NovelToon NovelToon
Benih Yang Tak Terucap

Benih Yang Tak Terucap

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Empat tahun lalu, Aira Nadiya mengalami malam paling kacau dalam hidupnya—malam yang membuatnya kehilangan arah, tapi juga memberi dirinya sesuatu yang paling berharga: seorang anak laki-laki bernama Arvan.

Ia tidak pernah memperlihatkan siapa ayah anak itu. Tidak ada foto, tidak ada nama, tidak ada cerita. Satu-satunya petunjuk hanya potongan ingatan samar tentang pria misterius dengan suara rendah dan mata gelap yang menatapnya seolah ingin menelan seluruh dunia.

Aira mengira itu hanya masa lalu yang terkubur.

Sampai suatu hari, karena utang ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Dion Arganata, CEO muda yang terkenal dingin dan tidak punya empati. Lelaki yang seluruh hidupnya diatur oleh bisnis dan warisan. Lelaki yang membenci kebohongan lebih dari apa pun.

Dan Aira bahkan tidak tahu…

Dion adalah pria dari malam itu.
Ayah dari anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 — Jejak Masa Lalu

​Dion duduk di ruang kerjanya, suasana hati dingin dan penuh perhitungan. Insiden di dapur pagi itu, meskipun sepele, telah memberikan Dion dua hal krusial: pertama, konfirmasi bahwa Aira adalah subjek yang sangat rentan tetapi keras kepala; dan kedua, sebuah detail baru yang dapat ia eksploitasi.

​“Dia bahkan tidak tahu Arvan lahir di mana. Dia tidak tahu apa-apa. Saya memastikan dia tidak tahu apa-apa.”

​Kebohongan Aira di Bab 12 itu, yang diucapkan di bawah tekanan dan rasa sakit, adalah kesalahan strategis terbesar. Dion kini memiliki titik awal yang spesifik: mencari tahu tempat kelahiran Arvan.

​Dion mengambil teleponnya dan menghubungi Kai, kepala tim keamanannya yang bertanggung jawab atas penyelidikan awal.

​“Kai, aku butuh informasi baru,” perintah Dion, suaranya tenang, namun nadanya tidak mengizinkan kegagalan. “Laporan Arvan yang sebelumnya, fokuskan pada rumah sakit atau klinik di dekat lokasi yang kau temukan. Cari catatan kelahiran anak laki-laki dengan nama Ibu Aira Nadiya, dalam rentang waktu yang relevan.”

​“Tuan, itu akan sulit. Catatan medis pribadi sangat terenkripsi, dan mencari berdasarkan nama Ibu tanpa nomor identitas spesifik di lingkup daerah pedesaan…”

​“Gunakan semua sumber daya, Kai,” potong Dion, tanpa ampun. “Aku tidak peduli seberapa terenkripsinya. Aku mau tempat kelahiran anak itu. Dan setelah itu, aku ingin tahu persis di mana Aira berada empat tahun yang lalu, tepat pada malam mid-autumn.”

​Dion menutup telepon. Ia tidak lagi peduli dengan merger di ArgaCorp; fokusnya kini sepenuhnya tercurah pada perang pribadinya melawan Aira. Ia harus membuktikan bahwa ia adalah orang yang lebih pintar, lebih teliti, dan bahwa ia memiliki hak mutlak atas putranya.

​Beberapa jam kemudian, Kai menelepon kembali.

​“Tuan, kami menemukannya,” kata Kai, nadanya terdengar terkejut. “Kami tidak bisa meretas catatan rumah sakit lokal. Tapi, kami menemukan catatan pembayaran asuransi dari klinik kecil yang ditutup setahun setelah Arvan lahir. Pembayaran tersebut dilakukan oleh Ibu Aira Nadiya.”

​Dion menahan napas. “Di mana klinik itu?”

​“Di pinggiran Kota Bunga, Tuan. Agak jauh dari desa tempat mereka tinggal. Arvan Nadiya lahir di sana, empat tahun dan delapan bulan yang lalu.”

​Dion menghitung cepat. Empat tahun delapan bulan. Itu bertepatan dengan sekitar sembilan bulan setelah malam yang ia lupakan di Café “La Nuit.” Perkiraan waktu itu sangat dekat dengan perkiraan waktu yang seharusnya.

​“Periksa catatan penerbangan Aira Nadiya, atau data perjalanan apa pun, empat tahun lalu, di sekitar waktu kehamilan,” perintah Dion. “Aku ingin tahu di mana dia berada selama sembilan bulan itu.”

​Dion tahu, wanita hamil sering pulang ke kampung halaman untuk melahirkan.

​Setengah jam berlalu, dan data yang masuk sangat terbatas. Aira hidup dalam garis kemiskinan saat itu. Ia tidak memiliki catatan perjalanan resmi.

​Namun, Kai menemukan satu detail yang sangat penting:

​“Tuan, kami tidak punya data perjalanan. Tapi, kami menemukan catatan pembelian tiket bus jarak jauh dari stasiun di Kota Kencana. Pembelian tiket atas nama Aira Nadiya, dilakukan empat tahun yang lalu. Dia bepergian bolak-balik antara Kota Kencana dan daerah pedesaan selama sekitar enam bulan. Perjalanan terakhirnya dari Kota Kencana adalah sekitar empat bulan sebelum Arvan lahir.”

​Dion menatap peta di layarnya. Kota Kencana. Itu adalah lokasi yang sangat dekat dengan tempat Café “La Nuit” berada—tempat di mana ia bertemu Aira malam itu.

