NovelToon NovelToon
World Without End. Final Re:Make

World Without End. Final Re:Make

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Light Novel / Fantasi / Anime / Solo Leveling / Mengubah Takdir
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?

Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.

selamat membaca

kritik dan saran di tunggu ya. 😀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Quest 1. Defeat The Boss Colon. Succsess

Waking Up in Nay's Warmth

Saat Keyz membuka mata, pandangannya masih buram. Tapi sesuatu terasa lembut di bawah kepalanya. Hangat, nyaman, dan...

“Eh... lho... apa—”

Keyz terkejut. Kepalanya ternyata ada di pangkuan Nay.

“Wawawawaww..!!” Ia langsung bangkit berdiri secepat mungkin, wajahnya memanas hingga ke telinga.

Sialan, wajahku panas! Aku bisa merasakan pipiku memerah sampai ke telinga! Dan... bau tubuh Nay—astaga—wangi banget!! Apalagi di bagian... sana... >^< kyaaaahhh!

“Kamu terkena racun dari Venom Rat,” kata Tim dengan suara berat dan tegas, menginterupsi pikiran Keyz yang kacau.

“Ahahah... benar juga... eh, lho?” Keyz buru-buru meraba sekujur tubuhnya. Anehnya, tidak ada rasa sakit sama sekali. Luka-lukanya sudah sembuh. “Aneh... tadi rasanya aku—”

“Minyak yang keluar dari sisa tubuh Venom Rat itu penawar racunnya,” jelas Nay sambil bangkit berdiri dan menepuk-nepuk celananya, membersihkan debu. “Untung kamu mengambilnya.”

Keyz ikut berdiri, masih agak kikuk. “Jadi... drop item-nya yang mana?”

Ia menatap ke arah di mana kepala Boss Colon tertancap di dinding batu. Drop item yang didapatkan adalah sebuah Core kecil, beberapa biji pohon ek, dan dua batang kayu manis.

Nay menatapnya dengan heran. “Kamu masih sempat mikirin quest itu, Keyz?”

Keyz mengangkat bahu. “Yah... Apa boleh buat... aku butuh banyak uang untuk bertahan hidup.”

Tim tiba-tiba membentak, suaranya lantang. “Kamu hampir mati, bodoh!! Kalau kamu mati, aku jadi ga bisa hidup dengan tenang!!”

Keyz terdiam sejenak saat mendengar kata-kata Tim, dan suasana menjadi hening selama beberapa detik. Lalu dengan suara pelan ia berkata, “Maaf…” sambil menunduk lesu.

Tim mendengus, tapi nada suaranya sedikit melunak. “Sudah. Ini semua item yang dipesan Tania sudah lengkap. Cepat serahkan dan kembali ke sini, untuk mengambil upahmu.”

Keyz mengangguk pelan. “Siap, Bos…”

Tania's Alchemy Shop

Beberapa saat kemudian, Keyz sudah berada di dalam Tania’s Alchemy—sebuah toko kecil yang terletak di sudut timur Sad Town. Begitu pintunya ia buka, aroma aneh langsung menyerang hidungnya. Campuran antara harum akar kering, rempah, dan sedikit bau amis dari cairan yang entah apa itu.

Rak-rak kayu tua memenuhi ruangan itu. Di sana tersusun rapi berbagai tumbuhan kering, akar-akar melilit, botol berisi cairan berwarna aneh, serta bola-bola kristal yang memancarkan cahaya lembut. Tapi yang paling membuat Keyz bergidik adalah tubuh-tubuh monster yang diawetkan di dalam tabung kaca besar.

_-’ astaga bin naga, naga bonar menjadi tiga.

“Serius nih, apa-apaan dengan semua ini?” gumamnya pelan.

Ternyata, pemilik toko itu tidak seperti yang Keyz bayangkan. Tania, ternyata sebaya dengannya—mungkin sekitar enam belas tahun. Wajahnya cantik dengan telinga runcing khas ras Elf, rambut panjangnya berwarna perak lembut, dan sorot matanya teduh namun menawan.

Cantik? Cantik lah, gaes. Wong Elf gitu.

Saat melihat wajahnya, Keyz jadi teringat Flip.

“Selamat datang. Bisa saya bantu?” sapa Tania dengan sangat sopan, dengan suaranya yang lembut menghanyutkan.

Sangat berbeda dengan Flip yang kalau berbicara suka berteriak-teriak dan tertawa tidak jelas.

Keyz menjelaskan tujuan kedatangannya—tentang quest yang diberikan Tim, dan bagaimana ia diminta menyelesaikannya karena mereka sedang sibuk mengurus misi lain.

“Astaga, maaf sudah merepotkanmu.” Tania langsung membungkukkan badan berkali-kali ke arah Keyz, dan membuat Keyz salah tingkah.

Keyz buru-buru menyerahkan barang-barang pesanannya.

“Kamu masih baru di kota ini, kan?” tanya Tania sambil menatap Keyz dengan penuh rasa ingin tahu.

“Iya, baru beberapa hari. Aku Keyz, salam kenal.”

“Namaku Tania. Oh, kamu sudah tahu ya?” Ia tersenyum tipis. “Bagaimana menurutmu dengan kota ini?”

“Sangat besar,” jawab Keyz sambil melihat sekeliling. “Jauh lebih besar dari kota asalku.”

Tania menghela napas. “Dulu, Sad Town bahkan jauh lebih luas. Tapi setelah perang beberapa tahun lalu, kami kehilangan sebagian besar wilayah. Sekarang, yang tersisa cuma separuh dari kejayaannya dulu.”

