NovelToon NovelToon
Lonely Wife

Lonely Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Keluarga / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Arumi menikah dengan pria yang tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang padanya, pria yang selalu merasa tak pernah cukup memiliki dirinya. Kesepian dan kesunyian adalah hal biasa bagi Arumi selama satu tahun pernikahannya.

Raka— suami Arumi itu hanya menganggap pernikahan mereka hanya sekedar formalitas semata dan bersifat sementara. Hal ini semakin membuat Arumi menjadi seorang istri yang kesepian dan tidak pernah bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Undangan ke Rumah Mertua

Pagi ini terasa cukup berbeda, bahkan sinar matahari tidak mampu menghangatkan Arumi. Tubuhnya terasa kian berat, kepalanya berdenyut hebat, tenggorokannya kering.

Setiap kali menarik napas, rasanya sangat sakit dan dadanya kian sesak. Arumi membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar yang tampak seperti biasanya. Di sebelahnya, kini ranjang sudah kosong. Raka pasti sudah bangun lebih dulu.

Arumi menggigit bibirnya, mencoba bangkit. Dunia terasa berputar sesaat. Ia menahan tubuhnya sendiri agar tidak kembali terjatuh ke kasur. “Ini gak parah kok, cuma sakit sedikit, bentar lagi bakalan sembuh,” gumamnya pelan, seolah meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja. Padahal suhu tubuhnya semakin lama semakin panas.

Bagi Arumi, jika terlalu lama ia berbaring maka Raka akan menganggapnya malas atau tidak ikhlas melayani dan memperhatikannya.

Dengan langkah gontai, Arumi menuju kamar mandi. Air dingin membasuh wajahnya yang membuat dia menggigil, namun tak cukup untuk mengusir panas yang menjalar dari dalam tubuhnya. Matanya terlihat sayu di cermin, wajahnya pucat, bibirnya kering.

Ia kemudian menelan obat seadanya, tanpa sarapan lebih dulu. Bukan karena tak lapar, melainkan karena perutnya terasa mual. Namun tetap saja ia menuju dapur, menyiapkan keperluan pagi seperti biasa. Rutinitas yang sudah melekat, seolah ia mesin yang diprogram untuk bergerak tanpa perlu merasa lelah.

Tak lama, langkah kaki Raka terdengar dari ruang kerjanya.

“Kenapa lama sekali bangun, aku sudah membangunkanmu tapi kau malah tidur semakin nyenyak?” Suara itu terdengar datar, dingin, tanpa empati sama sekali.

“Aku—” Arumi hendak menjawab, namun kalimatnya tertelan saat Raka menatapnya sekilas. Tatapan itu berhenti di wajah pucat Arumi, lalu berpindah begitu saja, seolah tak ada yang perlu ditanyakan.

“Kopi,” ucap Raka singkat, itu merupakan perintah.

Arumi mengangguk cepat dan menyodorkan cangkir yang sudah disiapkan. Tangannya sedikit bergetar, tapi Raka tak memperhatikan. Pria itu menyesap kopinya, merapikan manset kemeja, lalu melirik jam tangannya.

Sarapan kali ini hanya hidangan simple saja yang dibuat oleh Arumi lantaran kondisi kesehatannya yang semakin menurun.

“Kamu kenapa lemas begitu?” tanya Raka akhirnya, bukan dengan khawatir, melainkan nada menilai pada istrinya.

“Aku kurang enak badan,” jawab Arumi pelan.

“Hm.” Raka menghela napas pendek. “Jangan manja. Di rumah saja kerjanya cuma itu-itu saja, kamu kan kemarin udah ke dokter, harusnya hari ini sudah sembuh.” Kalimat yang diucapkan oleh Raka jatuh begitu saja yang membuat Arumi menelan ludah pahitnya.

Arumi sangat ingin mengatakan pada Raka bahwa saat ini tubuhnya terasa amat sakit, kepalanya seakan mau pecah, semalam dia menggigil menahan sakit sendirian tapi sayangnya, perkataan itu hanya ada di ujung lidah tanpa bisa dia lontarkan.

Berkeluh kesah pun dia pada Raka itu sama saja dengan nihil, tak akan ada respon atau perhatian dari suaminya itu. Lagian, semalam saat menggauli dirinya, Raka bisa merasakan betapa panas tubuhnya.

