Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MISTERI CINTA
Malam mulai merayap masuk kedalam gubuk reyot Mak Eroh, membawa serta dingin yang menusuk tulang.
Di dalam kesederhanaan dinding bambu dan atap daun nipah, Mak Eroh dan Murni telah lama terlelap, berdamai dengan lelahnya hari.
Namun, di sudut gubuk, Made masih terjaga. Matanya nanar menatap langit-langit yang penuh tambalan, pikirannya berkecamuk bagai ombak di lautan lepas.
"Siapa aku sebenarnya?" bisiknya lirih, suaranya nyaris tenggelam dalam desah angin malam. "Apa ini ada hubungannya dengan keadaanku yang sebenarnya? Apa sebenarnya aku sudah punya pasangan?"
Kegelisahan itu mencabik hatinya. Sejak ditemukan terdampar di pinggir rumah Mak Eroh, ingatan tentang masa lalunya hilang bagai ditelan ombak. Ia hanya tahu namanya Made, dan kini, perasaan aneh yang tumbuh untuk Murni semakin membuatnya bingung.
Kini Made tak ingat sama sekali pada Maya, istrinya yang sangat ia sayangi. Bahkan dengan Riko anaknya sendiri, ia tak ingat sedikitpun.
Sementara itu, di pembaringan sebelah, Murni tiba-tiba terbangun. Mimpi aneh baru saja menghantuinya. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya bersanding dengan Made di pelaminan, mengenakan gaun putih yang indah. Namun, kebahagiaan itu terasa semu, seolah ada bayangan gelap yang mengintai.
"Aku sebenarnya mencintaimu, mas Made," bisiknya dalam hati. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Tapi, aku takut kamu sudah memiliki pasangan. Kamu hilang ingatan. Aku harus gimana? Menerimamu? atau menolakmu?" Murni makin bimbang.
Gadis itu memeluk erat bantalnya, berusaha meredam gejolak hatinya. Ia tahu, Made adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Namun, ia juga sadar, masa lalu Made adalah misteri yang bisa menghancurkan segalanya.
Mentari pagi menyingsing, menyinari gubuk Mak Eroh dengan cahayanya yang hangat. Namun, kehangatan itu tak mampu mengusir dingin yang kini menyelimuti hati Murni. Ia mendapati Mak Eroh, ibunya, terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat pasi, napasnya tersengal.
"Mak... Emak kenapa?" tanya Murni panik, air mata mulai membasahi pipinya.
Mak Eroh tersenyum lemah, tangannya yang keriput meraih tangan Murni. "Mur.. Mak sudah tidak kuat. Umur Mak sudah tidak panjang lagi," ucapnya lirih.
Murni menggelengkan kepala, ia tak mau menerima kenyataan pahit. "Tidak, Mak.. Mak harus sembuh. Mur akan panggilkan dokter," ujarnya sambil beranjak dari tempat tidur.
Namun, Mak Eroh menahannya. "Jangan, Mur! Mak hanya ingin satu hal sebelum Mak pergi. Mak ingin melihat kamu bahagia," pintanya dengan tatapan memohon.
Murni terdiam, hatinya hancur berkeping-keping. Ia tahu, kebahagiaan yang dimaksud Mak Eroh adalah pernikahan. Namun, bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan Made dalam situasi seperti ini?
"Mak ingin kamu menikah dengan Made," lanjut Mak Eroh, suaranya semakin lemah. "Mak tahu, dia pria yang baik. Dia akan menjaga kamu dengan baik setelah Mak tidak ada."
Murni menoleh ke arah Made, yang berdiri terpaku di ambang pintu. Pria itu tampak bingung dan terkejut mendengar permintaan Mak Eroh.
"Made.. Maukah kamu menikahi Murni?" tanya Mak Eroh dengan nada penuh harap.
"Mak mohon, Nak.. kabulkan permintaan terakhir Mak. Biar Emak bisa pergi dengan tenang."
Made tertegun. Ia tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, ia merasa iba pada Mak Eroh dan ingin memenuhi permintaannya. Tapi di sisi lain, ia tak mau memaksakan Murni agar menerimanya setelah semalam jawaban Murni masih bimbang ketika Made menyatakan perasaannya. Made tak mau jika pernikahan ini akan menyakiti Murni.
"Mak.. Tapi Made.." ucapnya terbata-bata.
"Made, Nak.. Pikirkanlah baik-baik," sela Mak Eroh. "Mak tak akan memaksamu. Tapi ingatlah, Murni sangat mencintaimu. Dia pantas mendapatkan kebahagiaan."
