Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alam Rahasia Tianyuan 3
Keheningan di koridor Reruntuhan Tianyuan bukanlah jenis keheningan yang damai. Itu adalah keheningan predator yang menahan napas, menunggu mangsa menginjak pemicu yang salah. Di sini, waktu seolah berhenti, debu mengapung stasis, dan hukum fisika diputarbalikkan oleh sisa-sisa formasi kuno yang rusak namun masih mematikan.
Lu Changzu berjalan sendirian.
Dia tidak berlari. Langkah kakinya bergema pelan di lantai batu giok hitam yang retak. Di kiri dan kanannya, dinding koridor dipenuhi lukisan mural yang bergerak sendiri—menggambarkan perang antara dewa dan iblis zaman dahulu. Namun, Lu Changzu tidak punya waktu untuk menikmati seni.
ZZZZTTT!
Sebuah sinar laser berwarna ungu—sisa dari Formasi Pemotong Ruang—mendadak muncul entah dari mana, membelah udara tepat di mana leher Lu Changzu berada.
Lu Changzu tidak menghindar. Dia terus berjalan.
SPLAT.
Kepalanya terpenggal. Potongan kepala itu jatuh menggelinding ke lantai, lalu mencair menjadi genangan cairan hitam pekat. Tubuhnya yang berdiri tegak juga tidak menyemburkan darah di bagian leher yang putus.
Tidak ada jeritan. Tidak ada kepanikan.
Dalam hitungan detik, cairan hitam di lantai itu melesat naik seperti air yang diputar balik waktu, menyatu kembali ke lehernya, memadat, dan membentuk kembali kepala yang baru dengan sempurna. Mata heterochromia-nya terbuka, berkedip sekali seolah baru saja bangun tidur.
"Formasi tipe pemotong spasial. Koordinat acak. Pemicu: Fluktuasi napas," gumam Lu Changzu, meraba lehernya yang kini mulus tanpa bekas luka. Tubuhnya hanyalah kumpulan materi Dark Universe yang meniru wujud manusia; memotongnya sama sia-sianya dengan memotong air.
"Ini tidak mempan untukku. Tapi cukup untuk membunuh Emperor yang ceroboh."
Dia melangkah maju lagi.
BOOM!
Lantai di bawahnya meledak. Api biru—Api Dingin Neraka—menelan tubuhnya bulat-bulat.
Struktur luar tubuhnya yang menyerupai kulit manusia seketika meleleh, kehilangan bentuk padatnya, berubah kembali menjadi cairan hitam mendidih yang bergolak. Tidak ada kerangka tulang yang hangus di dalamnya, hanya massa hitam pekat yang terus berputar mempertahankan integritasnya di tengah panas ekstrem.
"Sayang sekali ini adalah api formasi, jika api ini punya bentuk fisik , akan sangat bagus jika ku murnikan kedalam tubuhku."
Tapi di tengah kobaran api itu, Lu Changzu—tetap berjalan santai. Bagian yang menguap segera digantikan oleh materi baru yang memadat dari dalam dirinya, membentuk ulang lengan, kaki, dan wajahnya lebih cepat daripada api itu bisa menghancurkannya.
"Rasa sakitnya... membosankan," desisnya.
Dia telah mematikan sensor gangguan strukturalnya hingga 90%. Bagi Lu Changzu saat ini, seorang Emperor Tahap 3 Akhir dengan tubuh abadi, tubuh fisik hanyalah wadah bentuk yang bisa dia manipulasi sesuka hati. Selama Inti Dark Universe dan Akar Spiritual Kristal-nya aman, dia adalah eksistensi yang sulit dimusnahkan di dunia tingkat rendah ini.
Dia berjalan melewati koridor kematian itu seperti seorang inspektur bangunan yang sedang memeriksa rumah rayap. Setiap kali dia hancur menjadi cairan, dia memadat kembali. Setiap kali dia meledak, dia menyatu lagi.
"Formasi ini tidak memiliki 'Hukum' yang mengikat. Hanya energi murni yang liar," pikirnya sambil membelah jaring petir dengan tangan kosong yang sekeras baja hitam. "Itu artinya, ini bukan pertahanan utama. Ini hanya sistem keamanan otomatis yang malfungsi. Pintu utamanya masih jauh."
Matanya menatap ke ujung lorong yang gelap gulita. Di sana, sebuah tangga spiral menuju ke atas menanti. Menara Hitam.
"Bertahanlah, Istri-istriku. Jika kalian mati di gerbang, berarti investasiku rugi."