Dia menunjuk ke arah luar jendela. “Dulu perbatasan kota sampai ke reruntuhan kuno di depan gerbang utama. Kamu pasti sudah melihatnya, kan?”

“Eh, tidak juga, sih. Waktu pertama datang aku malah ketiduran di tengah jalan,” jawab Keyz sambil nyengir. “Tapi aku sempat ketemu Baf dan yang lain. Mereka baik, cuma si Baf itu... Orangnya berisik banget.”

Tania terkekeh kecil. “Hahaha, ya begitulah dia." Dia diam sesaat. Lalu, “Aduh, jadi keasyikan ngobrol. Kamu pasti sibuk, kan? Ini upahnya.”

Dia menyodorkan sekantong uang. Tapi Keyz menolak. “Tim bilang, kalau dialah yang akan memberikan upahnya. Jadi aku nggak bisa menerimanya.”

Tania menatap Keyz lama, lalu tersenyum lembut. “Astaga, kamu baik sekali. Padahal kamu bisa saja berbohong dan menerima dariku juga.”

“Aahahha... aku bukan orang baik kok,” sahut Keyz malu-malu.

“Baiklah,” katanya sambil tertawa kecil. “Kalau begitu, sebelum kamu pergi, ada yang ingin kamu tanyakan?”

Keyz mengangguk. “Iya. Aku penasaran. Apa sebenarnya Cristal atau Core yang sering disebut para petualang itu?”

Tania mengambil sesuatu dari meja di belakangnya—Core yang didapat Keyz dari Boss Colon. Benda itu berwarna kehijauan, memancarkan cahaya samar, dan terasa hangat di tangan.

“Ini,” katanya pelan. “Inilah Core tersebut. Core adalah benda sihir yang dijatuhkan oleh para dewa dan iblis ketika mereka berperang seribu tahun lalu. Sejak saat itu, setiap makhluk yang terkontaminasi energi dari perang itu akan berubah... Binatang-binatang yang terkontaminasi sihir itu. Dapat dipastikan akan menjadi monster. Bahkan, menurut sejarah, monster-monster di sini dulunya adalah hewan-hewan biasa.”

“Jadi... Core itu semacam sumber energi jahat?” tanya Keyz.

“Tidak juga. Ada Core jahat dan baik. Ada yang bermanfaat ada pula yang menjadi sampah,” jawabnya. “Kadang pula, Core mempunyai energi sihir yang luar biasa. Kalau dipasang di baju zirah atau senjata, efeknya bisa bermacam-macam tergantung jenisnya. Tapi... akhir-akhir ini, Core semakin jarang ditemukan di tubuh monster. Namun, tak jarang pula bisa didapatkan dengan mudah.”

Keyz menatap baju zirah barunya, memperhatikan lekukan aneh di bagian dadanya. “Apakah slot di baju zirah ini dibuat untuk Core tersebut?”

“Benar juga. Core ini untukmu saja, aku tidak terlalu membutuhkannya,” kata Tania sambil menatap Keyz antusias. “Coba pasang di sana.”

“Eh, nggak usah, aku—”

“Kalau menolak, aku doakan rezekimu seret lho.”

Keyz terdiam. “Kenapa sih orang-orang di kota ini suka maksa?” gerutunya. Tapi akhirnya ia menerima Core itu juga.

Begitu Core digabungkan ke dalam slot baju zirahnya, sebuah sinar lembut muncul dan membasuhnya. Dadanya terasa hangat, lalu seluruh tubuhnya, seolah-olah dialiri energi baru. Napasnya lebih ringan, otot-ototnya terasa lebih kuat, dan pandangan matanya terasa jauh lebih tajam. “Aneh... rasanya seperti—”

“Energi sihir,” potong Tania sambil tersenyum puas. “Tubuhmu sudah menyesuaikan diri.”

Keyz mengangguk pelan. “Sepertinya aku pernah melihat benda seperti ini sebelumnya... tapi di mana ya?” gumamnya.

Tania hanya menatapnya saat Keyz berkata demikian.

“Baiklah,” kata Keyz pada akhirnya. “Sepertinya itu saja. Terima kasih atas penjelasannya, Tania. Aku pasti datang lagi. Maaf membuang-buang waktumu yang berharga.”

“Baik, hati-hati di jalan ya, Keyz. Jangan khawatir, aku suka bercerita kok.”

Ten Thousand Silver

Sesuai janji, Keyz kembali ke reruntuhan di gerbang sebelah kiri Sad Town. Tim dan Nay sudah menunggunya di ujung jalan, tepat di bawah pohon tua yang daunnya berguguran diterpa angin.

“Jadi, sudah selesai?” tanya Tim.

Keyz mengangguk. “Semua item sudah aku serahkan.”

“Bagus. Ini upahmu,” katanya sambil memberikan sekantong uang perak.

Ketika dibuka, mata Keyz langsung melebar. “Wooh! Banyak banget!! Sepuluh ribu koin perak?!”

Nay tersenyum tipis. “Tadi kamu hampir mati, Keyz. Ini tidak seberapa dibandingkan dengan nyawamu.”

Keyz terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Iya juga sih. Tapi...”

Sore itu, mereka bertiga duduk di reruntuhan yang diterpa cahaya jingga mentari. Angin sore Sad Town berhembus pelan, menghapus ketegangan yang baru saja Keyz alami.

Dan Quest pertamanya pun berakhir dengan kesuksesan.

1
Surya
keren ini transmigrasi ke dunia game kah?
PiaPia_PipiOlipia
woh ada cerita tambahannya 💪💪💪
PiaPia_PipiOlipia
wuih. puluhan bab sekaligus. ini mah setara dengan satu buku.😍😍😍😍
PiaPia_PipiOlipia
Bagus
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gess
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!