Made menatap Murni yang kini menunduk dalam diam. Ia bisa merasakan ketulusan cinta gadis itu. Ia juga bisa melihat kesedihan dan ketakutan di matanya.
"Mur, apa benar kamu mencintaiku?.. Bukankah semalam kamu masih.." Made tak meneruskan kata-katanya, hatinya saat itu sangat senang dan terkejut akan kenyataan yang sebenarnya.
"Iya mas, maaf kalau semalam aku gak jujur. Aku takut kalau sebenarnya Mas sudah mempunyai pasangan. Aku takut suatu saat akan kecewa di saat ingatanmu kembali, ternyata Mas sudah punya pasangan. Lalu Mas meninggalkan Mur.." Murni terhenti, ia tak sanggup meneruskan kalimatnya. Terpancar kesedihan diraut wajahnya.
Made mendekati Murni, ia memegangi kedua tangan gadis itu. "Aku berjanji dihadapan Mak dan juga kamu. Jika seandainya apa yang kamu bilang itu benar, aku akan tetap mencintamu. Aku akan berlaku adil, bahkan mungkin aku lebih memilih kamu. Percayalah Mur.. aku sangat mencintaimu.."
Mendengar itu, Murni tersenyum bahagia.. Secercah harapan untuk membina rumah tangga bersama pria idamannya menyelusup dalam hatinya.
"Baiklah Mas, aku yakin dengan janjimu. Aku terima kamu untuk jadi suamiku." Gadis itu tertunduk malu, wajahnya memerah.
"Alhamdulillah," ucap Made dengan senang bercampur haru.
"Baiklah, Mak.. Saya bersedia menikahi Murni." ucap Made akhirnya, dengan suara mantap.
Murni mengangkat wajahnya, air mata haru membasahi pipinya. Ia tak menyangka Made akan menerima permintaan Emak-nya.
"Terima kasih, Mas Made. Terima kasih sudah membuat Mak bahagia," ucapnya lirih.
Mak Eroh tersenyum lega. Ia meraih tangan Made dan Murni, lalu menggenggamnya erat. "Mak restui kalian. Semoga kalian bahagia selamanya," ucapnya dengan suara bergetar.
Beberapa hari kemudian, pernikahan Made dan Murni dilangsungkan dengan sederhana. Hanya dihadiri oleh keluarga dan tetangga dekat.
Mak Eroh, meski dalam kondisi lemah, tetap memaksakan diri untuk hadir. Ia ingin menyaksikan sendiri kebahagiaan putrinya sebelum ia pergi untuk selamanya.
Setelah akad nikah selesai, Mak Eroh memeluk erat Murni dan Made. "Jaga diri kalian baik-baik. Saling mencintai dan saling menghormati," pesannya dengan suara serak.
Tak lama kemudian, mak Eroh menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Murni. Kepergian mak Eroh Meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi semua orang yang menyayanginya.
"Selamat jalan Mak.." hanya kalimat itu yang bisa Murni ucapkan ketika sang ibu menutup mata untuk selamanya. Air matanya tak ia teteskan, ia tak mau ibunya menderita di alam sana jika kepergiannya diiringi dengan air mata.
Made dan Murni berusaha tegar menghadapi cobaan ini. Mereka berjanji akan saling menjaga dan saling menyayangi, seperti yang dipesankan Mak Eroh.
Namun, dibalik kesedihan itu, Made masih menyimpan misteri tentang masa lalunya. Ia bertekad untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Ia ingin tahu, apakah ia benar-benar sudah memiliki pasangan di masa lalu?..
"Sebenarnya aku ini siapa?.. Aku ingin mengingat identitas diriku. Jika waktu memungkinkan, aku akan cari tahu," tekad Made dalam hati.
Sementara itu, Murni berusaha menerima takdirnya. Ia mencintai Made dengan sepenuh hati, dan ia percaya, cinta mereka akan mampu mengatasi segala rintangan.
"Aku akan selalu mencintai mas Made. Walau apapun yang terjadi, mas Made harus jadi milikku! Dan aku akan selalu jadi wanita satu-satunya untuk dia." Itu janji Murni dalam hatinya.
Namun, tanpa mereka sadari, takdir telah menyiapkan kejutan lain yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Sebuah kejutan yang akan mengungkap siapa Made sebenarnya..
Kisah cinta Made dan Murni baru saja dimulai. Akankah mereka mampu menemukan kebahagiaan sejati di tengah misteri dan cobaan yang menghadang?