juga di lindungi oleh mantra formasi. Masuk secara langsung juga tidak bisa, karena para penjaga pasti tidak mengizinkan." batinnya.
👉Mohon dukungannya dengan meninggalkan jejak berupa like dan komentar. terima kasih🙏