Sementara itu, di Gerbang Utama Reruntuhan.
Situasinya jauh dari kata 'membosankan'. Itu adalah neraka gravitasi.
Liu Yanran dan Lin Yuwen terkapar di lantai batu dingin. Tubuh mereka rata dengan tanah, ditekan oleh gravitasi yang setara dengan menumpuk sepuluh gunung di punggung mereka. Tulang rusuk mereka sudah retak di banyak tempat. Darah merembes keluar dari pori-pori kulit mereka, mewarnai jubah indah mereka menjadi merah gelap.
"Uhuk..." Yanran memuntahkan gumpalan darah kental. Matanya buram. "Sakit... Tuan... Sakit sekali..."
Di sebelahnya, Yuwen tidak lebih baik. Wajah cantiknya pucat pasi, bibirnya membiru. Namun, tangannya mencengkeram lantai batu dengan begitu kuat hingga kuku-kukunya patah.
"Jangan... menyerah..." desis Yuwen, suaranya nyaris tak terdengar. "Tuan... memberi kita... kesempatan..."
Mereka telah menghabiskan semua perbekalan.
Pil Pemulih Sumsum Es? Habis.
Pil Penempa Tulang Void? Habis.
Arak Roh? Kering.
Sekarang, yang tersisa hanyalah kemauan murni dan sisa-sisa potensi tubuh mereka yang dipaksa keluar.
Satu hari berlalu.
Dua hari.
Tiga hari.
Satu minggu berlalu.
Mereka berada di ambang kematian berkali-kali. Namun, setiap kali jantung mereka hampir berhenti, bayangan wajah Lu Changzu yang dingin dan kejam muncul di benak mereka.
'Tunjukkan diri kalian jika kalian berguna.'
Kalimat itu adalah cambuk.
Perlahan, tubuh mereka mulai beradaptasi. Sel-sel mereka, yang telah ditempa oleh Lu Changzu dengan metode brutal selama lima tahun, mulai berevolusi untuk bertahan hidup di lingkungan ekstrem ini.
Yanran adalah yang pertama merasakan perubahan.
Di dalam Dantian-nya, api ungunya—yang bercampur dengan racun dan elemen iblis—mulai memadat. Tekanan gravitasi memaksanya memampatkan energinya hingga titik kritis.
KRAK.
Suara retakan terdengar dari dalam tubuh Yanran.
Bukan tulang patah. Tapi belenggu yang putus.
Auranya meledak.
Grandmaster Tahap 9 menengah , akhir ... Hancur.
Energi liar mengalir ke seluruh meridiannya, memperbaiki kerusakan organ dalam seketika. Dia tidak memanggil tribulasi. Di Alam Tianyuan yang terisolasi ini, Heavenly Dao dari dunia luar tidak bisa menjangkaunya.
Ranah King - Tahap 1 Awal.
"Hah... Hah..." Yanran tersentak bangun. Dia menumpukan tangannya ke lantai, dan perlahan... sangat perlahan... dia mengangkat tubuh bagian atasnya.
Dia bisa duduk.
"Aku... Aku berhasil..." Yanran tertawa, tawa yang bercampur tangis histeris. "Aku ranah King! Aku bukan beban!"
Dia menoleh ke samping, menatap Yuwen yang masih terkapar tak bergerak.
"Yuwen! Bangun! Aku sudah berhasil! Jangan mati di sini, Wanita Es!"
Namun, Yuwen tidak menjawab. Tubuhnya dingin. Sangat dingin.
Bukan dingin mayat.
Tubuh Yuwen mulai dilapisi oleh kristal es yang aneh. Warnanya berganti-ganti dengan ritme yang hipnotis. Merah muda pucat... Putih salju... dan Biru tua yang mendidih.
Di dalam ketidaksadaran, Yuwen tidak sedang berjuang melawan gravitasi. Dia sedang berjuang melawan darahnya sendiri.
Warisan Kuno yang tertidur di dalam DNA-nya, dipicu oleh tekanan ekstrem dan Pil Iblis Lu Changzu, akhirnya bangun.
Akar Spiritual Es Mendidih-nya hancur, lalu terbentuk kembali menjadi sesuatu yang jauh lebih agung.
[Garis Keturunan Kuno Terlihat: Three-Season Ice Body (Tubuh Es Tiga Musim)]
WHOOOOOSH!
