Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Titik Nadir
***
.
Di sebuah klub malam terbesar ibukota...
Suara dentuman musik terdengar menggema,
di iringi riuh rendah suara manusia-manusia
malam yang haus akan kepuasan sesaat. Di
dalam ruangan lantai dasar, ratusan pasang
manusia tampak sedang meliukkan badannya,
mengiringi rentak irama menggoda yang tengah
di mainkan oleh seorang DJ ternama ibukota.
Mereka semua terlihat sangat menikmati apa
yang di katakan nya sebagai surga dunia.
Sementara itu, di dalam sebuah ruangan privat
dan eksklusif di lantai paling atas bangunan
yang cukup megah itu, seseorang tampak tengah duduk tumpang kaki sambil mencicipi minuman
mahal di tangannya seraya memandangi seorang gadis yang terbaring di atas sofa besar dalam
keadaan tidak sadarkan diri.
"Aku sudah membayar mahal untuk tubuh mu
ini Sherin. Tubuh yang sangat sempurna. Tidak
sia-sia aku menghabiskan uang milyaran untuk membeli tubuhmu yang sangat berharga ini.!"
Desis pria dengan perawakan tinggi kekar dan
bertampang super maskulin namun bengis itu.
Dia mendudukkan dirinya di depan tubuh si gadis
yang tiada lain adalah Sherin itu. Matanya yang
tajam tampak berkilat melihat kesempurnaan
bentuk dada Sherin yang padat berisi. Memang,
aset paling berharga yang di miliki tubuh Sherin
terletak pada dada, bokong serta kakinya yang
indah. Ketiga aset itu sangat layak di asuransikan.
Pria itu membuka jas yang di pakainya, kemudian
dia bergerak, duduk di samping tubuh Sherin yang masih dalam keadaan pingsan. Bibirnya tampak
menyeringai tipis, nafasnya mulai tidak beraturan.
Bibir ranum Sherin yang sangat menggoda itu
sudah mampu membuat senjata miliknya berdiri
tegak seketika. Sebagai laki-laki yang terbiasa
berpetualang dengan puluhan wanita, pria ini
tahu pasti, Sherin akan memberinya kepuasan
dan kenikmatan tak terbantahkan.
"Sudah lama aku mendambakan mu Sherinda..
Malam ini kau akan menjadi milikku. Kita akan mengarungi surga dunia bersama-sama.."
Bisik pria itu dengan suara yang semakin berat.
Tangannya bergerak pelan, merapihkan rambut
yang jatuh menghalangi wajah cantik Sherin.
Dia kembali meneguk minuman dari gelas kecil
yang di pegang nya kemudian melempar nya
ke sembarang arah setelah tandas. Pria itu kini
mulai mendekatkan wajahnya.
Namun, sesaat kemudian Sherin mulai tersadar..
Matanya tampak melebar sempurna melihat
ada orang asing yang kini mengurung dirinya,
tanpa aba-aba, Sherin melayangkan tinjunya ke
wajah orang itu yang langsung mundur. Dengan
cepat Sherin bergerak, namun dengan gerakan
lebih cepat, pria itu menangkap pinggang nya
kemudian melempar tubuh Sherin ke atas sofa,
menindih serta mengunci pergerakan nya.
"Jangan coba-coba melawan bidadari ku.!"
"Lepaskan aku, siapa kamu.? lepaskan.!!"
"Aku sudah membayar dirimu dengan harga
yang sangat tinggi Nona.! Jadi jangan coba-
coba untuk menolakku.!"
Wajah Sherin tampak memerah, kemarahan kini menyeruak memenuhi dadanya. Stella..kenapa adiknya itu tidak berhenti berulah.! Rasanya dia
tidak akan bisa membiarkan semua ini lagi.
"Aku bukanlah wanita panggilan Tuan. Kau telah
di tipu oleh orang yang telah menjual ku.! Jadi..
lepaskan aku sekarang juga.!"
Pria itu tertawa terbahak-bahak mendengar apa
yang di ucapkan oleh Sherin hingga membuat
Sherin bergidik ngeri. Dia menatap tajam wajah
pria itu sambil mencoba memusatkan seluruh tenaganya.
"Aku tidak peduli apapun saat ini, yang penting
bisa mendapatkan dirimu malam ini. Setelah itu,
aku tidak akan pernah melepaskan dirimu.!"
"Dasar pria gila, lepaskan aku..!"
Sherin menggerakkan kakinya hingga akhirnya
dalam satu gerakan pasti dia mendorong tubuh
pria itu dengan lututnya membuatnya terjatuh.