Raka mengambil tas kerjanya dan melangkah pergi tanpa berpamitan. Pintu tertutup dengan bunyi pelan, kepergian Raka ke kantor membuat Arumi merasa kekosongan semakin menjadi. Bukan kekosongan atas hadirnya pria itu, melainkan kekosongan hubungan pernikahan ini.

Rumah kembali sunyi.

Arumi berdiri mematung beberapa detik sebelum akhirnya duduk di kursi ruang makan. Pandangannya kosong menatap meja panjang yang selalu terasa terlalu besar untuk dua orang. Napasnya mulai terasa berat dan pandangannya mengabur.

Arumi menjatuhkan kepalanya dengan rebahan di meja kaca itu lalu menarik napas dalam. Tubuhnya semakin lemah dan terasa sakit dan tak lama, Arumi merasa kalau tubuhnya sudah menyerah, ia jatuh ke lantai marmer yang dingin itu lalu memeluk badannya sendiri yang semakin menggigil.

Di rumah sebesar ini, tidak ada satu pun suara yang memanggil namanya atau mengkhawatirkan dirinya. Hingga beberapa saat berlalu, Arumi berusaha bangkit dan menyeret tubuhnya ke sofa, merebahkan diri dengan napas terengah dan air mata mengalir tanpa ia sadari. Ia tidak bersuara, tidak terisak, dan tidak pula meraung.

“Kalau aku benar-benar sakit parah … apa ada yang akan tahu?” gumamnya lirih diiringi tawa sarkas, lalu berkata lagi, “Siapa juga yang peduli, dari kecil, aku sudah dibuang ke panti asuhan dan dipungut oleh Raka untuk dijadikan pelayan di rumah besar ini.”

Arumi menatap langit-langit ruang keluarga, sama kosongnya dengan kamar tadi pagi. Ia teringat masa kecilnya di panti asuhan. Saat demam datang, saat tubuhnya menggigil, tidak ada yang memeluk atau menenangkan. Ia belajar sembuh sendiri, menangis diam-diam, dan bangkit tanpa pernah mengeluh.

Ternyata hidupnya tidak pernah berubah, masih sama seperti dulu. Hanya saja sekarang dia sudah ada di tempat yang berbeda, kesepian demi kesepian terus mengikuti dirinya.

Setelah dirasa sedikit mendingan, Arumi menuntaskan pekerjaan rumah yang tertunda lalu membersihkan diri di kamar mandi dan tidur. Jika bukan dia yang berusaha untuk sembuh, lalu siapa lagi?

...***...

Hari ini, Zafran memasuki ruangan kerja putranya dan duduk di sofa dengan penuh wibawa.

“Bagaimana pernikahanmu dengan anak panti itu? Apa kau bahagia?” tanya Zafran setengah meledek pada Raka.

Raka tersenyum dan tetap fokus pada layar laptop miliknya. “Aku bahagia, bahkan aku bisa mengatur hidupku sendiri sesuai apa yang aku inginkan, Papa tidak perlu repot-repot memikirkan aku.” Raka menjawab dengan sarkas.

Zafran tersenyum dan melipat satu kakinya ke kaki yang lain.

“Selama satu tahun ini, kau tidak pernah membawanya ke rumah kita. Kau juga tidak pernah membawanya ke pesta yang sering diadakan oleh rekan bisnis kita, kau lebih memilih untuk pergi sendiri dan tidak pernah memperkenalkan anak panti itu sebagai istrimu pada publik. Apa kau malu?” Kali ini Raka menoleh pada Zafran dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

“Dia bukan perempuan yang suka dengan keramaian, aku menghargai itu. Aku tidak pernah mau memaksanya untuk pergi ke sana kemari karena memang dia tidak mau, bukan karena aku yang malas membawanya,” balas Raka.

“Oke perkataanmu bisa diterima. Malam ini, bawalah dia ke rumah kita dan kita bisa makan malam bersama. Mamamu sangat merindukan kamu, dia ingin malam ini kita berkumpul bersama.” Raka mengangguk.

“Baiklah, aku akan datang bersama Arumi nanti. Tapi kalau dia menolak, aku tidak akan memaksa dan membawanya.”