Badai salju tiba-tiba meledak dari tubuh Yuwen, melingkupi radius sepuluh meter. Namun, anehnya, badai itu tidak terpengaruh oleh gravitasi super di tempat itu. Serpihan saljunya melayang bebas, menari-nari mengejek hukum fisika.
Mata Yuwen terbuka.
Iris matanya tidak lagi hitam atau biru biasa. Di mata kirinya, ada pola bunga sakura beku. Di mata kanannya, ada badai salju abadi.
Dia berdiri.
Bukan merangkak. Bukan duduk. Dia langsung berdiri tegak, seolah gravitasi itu tidak pernah ada.
"Yuwen?" Yanran ternganga. "Aura apa itu?"
Yuwen mengangkat tangannya. Tiga gelang es berputar di pergelangan tangannya.
"Musim Bunga..." bisik Yuwen. Aura merah muda menyebar, membuat udara di sekitarnya menjadi lambat dan damai.
"Musim Salju..." Aura berubah menjadi putih tajam, memotong debu di udara.
"Musim Badai..." Aura berubah menjadi biru tua yang mendidih, meledakkan tekanan panas-dingin yang destruktif.
DUM!
Ranahnya melonjak.
Grandmaster Tahap 4... Lewat.
Grandmaster Tahap 9... Hancur.
King Tahap 1 Awal.
Namun, tidak berhenti di situ.
Berbeda dengan Yanran yang naik secara "alami", kebangkitan garis keturunan Yuwen adalah anomali yang terlalu besar bahkan untuk Alam Tianyuan abaikan.
Langit-langit istana yang hancur di atas mereka tiba-tiba bergemuruh. Awan merah darah berkumpul.
Tribulasi Garis Keturunan (Bloodline Tribulation).
"Gawat! Tribulasi di dalam sini?!" teriak Yanran panik. "Itu akan menghancurkan kita!"
Yuwen mendongak. Wajahnya tenang, sedingin gletser abadi.
"Tidak. Dia datang untuk memberi hormat."
DUARRRR!
Petir merah menyambar turun.
Yuwen tidak menghindar. Dia merentangkan tangannya, menyambut petir itu dengan mode Musim Badai.
Tubuhnya menyerap petir itu. Es mendidih di dalam darahnya memakan energi penghancur itu dan menjadikannya nutrisi.
BOOM!
Aura Yuwen stabil.
Ranah King - Tahap 1 Menengah.
Pondasinya kokoh, sekeras berlian kuno.
Yanran menatap rekannya dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan. Dia selalu menganggap Yuwen saingan, tapi hari ini, dia melihat seorang Dewi Es lahir di depan matanya.
"Kau... Kau seperti monster, Yuwen," bisik Yanran.
Yuwen menoleh, tersenyum tipis—senyum yang jarang dia tunjukkan.
"Kita berdua monster, Yanran. Kita istri Tuan. Kita tidak boleh kurang dari ini."
Yuwen mengulurkan tangannya. Yanran menyambutnya.
"Ayo. Kita susul Tuan. Aku ingin melihat wajahnya saat tahu kita tidak mati," kata Yuwen.
Mereka berdua bersiap melangkah masuk ke dalam lorong gelap itu. Harapan membuncah di dada mereka. Mereka berhasil. Mereka kuat. Mereka layak.
Namun...
Takdir memiliki selera humor yang kejam.
KREK...
Suara itu bukan datang dari istana. Suara itu datang dari langit di atas mereka.
Bukan suara guntur. Itu suara kain realitas yang dirobek paksa oleh tangan raksasa.
Langit Alam Tianyuan yang berwarna ungu... retak.
Sebuah celah dimensi raksasa terbuka. Bukan celah biasa yang dibuat oleh Emperor. Celah ini memancarkan aura kuno yang membuat jiwa siapa pun di bawahnya ingin bersujud dan memuntahkan darah.
Dari dalam celah itu, sebuah moncong kapal raksasa muncul.
Kapal itu tidak terbuat dari kayu atau logam biasa. Kapal itu dipahat dari Tulang Naga Putih yang utuh. Panjangnya satu kilometer. Aura yang dipancarkannya menekan seluruh Alam Rahasia Tianyuan, membuat gravitasi super di tempat itu terasa seperti lelucon.
Yanran dan Yuwen membeku. Insting Grandmaster—ah tidak, King mereka—menjerit satu kata: LARI.
Tapi mereka tidak bisa bergerak. Tekanan dari kapal itu mengunci ruang di sekitar mereka secara mutlak.