Sherin meloncat dari atas sofa, kemudian berlari
ke arah pintu. Namun gerakannya tertahan ketika
tiba-tiba saja ke dalam ruangan bermunculan
orang-orang bertubuh besar lalu mengurung nya.
"Mundur kalian.. jangan macam-macam.!"
Ancam Sherin di balas tepukan tangan pria tadi
yang kini maju mendekat ke arahnya. Bibirnya
menyeringai sadis penuh arti.
"Kau benar-benar wanita yang sangat istimewa
Sherin. Aku semakin tergila-gila padamu. Tidak
di sangka, ternyata kau semenarik ini.!"
Decak pria itu sambil maju ke hadapan Sherin
yang langsung mundur. Pria itu memberi isyarat
pada bawahannya untuk mundur. Dan dia sendiri
yang maju menyerang Sherin. Akhirnya keduanya
terlibat pertarungan seru. Awalnya Sherin masih mampu mengimbangi gerakan pria itu, namun lama-kelamaan dia mulai terdesak.
Namun dalam keadaan genting itu, tiba-tiba di
pintu masuk terjadi keributan, beberapa anak
buah pria itu kini berjatuhan dan terlempar sadis
ke berbagai arah. Di ambang pintu muncul dua
pria tinggi tegap dan beberapa orang pria tinggi
besar dengan tampang yang sangat sadis.
Pria yang sedang bertarung dengan Sherin kini
mundur dan sedikit terkejut. Orang-orang yang
baru datang itu maju membabat habis sisa anak
buah si pria tadi dan dalam waktu sekejap mereka semua sudah terkapar dalam keadaan babak belur.
"Nona Sherin.. anda tidak apa-apa..?"
Satu diantara dua pria tinggi tegap tadi yang
tiada lain adalah Simon tampak mendekat dan
membungkuk di hadapan Sherin yang menarik
nafas lega.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Untung saja kalian
cepat datang, kalau tidak entah apa yang akan
terjadi."
"Kami sudah mengawasi nona dari tadi. Tapi
tidak berani bergerak tanpa aba-aba dari Tuan."
Sherin mengernyitkan alisnya, jadi maksudnya..
Devan mengetahui semua kejadian ini ? Lalu..
apa yang akan dia katakan padanya nanti.
Pria tinggi tegap yang satu lagi kini maju ke
hadapan si pria penculik Sherin yang terlihat
bersiaga dengan tatapan sedikit terkejut saat
melihat kemunculan pria tinggi tampan itu.
"No-Noah.. apa kau datang untuk wanita ini.?"
Desis pria bengis tadi dengan wajah yang kini
kembali di kuasai oleh emosi namun juga ada kebingungan yang terlihat dari raut wajahnya.
Pria yang di panggil Noah itu menyeringai tipis
sambil maju dan menyingsingkan lengan baju.
"Aku ingatkan padamu, jangan coba-coba untuk
mengganggunya lagi kalau usahamu ini ingin
baik-baik saja.!"
Desis pria itu atau Noah. Si pria bengis terlihat
balas menyeringai tipis.
"Memangnya siapa dia untuk mu.? Wanita itu
sudah aku beli dengan harga 2 milyar. Jadi, aku
berhak memperlakukan nya sesuka hatiku.!"
Noah kembali menyeringai tipis, namun tidak
lama wajahnya berubah dingin dan keras.
"Dia..adalah wanita nya King Sadat.. Apa kau
mengerti Axel Lamount.?!"
Geram Noah sambil kemudian melompat maju
menyerang pria penculik Sherin yang terlihat
terkejut bukan main. Namun mau tidak mau dia
harus meladeni serangan dari Noah hingga kini
keduanya bertarung seru dan sengit.
Tetapi, hanya dalam hitungan menit saja, pria
itu sudah tersungkur di hadapan Noah dengan
keadaan mulut yang mengeluarkan darah.
"Kau bisa meminta kembali uang 2 milyar mu
itu pada sang mucikari.! Dan ingat baik-baik
apa yang tadi aku katakan, jangan coba-coba
mengganggunya lagi.!"
Ancam Noah sambil mengibaskan kemejanya
yang terlihat berantakan. Setelah itu, dia beralih
menatap Sherin, mengamati keadaannya.
"Ayo Nona, kami akan membawamu ke tempat
yang seharusnya kau datangi.!"
Tegas Noah sambil kemudian melangkah pergi
dari ruangan itu di ikuti oleh Sherin dan Simon.
.
***
.
Noah dan Simon beserta beberapa pengawal
pribadi membawa Sherin ke sebuah apartemen
yang ada di dalam kota. Apartemen paling elite
dan paling mewah di negara ini.
