perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kitab Kuno
Setelah paman Karyo pergi, Raka membaca buku itu dengan seksama, kitab yang di berikan oleh paman Karyo, kitab itu mengajarkan cara menghimpun tenaga dalam yang sangat cepat, juga ada beberapa pengetahuan tentang dasar gerak silat yang sangat lengkap
Dengan alasan masih sakit Raka berlatih dari kitab itu selama tujuh hari lebih, peningkatan tenaga dalamnya menjadi pesat dan yang menjadi kelebihannya ia tampak seperti manusia awam pada umumnya yang tak memiliki tenaga dalam, selama itu juga ia mempelajari gerak dasar ilmu silat yang ada di dalam kitab itu.
Merasa sudah lama ia beristirahat, keesokan paginya Raka kembali bekerja, namun sekarang rutinitasnya di rubah, jika dahulu ia menyapu pelataran tempat berlatih pagi hari di saat para murid berlatih, di ganti sore hari, pagi harinya ia hanya membantu ala kadarnya saja di dapur atau mengisi air untuk keperluan dapur.
" Hei Raka kemari kamu!" Pagi itu entah mengapa Paksi masuk ke bagian belakang tempat para pelayan tinggal, di belakangnya seorang gadis kecil seusia Ajeng mengikuti Paksi
" Ada apa tuan Paksi?" Tanya Raka sambil mendekat ke arah Paksi
" kami baru mendapatkan jurus baru, kamu temani kami berlatih" ucap Paksi
" Tapi tuan, aku tak bisa silat" ucap Raka, menolak secara halus ajakan itu, karena ia tahu pastinya paksi ingin menyakitinya, dengan alasan berlatih
" Tak perlu takut kau hanya perlu meloncat saja" Ucap Paksi dengan senyum sinis
" baik tuan"
" Ratri lihat aku akan memainkan tongkat angin," Ucap Paksi sambil mengambil sebatang bambu yang ada di sana
" Kak apa tidak berbahaya?" tanya Ratri
" Tidak apa hanya seorang pelayan" sahut Paksi, " Ayo mulai melompat!" perintah Paksi
Raka mulai melompat kecil , namun ia telah membentengi tubuhnya dengan tenaga dalamnya, agar tubuhnya tak terluka saat terkena pukulan tongkat, di dalam kitab yang di berikan oleh Paman Karyo ada cara menguatkan tubuh dengan mengalirkan tenaga dalamnya pada seluruh tubuh, namanya Rajeg Wesi.
" Hiaaaat"
"Wuut"
Raka melompat saat Paksi mulai memukul ke arah kakinya ,
"wuut"
Raka menunduk saat pukulan tongkat Paksi menyerang bagian kepalanya, kejadian itu terjadi berulang ulang, tak satu pun serangan Paksi mengenai Raka, membuat Paksi marah apalagi ia sedang di tonton oleh adik sepupunya Ratri.
" Kurang Ajar, kau mengejekku!" teriak Paksi marah lalu menyerang dengan membabi buta
"Wuuut"
"plak"
"plak"
"aduh"
"bruuk"
Raka sengaja tak menghindar walau ia mengetahui arah pukulan itu, karena jika ia bisa menghindar pastinya ilmu silat yang di milikinya terbongkar. Ia pura pura kesakitan dan jatuh
" Hentikan!" satu suara terdengar , dan tak lama paman Karyo berlari mendekat
" apa yang kau lakukan tuan muda Paksi!" tegur Paman Karyo dengan nada tak senang
" Eh, paman Karyo," sahut Paksi " aku sedang berlatih dengan pelayan ini"
" jangan bohong!" paman Karyo menatap Paksi dengan tatapan dingin
" Benar paman" Raka yang tak mau memperpanjang masalah menyahut " Tuan muda mengajakku berlatih, ilmu silatnya sangat tinggi"
" Tuan muda, aku harap ke depannya jangan semena mena lagi pada Pelayan!" tegur Paman Karyo mengingatkan
" Iya Paman" sahut Paksi.
