NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Menginap

Beruntungnya kaos peninggalan almarhum ayah Kalila cukup di tubuh Arlen yang tinggi, meski celana panjang yang dikenakan hanya sebatas betis kakinya saja.

Ia terlihat konyol, tapi karena ekspresinya yang serius, kekonyolannya tertutupi. Ia melihat pantulan dirinya pada cermin, betisnya yang terekspos takut membuat ketakutan Kalila muncul. Jadi, satu ide muncul, ia ambil kaos kakinya dan dipakai hingga sebagian dari kaos kaki itu menutupi sebagian betisnya.

Oke, sekarang tampilannya menjadi konyol kuadrat.

Setelah merasa aman, dia keluar dari dalam kamar. Beruntungnya Bunda Seruni sudah masuk kembali ke dalam kamarnya. Jadi, hanya ada Kalila yang menunggu di luar kamar.

Kalila melongo sejadi-jadinya melihat bagaimana visual pria itu. Dia nyaris menyemburkan tawanya jika tidak ingat saat ini sudah lewat dari dini hari.

"Apa Bunda sudah masuk kamar lagi?" tanya Arlen dengan volume kecil.

Kalila mengangguk. "Kenapa pakai kaos kaki? Kedinginan?"

"Betis ku sangat terekspos." sahut Arlen.

"Lalu?" Kalila balik bertanya dengan senyum yang ditahan.

"Hm...aku khawatir itu akan membuatmu...takut padaku." Arlen mengatakannya dengan nada khawatir. Dia pikir Kalila pasti akan menatapnya dengan tatapan horor, tapi wanita itu justru terlihat lebih tenang.

"Sebenarnya aku memang cemas, ada perasaan takut. Tapi..." Kalila meremas tangannya sendiri. Ia menunduk, kemudian kembali melihat Arlen yang masih berdiri dengan tampilannya yang konyol. "Tapi aku rasa, ga mungkin kalau kita memang ga sekamar. Jadi..."

Arlen menunggu setiap kalimat yang terpotong dengan sabar.

"Jadi...aku rasa kita harus pakai garis pembatas." Lalu dari sampingnya tempatnya duduk, Kalila mengangkat sebuah lakban hitam.

"Kamu...kamu akan mengikatku?"

Pertanyaan Arlen pun terjawab ketika mereka berdua masuk ke dalam kamar Kalila dan Kalila mulai menarik lakban hitam itu dari ujung ruangan ke ujung ruangan yang lainnya.

"Kamu tidur di kasur itu." kata Kalila menunjuk bagian yang terdapat kasur dimana kasur itu hanya cukup untuk satu orang saja. "Aku tidur disini." Kemudian dia menunjuk karpet yang ada di bawah kakinya.

"Kamu di karpet?" Arlen menaikkan kedua alis matanya.

Kalila mengangguk.

"Mana bisa begitu." Arlen mengajukan protes. "Aku yang di karpet, kamu yang dikasur lah."

Perdebatan antara siapa yang harus tidur di karpet dan siapa yang harus di tidur di kasur berjalan cukup alot sampai terdengar pintu kamar itu diketuk oleh Bunda.

Seketika itu juga, Kalila dan Arlen saling melemparkan pandang. Lakban yang sudah terbentang dari Sabang sampai Marauke itu pun kembali dicopot dan disembunyikan di bawah bantal.

Setelah dirasa sudah cukup aman, mereka membuka pintu bersama dan menunjukkan cengiran innocent kepada Bunda.

"Ini, Bunda lupa kasih selimut." Bunda menyerahkan selimut kepada Kalila, namun matanya kemudian melihat bagaimana penampilan Arlen yang mengenakan kaos kaki.

"Kamu kedinginan?" Pertanyaan yang sama seperti yang Kalila ajukan sebelumnya.

"Arlen biasa tidur pakai kaos kaki, Bun." Kalila yang mengambil alih jawaban.

"Oh begitu, Bunda juga simpan kaos kaki ayah, pasti muat, dari pada pakai kaos kaki bekas kerja."

"Engga apa-apa, Bunda. Ini saja." jawab Arlen dengan cengiran.