"Nona.. mulai malam ini anda akan tinggal di
apartemen ini bersama dengan Tuan. Tapi tidak
ada pelayan tetap di sini, mereka akan datang
siang hari saja. Lagipula, Tuan tidak begitu suka
ada pelayan di tempat tinggalnya."
Simon menjelaskan begitu Sherin mulai masuk
ke dalam bangunan super mewah dan modern
itu. Unit apartemen ini di desain dengan sangat
elegan dan high class tanpa terkesan berlebihan.
Mata cantik Sherin tampak menatap takjub apa
yang ada di dalam ruangan yang serba indah itu.
Konsep yang tertuang mengena banget di hatinya membuat dia langsung merasa nyaman.
"Baiklah.. terimakasih atas bantuan kalian."
Ujar Sherin sambil menatap sebentar ke arah
Noah yang tampak terdiam mengamati kondisi
di dalam ruangan apartemen. Sherin sedikit
mengenal pria tampan itu, dia adalah saudara
laki-lakinya Abraham Mahendra. Tapi, kenapa
dia bisa menjadi kaki tangan Devan ?
"Nona.. kalau anda memerlukan sesuatu, para pengawal ada di luar ruangan. Dan semua hal
yang anda butuhkan sudah ada di dalam kamar.
Anda tinggal mengeceknya sendiri."
Simon kembali menjelaskan di balas anggukan
kepala Sherin. Akhirnya kedua orang itu keluar
dari ruangan dan kini tinggallah Sherin sendiri
yang masih terdiam mengamati keadaan.
Tuhan.. inikah yang harus aku jalani ke depan..
Menjadi istri bayaran Tuan Devan..? Aku akan
mencoba iklhas menerima semuanya..
Lirih bathin Sherin sambil kemudian berjalan
menaiki tangga menuju lantai atas dimana
kamar tidur berada. Karena di tempat ini hanya
ada satu kamar tidur saja.
Akhirnya mulai malam ini Sherin resmi tinggal
di dalam apartemen milik pria yang berstatus
sebagai suaminya, Devan Kanigara Elajar..Dia
segera membersihkan diri dan menjalankan
kewajibannya sekaligus berkeluh kesah pada
Sang Pencipta atas semua yang tengah terjadi
dan menimpa dirinya.
Dengan sedikit ragu Sherin akhirnya merebahkan
diri di atas tempat tidur king size dengan model
yang sangat mewah dan memiliki kenyamanan
tingkat tinggi itu. Aroma wangi maskulin yang
sangat membuai, khas seorang Devan memenuhi tempat itu membuat ingatan Sherin langsung melayang pada sosoknya.
Dia mencoba mengecek ponselnya, namun tak
kuat untuk lama-lama melihatnya, ada puluhan
chat yang masuk dan ratusan email membanjiri
akun pribadinya. Belum lagi ribuan komentar di
akun media sosial nya, ahhh..tak terbayangkan bagaimana hujatan dan cacian itu akan terus menyerang dirinya.
Pagi hari yang cerah di lingkungan sekitar
apartemen..
Sherin sudah bersiap, hari ini dia akan datang
ke kantor Starlight Management. Dia harus
segera membereskan segala urusannya.
Turun ke lantai bawah Sherin sudah di sambut
oleh 3 orang pelayan yang sedang beraktivitas.
"Nona.. silahkan sarapan pagi terlebih dahulu.
Saya sudah menyiapkan nya sesuai dengan
instruksi dari Tuan Muda."
Ucap salah seorang pelayan berumur sekitar
35 tahunan itu. Tanpa banyak kata, Sherin duduk
di kursi dan memulai sarapan paginya. Namun
selama itu berlangsung dia terus saja mendapat
telepon dari Vincent dan Margaret yang bertanya
tentang keberadaannya karena mereka saat ini
menjemput nya ke kontrakan.
Beberapa waktu kemudian dia sudah meluncur
menuju kantor agensi nya. Dan ternyata, pagi ini
sedang diadakan konferensi pers oleh pihak manajemen Starlight guna mengklarifikasi
semua isu yang saat ini beredar dan tengah
menerpa super model mereka. Manager bagian humas lah yang menangani masalah ini.
"Mulai hari ini aku resmi mengundurkan diri
dari Starlight Management..!"
Sherin memberikan sebuah amplop ke hadapan
Brian yang sedang duduk tumpang kaki di kursi
kebesarannya. Wajah pria itu tampak dingin, dia
benar-benar tidak menduga Sherin akan nekad
mengundurkan diri dari perusahaan nya.