" ayo Raka, kita obati lukamu" ajak paman Karyo sambil memapah Raka
" Raka mana yang sakit?" tanya Paman Karyo saat di kamar Raka
" Tidak ada paman" sahut Raka
" jangan bohong nak" ujar Paman Karyo" Beritahu padaku agar aku bisa mengobatimu" lanjutnya
" benar tidak ada paman, walau aku terkena pukulan tongkat Paksi, tapi pukulan itu tak terasa terlalu sakit" sahut Rak
" mengapa bisa begitu?" tanya Paman Karyo heran
" kitab yang paman berikan padaku ada latihan untuk menguatkan badan dari pukulan paman" ucap Raka menjelaskan
Paman Karyo tersenyum dan mengangguk
" Baguslah kalau begitu, aku kagum padamu yang bisa sabar" ucap paman Karyo sambil menatap lembut pada Raka
" terima kasih paman"
" Ya sudah, kau beristirahat saja dulu" Ucap Paman Karyo , lalu ia keluar dari kamar Raka. Raka mengangguk, selepas paman Karyo pergi ia kembali melatih pernapasan kembali, ia semakin giat berlatih karena hasilnya di luar dugaan , tubuhnya menjadi kuat setelah berlatiih
Malam harinya Raka beristirahat sejenak, ia berjalan keluar menghilangkan suntuk, ia berjalan dan duduk di bawah pohon besar yang ada di dekat rumah, tatapannya menatap bukit yang ada di depannya
Saat sedang termenung, tiba tiba sesosok bayangan berkelebat dan berdiri di depan Raka, Raka hanya diam saja karena tak merasa ada ancaman dari sosok itu,
" Nona Ajeng" Raka langsung berdiri saat mengetahui yang datang adalah Ajeng
" Kamu tak apa apa kak Raka?" tanya Ajeng sambil mendekat
" Aku tak apa apa nona, terima kasih sudah mengkhawatirkanku" sahut Raka
" jangan panggil nona kak itu membuat ku semakin jauh darimu, mengapa kak Raka tak melawannya,?" tanya Ajeng
" aku hanya pelayan nona" jawab Raka
" maafkan aku kak, aku kira ayahku bisa menerimamu sebagai murid, ternyata aku salah, entah apa yang di katakan oleh Paksi hingga ayahku tak mau menerimamu" ucap Ajeng sambil menunduk
" Aku akan melaporkan perbuatan ini pada Ayah, biar ayah tahu bagaimana kelakuan Paksi sebenarnya" lanjut Ajeng berkata
" Jangan Ajeng, aku tak mau memperpanjang urusan" cegah Raka, ia tak mau nantinya Paksi melampiaskan amarahnya pada para pelayan, terutama pada paman Karyo
Ajeng menghela napas
" andai saja sifat Paksi seperti dirimu" ucapnya mengeluh
" Pada dasarnya setiap manusia itu memiliki sifat yang baik, namun terkadang pengaruh lingkungan atau karena terlalu di manja membuat maka sifat baiknya berubah" Sahut Raka
" Kak Raka boleh aku tahu berapa umurmu sekarang?" tanya Ajeng
" tiga belas tahun, kenapa Ajeng?' tanya Raka heran mengapa ajeng menyakan usianya
" umur kita sama, tetapi wawasan yang ku miliki tidak bisa menyamai wawasanmu yang sangat dewasa, apalagi Paksi walau ia hampir enam belas tahun usianya" Jawab Ajeng sambil menatap Raka dengan pandangan kagum
" Ajeng, sebaiknya jangan berlama lama di sini, jika Paksi melihat aku bisa celaka" seru Raka saat teringat akan Paksi, ia yakin Paksi akan marah jika melihat ia dan Ajeng berbicara berdua saja.
" Jangan khawatir , Paksi sedang ikut ayahnya mengunjungi kerabatnya di desa lain" sahut Ajeng
" Tapi ajeng tidak baik berlama lama , kamu wanita sedang kan aku lelaki, jika ada yang melihat akan membuat orang salah duga" ucap Raka mengingatkan
" baiklah, nanti aku akan sering sering mengunjungimu, selamat malam" ucap Ajeng sambil melesat pergi, ilmu meringankan tubuhnya sudah cukup tinggi hanya sekejap saja ia telah menghilang
Hari ini genap sebulan Raka berada di Perguruan Tapak Emas, walau ia tak di terima menjadi murid di sana namun ia bersyukur karena mendapat kitab dari paman Karyo, dan juga memiliki tempat untuk menyembunyikan indentitasnya