“Terserah kau saja, asalkan kau datang, itu sudah cukup.”

...***...

Raka mengutarakan keinginannya untuk membawa Arumi ke rumah orang tuanya malam ini, tentu saja Arumi bahagia diajak ke rumah mertua.

Kondisi tubuhnya juga sudah mendingan setelah minum obat dan istirahat seharian.

“Pakai gaun ini dan berdandalah layaknya seorang istri orang terpandang. Aku tidak mau jika mamaku melihat penampilan burukmu ini,”  ujarnya sembari menyodorkan sebuah paper bag pada Arumi.

Dengan tangan gemetar, Arumi mengambil pemberian suaminya dan langsung bersiap. Raka memilih untuk menunggu di ruang tamu sementara Arumi masih menatap pantulan dirinya di cermin.

“Secantik apapun aku berdandan, aku tetaplah itik buruk rupa di matanya,” gumam Arumi pelan dan menusuk.

1
Adhisty Madrie
Gaya katak tengkurap aja Dir🤭
Agung Taimur
kayaknya nadira ini titisannya jule🤣🤭
Jiwo Wiggu: Sibuk amat jule taun ini💪
total 7 replies
🌺Shella BTS🌺
Gaya kecubung kayang cobak/Determined//Curse/
Latifa Andriani: Gaya jule ama sapri coba🤣😭
total 2 replies
🌺Shella BTS🌺
Dir, lo belajar lagi dah sama arumi cara balas dendam yg elegant itu kyak gmana💪
🌹Andara Terina🌹
Udah udah gausah emosi di kolom komentar😤 sebenarnya dira sama raka itu cocok bnget kok🔥🔥🔥
.
.
.
.
.
.
.
.
.
sama-sama kagak gunaaa/Hammer//Joyful/
Ulfa Raynamia
Ah gak keren lo Diiiirrr, arumi aja duit di tangan langsung shopping dan manjain diri, lah eloo? Malah buang2 energi nyimpan dendam padahal apa yg dibilang sama Arum bener, lo simpanan jirrr/Joyful//Joyful/
Fida🔥🔥
palingan abis nikah si raka bakalan syok abis sama perangai nadira yg gak sepolos yg dia kira🤭
Fida🔥🔥
Emang ya, perempuan itu kalo udah ada uang ditangan semua beban hilang, menyala arumi🔥
Tammy
Ya ya kasihin aja fefek lu buat si raka biar lu gak stres, soalnya kalian cocok, sama2 stres
Tammy
Yakin deh, abis nikah, siraka ama dira pasti bakalan sering berantem, soalnya raka ini udah terbiasa dilayani dengan baik sama arumi
Lira Cantika
kesenjangan sakit hati :
istri sah : Ngabisin duit suami
pelakor : ngabisin duit buat ngabisin nyawa istri sah/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Syifa Mahira
Istri sah kalau sedih ngabisin duit suami, kalo si lakor sedih malah kasih fefek dengan bermacam gaya. Gak berkelas banget lo Dira, malu ama harga diri jiiirrr🤣/Facepalm//Facepalm/
Mediterina
istri sah sakit hati : ngetreat diri sendiri
pelakor sakit hati : cari pembunuh bayaran 🤣🤣 gak ada harga dirinya lu Dir
Yeyen Niri
pelakor yg blm nikah tpi udh insecure sama istri sah ampe nyewa pembunuh byaran🤣
Yeyen Niri
suka bnget sama cara arum balas dendam ih😍
Annissa Riani
Gk bisa imbangin arumi malah nyari pembunuh bayaran🤭
Rina Meylina
Kalian berdua itu cocok banget, satunya gampangan satunya gampang dibodohin ama si dira 🤣🤣🤣 makan tuh cewek bobrok Raka🤣
Rina Meylina
Sadar dong jadi pelakor, masa dipanasin ama istri sah langsung down sih, padahal yg arum bilang kalau lu simpanan juga bener dah🤣
Rina Meylina
Semua yg dibilang arumi benar kok si raka aja yg gak pernah mau disalahin
Anita Lare
Nadira kayaknya bukan sepolos yg dikira raka deh, mana tau pram itu emang pembunuh langganan dia lagi, kita kan gak tau ya bs si nadira ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!