"Apa kau pikir bisa semudah itu keluar dari sini Sherin.? Kau masih nunggak kontrak selama 2
tahun ke depan.!"
Cibir Brian sambil melempar berkas kontrak
Sherin ke hadapannya. Margaret terdiam, dia
bingung harus menentukan sikap.
"Aku tidak cocok lagi ada di tempat ini Brian.
Keberadaan ku hanya akan memperburuk citra
perusahaan ini.!"
Sherin tampak nya tidak peduli ancaman Brian.
Pria itu beranjak dari kursi, kemudian berjalan
ke hadapan Sherin, mendudukkan bokongnya
di pinggir meja kerja, kemudian melipat kedua
tangan di dadanya.
"Kau harus membayar biaya penalti pemutusan
kontrak sepihak ini dengan sangat besar.!"
Ujar Brian dengan sesungging senyum remeh
dan berusaha menekan Sherin.
"Kalian bisa memotongnya dari honor yang aku
dapatkan selama ini !"
"Hahaha.. kau sangat percaya diri Sherin. Apa
kau yakin itu akan menutup kerugian ku.? Kau
tidak bisa keluar dari perusahaan ku begitu saja
Nona Sherinda Maheswari Natakusumah.!!"
Bentak Brian sambil kemudian menarik pinggang
Sherin dan memeluknya kuat. Wajah Sherin kini
merah padam, dia mencoba berontak tapi Brian
sudah mengantisipasi nya dengan baik.
"Keluar kalian.. cepat keluar sekarang.!!"
Teriak Brian pada Margaret dan Vincent yang
mau tidak mau akhirnya terpaksa keluar dari
ruangan melihat bagaimana kemarahan Brian.
"Brian, lepaskan aku..!"
Sherin mendorong dada Brian sekuat tenaga.
Tapi pria itu malah semakin memperkuat belitan
tangannya di pinggang Sherin. Matanya tampak
melahap seluruh wajah cantik Sherin dengan
tatapan panas sekaligus frustasi.
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu Sherin.
Kalau kau memaksa keluar dari agensi ini,
maka karirmu akan tamat hari ini juga.! "
Desis Brian sambil kemudian memaksa ingin
menyambar bibir Sherin yang mengelak dan
meronta. Bersamaan dengan kemunculan
Stella dan Nyonya Laila ke dalam ruangan.
"Brian.. Sherin..!!"
Nyonya Laila berteriak histeris sambil berjalan
cepat ke arah mereka yang terkejut seketika.
Brian segera melepaskan belitan tangannya.
"Dasar wanita murahan kamu ya, masih berani
menggoda putraku kamu.?! Cihh menjijikkan.!"
Nyonya Laila melayangkan tangannya ingin
menampar wajah Sherin, namun dengan cepat
Sherin menangkapnya sambil menatap tajam.
"Aku tidak pernah menggoda putramu Nyonya.
Kalau bisa, aku juga tidak ingin pernah bertemu dengannya lagi.!"
Ucap Sherin dengan suara yang sangat tegas.
Nyonya Laila membulatkan matanya dengan
emosi yang hampir meledak. Dia berusaha
menarik tangannya dari pegangan Sherin yang
kini semakin terasa kuat.
"Dasar wanita kasar, tidak tahu adab, lepaskan
tanganku, kau benar-benar rendah.!"
Tidak tahan lagi, Sherin melepaskan pegangan
tangannya dengan sedikit mendorong nya hingga
tubuh Nyonya Laila jatuh dalam rengkuhan Stella
yang datang dari arah belakang. Wajah wanita
setengah baya itu semakin terlihat kelam.
"Keluar kamu..Dan aku ingatkan, jangan pernah mencoba menggoda putraku lagi.! Sampai kapan
pun kamu tidak akan pernah layak untuk keluarga Mcknight yang terhormat.. sedang kamu..kamu hanyalah cucu buangan keluarga Natakusumah !"
Bentak Nyonya Laila dengan wajah yang sangat
merah dan berapi-api. Sherin memejamkan mata,
lalu menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk
tetap tenang dan kuat. Stella berdiri di samping
Brian dengan wajah yang terlihat geram. Sedang
Brian, dia masih saja menatap Sherin dengan
sorot mata panas membara.
"Aku akan mengingat semua ini.. Kalian telah
memperlakanku sampai serendah ini.!"
Ucap Sherin sambil kemudian berdiri tegak, dia menatap ketiga orang itu satu persatu. Setelah
itu melangkah keluar dari ruangan dan berjalan
pasti untuk mengakhiri perjalanan karirnya di
starlight management..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