Di geladak kapal naga putih itu, berdiri sekelompok orang. Mereka mengenakan jubah putih bersih dengan sulaman benang emas yang membentuk rasi bintang.
Di tengah, duduk seorang pria tua di atas singgasana melayang. Penampilannya sangat kontras dengan kemewahan kapalnya. Wajahnya garang dengan kerutan yang dipahat oleh kekejaman ribuan tahun. Matanya tajam seperti elang, dan jenggot putihnya menjuntai panjang hingga ke dadanya. Rambutnya panjang, berwarna putih dengan kilau kebiruan yang aneh, seolah dialiri listrik statis abadi. Di tangannya, dia memegang dua bola besi yang berputar, setiap putarannya menciptakan distorsi waktu.
Hun Kong.
Di belakangnya, berdiri 9 murid (5 laki-laki, 4 perempuan). Aura mereka... bahkan yang terlemah dari mereka membuat Emperor di dunia ini terlihat seperti bayi.
Yanran dan Yuwen tidak tahu nama tingkatan kultivasi mereka. Tapi sebuah bisikan dari dimensi lain, atau mungkin insting purba, memberitahu mereka tingkatan horor itu.
Pria tua itu... Nascent Soul Tahap 8 Akhir.
Makhluk yang bisa menghancurkan planet ini hanya dengan bersin. Entitas yang berada di pertengahan Alam Semesta Tingkat 2, namun bagi dunia tingkat rendah seperti Tianyun, dia adalah dewa yang tak tersentuh.
"Hoh?"
Hun Kong menatap ke bawah, matanya menembus atap istana yang runtuh, menembus formasi, langsung menatap Yuwen.
Suara nya tidak keras, tapi bergema di seluruh benua melayang itu.
"Menarik. Sangat menarik. Aku datang ke dunia sampah tingkat 1 ini hanya untuk memungut pecahan sekte cabang yang hilang... tapi siapa sangka aku menemukan mutiara di lumpur?"
Hun Kong tertawa. Tawa yang meremehkan, seolah manusia di bawah sana hanyalah semut yang sedang melakukan trik sirkus.
"Tubuh Es Tiga Musim? Di dunia yang Qi-nya sekotor ini? Bagaimana bisa?"
Mata Hun Kong berkilat tamak.
"Itu adalah bahan tungku yang sempurna. Atau mungkin... benih untuk sekte utama."
Tanpa perlu perintah verbal, salah satu murid laki-lakinya melangkah maju.
Dia adalah pemuda yang sangat tampan, dengan rambut panjang terikat tinggi dan dua pedang emas di pinggangnya. Wajahnya penuh dengan kebosanan dan arogansi.
Quang Mong.
Ranah: Core Formation Tahap 9 Akhir.
Di dunia Tianyun, Emperor adalah puncak. Di atas Emperor adalah Core Formation. Dan Quang Mong berada di puncak Core Formation. Jarak kekuatannya dengan Yuwen (King Tahap 1) adalah jarak antara matahari dan lilin.
"Ambil dia, Quang Mong," perintah Hun Kong malas. "Jangan rusak barangnya. Dia rapuh."
"Baik, Guru. Tugas yang membosankan untuk menangkap serangga," jawab Quang Mong.
Dia melompat turun dari kapal.
Tidak ada ledakan sonik. Dia hanya... turun. Seolah gravitasi tidak berani menyentuhnya.
Dia mendarat di depan Yuwen dan Yanran.
Yanran mencoba bergerak. Dia ingin melindungi Yuwen.
"Jangan sentuh dia!" teriak Yanran, membakar darah King-nya untuk menyerang. "TEKNIK API RACUN—"
PLAK.
Quang Mong hanya mengibaskan punggung tangannya. Tanpa melihat. Tanpa usaha.
"Berisik, Sampah."
BUGH!
Yanran terpental. Bukan terpental biasa. Tulang rusuknya hancur total. Organ dalamnya pecah. Dia terlempar menabrak pilar batu sejauh lima ratus meter, menghancurkan pilar itu.
"UHUK!"
Yanran muntah darah bercampur pecahan paru-paru. Dia tidak bisa bangun. Satu kibasan tangan santai dari Core Formation hampir membunuhnya.
"Yanran!" teriak Yuwen.
Yuwen menatap Quang Mong dengan horor. Dia mencoba mengaktifkan mode Musim Badai-nya.
Tapi Quang Mong hanya menatapnya.
Tekanan spiritual murni menghantam Yuwen. Aura es-nya pecah berkeping-keping. Lutut Yuwen lemas. Dia tidak bisa menggerakkan satu jari pun.
