NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Kampus

Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Pesta ulang tahun sudah usai. The White Manor kembali sunyi, hanya menyisakan aroma bunga mawar yang masih merebak.

Atlas duduk sendirian di ruang kerjanya yang remang. Di hadapannya, sebuah layar hologram emas berputar perlahan. Ini adalah hadiah dari misi ulang tahun tadi: [Tiket Gacha 'Divine Item' (1x)].

"Semoga keberuntungan berpihak padaku," bisik Atlas.

Dia menekan tombol virtual [USE TICKET].

Layar itu bersinar menyilaukan. Roda keberuntungan berputar sangat cepat, menampilkan siluet berbagai benda: pedang, ramuan, perisai, hingga gulungan kertas kuno.

Ting... Ting... Ting...

Putaran melambat.

Klik.

Cahaya emas meledak, lalu memadat menjadi sebuah objek fisik yang jatuh tepat di telapak tangan Atlas.

Sebuah cincin perak sederhana dengan permata kecil berwarna hijau zamrud yang berdenyut pelan seperti detak jantung.

[CONGRATULATIONS!]

[Item Rank S: 'Ring of Vitality' (Cincin Vitalitas)]

Deskripsi Item:

Fungsi Pasif: Meningkatkan stamina pemakai sebesar 300%.

Fungsi Proteksi: Menciptakan lapisan pelindung tak terlihat yang menetralkan virus/bakteri di udara sekitar pemakai (Radius 1 meter).

Fungsi Darurat: Jika detak jantung pemakai berhenti, cincin ini akan memberikan kejutan listrik CPR otomatis dan menyuntikkan adrenalin darurat untuk mempertahankan hidup selama 1 jam.

Atlas menggenggam cincin itu erat-erat. Ini bukan obat penyembuh jantung (itu masih butuh 1 juta WP), tapi ini adalah jaminan hidup. Dengan cincin ini, Orion tidak akan mudah pingsan, tidak akan tertular flu yang bisa jadi pneumonia, dan punya asuransi nyawa jika jantungnya kumat.

"Sempurna," gumam Atlas lega.

Keesokan Paginya - Ruang Makan

Orion sedang memotong pancake madu dengan wajah cerah sisa kebahagiaan semalam.

"Selamat pagi, Kak," sapanya saat Atlas masuk.

Atlas duduk, lalu menyodorkan kotak kecil berisi Ring of Vitality. "Hadiah susulan. Tadi malam lupa dikasih."

Mata Orion berbinar. Dia memakai cincin itu di jari manis kanannya. Ukurannya pas, seolah cincin itu hidup dan menyesuaikan diri.

"Cantik... warnanya hijau kayak daun," puji Orion.

Anehnya, begitu cincin itu terpasang, Orion merasakan aliran hangat menjalar ke dadanya. Napasnya yang biasanya agak pendek terasa lebih lega. Rasa lelah yang biasa menghantuinya saat bangun tidur lenyap seketika. Tubuhnya terasa... kuat.

"Kak, cincin ini aneh," Orion menatap tangannya. "Aku merasa... sehat banget."

"Itu sugesti aja," bohong Atlas sambil tersenyum. "Itu cincin terapi kesehatan mahal dari Jepang."

Orion mengangguk percaya. Dia meletakkan garpunya, lalu menatap Atlas dengan tatapan serius.

"Kak Atlas."

"Ya?"

"Aku mau kuliah."

Tangan Atlas yang memegang cangkir kopi terhenti di udara.

"Kuliah?" ulang Atlas.

"Iya. Dulu aku berhenti kuliah semester 2 karena kita nggak punya biaya dan aku sering pingsan," jelas Orion. "Tapi sekarang kita punya uang. Dan... aku merasa sehat, Kak. Aku mau punya teman. Aku mau belajar seni lukis lagi. Aku nggak mau cuma diam di rumah besar ini kayak burung dalam sangkar emas."

Atlas terdiam. Insting pertamanya adalah menolak. Dunia luar itu berbahaya. Kampus penuh dengan pergaulan bebas, makanan tidak sehat, dan orang-orang jahat.

Tapi kemudian dia melihat Ring of Vitality di jari adiknya. Cincin itu menjamin Orion tidak akan mudah sakit.

Atlas juga teringat tujuan sistem: Membahagiakan Adik. Mengurung Orion selamanya di rumah tidak akan memberinya kebahagiaan sejati.

"Kamu yakin?" tanya Atlas.

"Yakin banget!"

"Baik," jawab Atlas. "Tapi ada syaratnya."

Universitas Imperial Jakarta (Fiksi - Setara UPH/Binus Internasional)

Ini adalah kampus swasta termahal di negeri ini. Tempat anak-anak menteri, selebriti, dan konglomerat menimba ilmu (atau sekadar pamer mobil). Uang pangkalnya saja bisa buat beli rumah subsidi.

Sebuah iring-iringan tiga mobil hitam memasuki gerbang kampus.

Di Gedung Rektorat, Rektor Universitas Imperial, Pak Broto, sudah berdiri menunggu dengan keringat dingin. Dia baru saja mendapat telepon dari Yayasan bahwa ada donatur tunggal yang menyumbang 1 Triliun Rupiah pagi ini dengan syarat "khusus".

Atlas turun dari mobil, diikuti Orion yang mengenakan kemeja putih rapi dan rok plisket panjang. Dia terlihat seperti mahasiswi baru yang polos dan cantik.

Cincin hijau di jarinya berpendar samar, melindungi Orion dari debu dan polusi kampus.

"Selamat datang, Tuan Atlas Wijaya," sapa Rektor membungkuk.

"Pak Rektor," Atlas menyalami singkat. "Ini adik saya, Orion. Dia akan masuk jurusan Fine Arts (Seni Rupa) mulai besok."

"Tentu, tentu! Administrasi sudah beres. Nona Orion bisa langsung masuk kelas VIP."

Atlas berbalik menatap Orion. Dia memegang bahu adiknya.

"Syarat Kakak cuma tiga, Rion," kata Atlas tegas di depan Rektor.

"Sebastian akan mengantar jemput kamu sampai depan pintu kelas. Nggak ada naik ojek atau nebeng teman cowok."

"Makanan kamu akan dikirim catering khusus dari rumah setiap jam makan siang. Jangan jajan sembarangan di kantin."

"Kalau ada yang ganggu kamu, sekecil apapun, lapor Kakak. Kakak ratakan kampus ini kalau perlu."

Orion tertawa kecil, merasa kakaknya terlalu protektif tapi manis. "Siap, Bos. Aku janji."

Atlas menatap sekeliling kampus. Mahasiswa berlalu-lalang dengan gaya hedon mereka.

Dunia luar, batin Atlas. Kalian boleh melihatnya, tapi jangan berani menyentuhnya.

Saat mereka berjalan keluar dari gedung rektorat, seorang mahasiswa laki-laki tampan dengan jaket almamater—Ketua BEM yang populer—tak sengaja berpapasan. Matanya langsung terpaku pada kecantikan Orion yang bersinar di bawah sinar matahari.

Orion tersenyum sopan dan mengangguk.

Mahasiswa itu terpaku, jantungnya berdegup kencang.

Atlas, yang berjalan di belakang Orion, langsung menangkap tatapan itu. Dia memberikan tatapan dingin "Mata Elang" pada si mahasiswa.

Sistem Guardian's Eyes berkedip: [Target: Mahasiswa Laki-laki. Potensi Niat: Tertarik secara romantis. Status: Ancaman Ringan.]

Atlas menyeringai tipis. Sepertinya masa kuliah Orion akan menarik.

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!