​Dion bangkit, ia berjalan cepat ke lemari penyimpanan arsip pribadinya. Di sana, ia menyimpan arsip-arsip lama yang sangat rahasia. Ia mencari laporan keamanan yang ia minta setelah malam itu, laporan yang ia abaikan selama empat tahun.

​Dion menemukan file itu: Operasi Pembersihan Skandal Café La Nuit, 4 Tahun Lalu.

​Di dalamnya, ada laporan singkat tentang seorang wanita muda yang ia ajak ke kamar malam itu, dengan briefing bahwa wanita itu adalah pekerja di café tersebut. Dan ada alamat lama Aira di Kota Kencana.

​Dion Arganata telah menghubungkan semua titik.

​Luka yang Tak Disengaja (Bab 12): Aira berbohong bahwa Ayah Arvan tidak tahu tempat kelahirannya.

​Penyelidikan Klinik (Bab 13): Arvan lahir empat tahun delapan bulan lalu.

​Jejak Perjalanan (Bab 13): Aira bepergian bolak-balik dari Kota Kencana, dekat Café "La Nuit," selama kehamilannya.

​Bukti Foto (Bab 10): Aira menyimpan foto Dion, dengan tulisan ‘Ayahmu’ di belakangnya.

​Garis Waktu (Bab 13): Arvan lahir sembilan bulan setelah malam yang terlupakan itu.

​Tidak ada lagi keraguan. Ini bukan lagi kecurigaan. Ini adalah kebenaran yang kejam.

​Malam harinya, suasana di penthouse terasa lebih tegang dari sebelumnya. Aira berusaha keras untuk terlihat normal, bermain puzzle dengan Arvan di ruang keluarga, tertawa paksa.

​Dion masuk. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berdiri di ambang pintu, melihat pemandangan itu: seorang Ibu dan putranya, dalam balutan cahaya malam yang hangat. Pemandangan yang seharusnya menjadi miliknya.

​Arvan, yang kini merasa nyaman dengan ‘Tuan Dion,’ melambai padanya. “Tuan Dion! Lihat! Arvan sudah menemukan batas amannya!”

​Dion melangkah mendekat. Ia duduk di sofa, tepat di sebelah Aira. Dion mengabaikan Arvan sejenak. Matanya tertuju pada Aira.

​“Kau terlihat cemas, Aira,” kata Dion, suaranya pelan. “Apakah ada yang mengganggumu? Mungkin... jejak-jejak masa lalu yang kau pikir sudah terkubur?”

​Aira tersentak. Ia menatap Dion, mencoba membaca matanya. Apakah Dion sudah tahu?

​“Tidak, Tuan Arganata,” jawab Aira, tangannya gemetar. “Saya hanya khawatir dengan ujian sekolah Arvan. Saya ingin dia mendapatkan yang terbaik.”

​Dion tersenyum dingin. “Tentu saja. Semua orang ingin mendapatkan yang terbaik untuk benihnya sendiri.”

​Dion mengalihkan perhatiannya pada Arvan. Ia meraih tangan kecil Arvan. “Arvan, Ayahmu. Dia pasti bangga padamu, kan?”

​Arvan mengangguk polos. “Iya, Tuan Dion. Mama bilang Ayah itu orang yang sangat pintar dan bekerja keras.”

​Dion memandang Aira, matanya penuh penghinaan. “Bekerja keras? Ya. Kerja keras dalam menyembunyikan kebenaran. Kau telah mengajarinya kebohongan, Aira.”

​Aira merasa tercekat. “Saya tidak mengajarinya kebohongan! Saya mengajarinya untuk menghargai orang yang tidak pernah ada!”

​Dion mencondongkan tubuhnya ke depan. Jarak di antara mereka sangat tipis.

​“Lalu, kenapa kau mencuri fotoku, Aira?” tanya Dion, suaranya berbisik, tetapi bagi Aira, itu terasa seperti teriakan di ballroom.

​Aira membeku. Ia menatap Arvan, yang sedang sibuk menyusun puzzle di pangkuannya, tidak mendengarkan percakapan mereka.

​“Saya… saya tidak mengerti,” Aira tergagap.

​“Kau mengerti,” balas Dion. “Aku tahu kau menyimpannya. Aku tahu kau menyembunyikan wajah Ayah Arvan dariku. Dan aku tahu kau menulis di belakang foto itu. Kau menulis: Ayahmu.”

​Aira merasakan darahnya mengering. Ia telah tertangkap basah. Semua pertahanannya runtuh dalam sekejap.

​Dion mencondongkan tubuhnya lebih dekat, mata mereka terkunci.

​“Malam ini, Aira,” desis Dion, suaranya begitu rendah hingga hanya Aira yang bisa mendengarnya. “Kau akan mengatakannya. Kau akan memberitahuku mengapa kau merampas empat tahun hidupku sebagai Ayah. Dan kau akan memberitahuku mengapa kau berani membuatku menjadi tiran untuk anakku sendiri.”

​Aira hanya bisa menangis tanpa suara, matanya memohon. Ia tidak bisa menyangkal lagi. Jejak masa lalu telah ditemukan.

​Dion bangkit. Ia menarik Arvan ke pangkuannya, sebuah gerakan kepemilikan mutlak yang mengejutkan Aira.

​“Arvan,” kata Dion, menatap mata putranya. “Mulai sekarang, kau tidak hanya akan tahu aturan. Kau akan tahu siapa yang membuat aturan.”

​Dion memandang Aira. “Naik ke kamarku. Malam ini, kau tidak akan lari ke mana-mana.”

1
Elkss
bagus kak ceritanya
semoga cepet up lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!