"Jangan melawan, Nona Kecil," kata Quang Mong sambil tersenyum ramah yang menjijikkan. Dia mengulurkan tangan, mencengkeram leher Yuwen, mengangkatnya seperti mengangkat boneka kain. "Kau beruntung. Guru menyukaimu. Kau akan dibawa ke Alam Atas. Tinggalkan dunia kotor ini."
"TIDAK! LEPASKAN! SUAMIKU AKAN MEMBUNUHMU!" jerit Yuwen, air mata membeku di pipinya.
"Suami?" Quang Mong tertawa. "Maksudmu semut jantan di dunia ini? Biarkan dia datang. Aku akan menginjaknya tanpa sadar."
Yanran, dari kejauhan, dengan sisa kesadarannya, mencoba mengaktifkan kartu as terakhir.
Cincin Hitam. Cincin Void yang diberikan Lu Changzu untuk melarikan diri.
"Cincin... Hancurkan..." batin Yanran. Yuwen juga mencoba menghancurkan cincinnya dengan sisa tenaga.
KLIK.
Cincin itu retak. Energi Void Lu Changzu aktif, mencoba membungkus mereka untuk teleportasi.
Namun...
Di atas kapal, Hun Kong mendengus.
"Teknik Void Tingkat Rendah? Di hadapanku?"
Hun Kong hanya melirik.
PYAR.
Cahaya Void dari cincin Lu Changzu... pecah. Hancur seperti kaca.
Hukum Ruang yang dikuasai oleh Nascent Soul membatalkan teknik Void Lu Changzu. Tingkatan dimensinya terlalu jauh.
"Tidak..." bisik Yuwen putus asa. Harapan terakhirnya musnah.
Quang Mong melesat naik kembali ke kapal, membawa Yuwen yang meronta sia-sia.
"TUNGGU! JANGAN BAWA DIA!" teriak Yanran parau, mencoba merangkak.
Tapi kapal Naga Putih itu tidak peduli pada teriakan semut.
Kapal itu berbalik perlahan, membelah ruang, dan masuk kembali ke dalam retakan dimensi.
"Selamat tinggal, Dunia Sampah," gema suara Hun Kong.
Retakan itu menutup.
Langit kembali sunyi.
Yuwen hilang. Diculik ke dimensi yang tak terjangkau.
Di reruntuhan gerbang istana, hanya tersisa Yanran yang tergeletak dalam genangan darahnya sendiri, menatap langit kosong dengan tatapan hampa.
"Tuan..." isaknya, kesadarannya mulai memudar. "Maafkan kami... Kami lemah..."
Dunia menjadi gelap bagi Yanran.
Jauh di dalam Menara Hitam.
Lu Changzu sedang memecahkan kode rune terakhir di pintu ruang harta karun utama.
TING.
Tiba-tiba, jantungnya berhenti berdetak satu ketukan.
Perasaan dingin yang tidak wajar merambat di tulang belakangnya. Bukan rasa sakit fisik. Tapi rasa kehilangan.
Koneksi jiwa dengan Yuwen... Terputus.
Bukan mati. Tapi hilang dari jangkauan dimensi ini.
Dan dia merasakan sisa energi Cincin Void-nya dihancurkan paksa oleh kekuatan yang jauh di atasnya.
Lu Changzu berhenti. Tangannya yang memegang rune membeku di udara.
Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, perlahan berubah. Senyumnya hilang. Matanya yang heterochromia meredup, menjadi gelap total.
Aura di sekitar Lu Changzu berubah. Bukan lagi aura Emperor yang dominan. Tapi aura Kehancuran yang sunyi.
"Nascent Soul..." bisiknya, merasakan residu energi yang tertinggal di atmosfer alam rahasia ini. "Ada monster besar yang masuk ke rumahku dan mencuri barangku."
Dia tidak berteriak. Dia tidak mengamuk.
Dia hanya bisa mengepalkan tangannya hingga udara di dalam genggamannya meledak menjadi plasma.
"Yuwen diculik. Yanran sekarat."
Lu Changzu berbalik dari pintu harta karun yang sudah setengah terbuka.
Hatinya sedikit terluka, sudah 5 tahun lebih dia bersama dengan Yuwen, tapi mengejarnya saat ini terlalu berbahaya.
Lu Changzu kembali masuk ke aula harta, yang telah terbuka lebar, dendam memenuhi hatinya.
Bersambung...