Akhirnya setelah Bunda Seruni kembali meninggalkan dua orang itu dengan kecanggungan yang membelenggu mereka, Arlen langsung ambil alih lahan berkarpet. Dia langsung melemparkan bantal di atas karpet dan merbahkan punggung lebarnya disana.

"Aku akan langsung tidur, La. jangan khawatir."

Sementara Kalila masih berdiri disana dengan selimut yang masih ada dalam pelukannya. Dia menatap Arlen dengan perasaan tak enak membiarkan Arlen tidur di atas lantai meski sudah dialasi karpet. Tapi dia juga tak bisa memungkiri, ada kecemasan dan ketakutan dalam dirinya. Meskipun sekuat tenaga dia menyingkirkan ingatan tentang malam itu, namun setitik rasa takut masih menggelayutinya.

* * *

Entah pukul berapa, Arlen kembali membuka matanya, hawa gerah memerangkapnya. Dia mulai berkeringat, begitu pun dengan telapak kakinya yang sudah meronta ingin dilepaskan dari kaos kaki itu. Arlen duduk, dia mengibas-ngibaskan kaus yang dikenakannya. Ketika dia hendak membuka kaos kakinya, dia melihat di seberangnya, Kalila di atas kasur, tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya keculai kepala.

Dia menghela napas, Kalila pasti juga kegerahan juga, tapi karena ada dirinya di dalam kamar itu, Kalila pasti hanya merasa aman dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Ah, lagi-lagi rasa sesal dalam dadanya kembali merangkak naik. Tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya bahwa dirinya akan menjadi seseorang yang membuat Kalila takut dari pada menjadi seseorang yang dapat menjaga Kalila-nya.

Akhirnya, dia mengurungkan niatnya untuk melepaskan kaos kakinya, dan bertahan dengan tidur dalam kondisi kegerahan.

"Ar," Suara Kalila membuat Arlen tersentak karena dia kira Kalila sudah terlelap.

"Kamu belum tidur, La?"

"Kamu kegerahan, ga?" Kalila balik bertanya. "Kalo gerah, kaos kakinya dibuka saja. Aku ga apa-apa kok." kata Kalila tanpa melihat kepada Arlen. Namun mata Arlen dapat menangkap bagaimana tangan Kalila semakin mempererat selimut yang menutupi tubuhnya.

"Aku ga gerah, kok, La." begitu lah jawabannya sebelum akhirnya memaksakan diri untuk melanjutkan tidurnya.

Hingga pagi menjelang, Kalila yang lebih dulu terbangun. Dia menyadari semalam udara cukup panas hingga suhu udara di dalam kamar cukup gerah, tapi dia mempertahankan selimutnya yang dia gunakan sebagai perisai pelindung, tapi hasilnya adalah pagi ini, pakaiannya cukup lembab karena keringat.

Menyadari itu, Kalila melihat kepada Arlen yang masih mengenakan kaos kakinya. Dia yakin, pria itu juga kegerahan, apa lagi Arlen yang selalu tidur di tempat yang nyaman.

Kalila memilih untuk keluar kamar dengan membawa pakaian ganti. Bunda sudah lebih dulu ada di dapur, senyum Bunda terpatri penuh arti begitu melihat Kalila yang keluar dengan pakaiannya yang lembab.

"Ih, Bunda kenapa senyum-senyum gitu, deh?"

"Kok ga kedengeran suara apa-apa semalam?" tanya Bunda dengan nada jahil.

"Hah, memangnya mau ada suara apa?"

Bunda mengedikkan bahu sambil tetap menyunggingkan senyumnya yang penuh arti. Bukannya Kalila tidak mengerti apa yang dimaksud Bunda, tapi dia memilih untuk pura-pura tidak mengerti.

Pagi itu, cukup ramai di rumah Bunda hanya dengan keberadaan Arlen. Apa lagi Kirei yang senang dengan kehadiran Arlen disana. Mereka banyak bercerita seru, Kirei yang tertawa mendengar cerita-cerita lucu yang diceritakan oleh Arlen. Interaksi keduanya tak luput dari perhatian Bunda dan Kalila yang masih di dapur untuk menyiapkan bekal makan siang untuk Arlen setelah mereka menyelesaikan sarapan.

"Bunda benar-benar bahagia kamu menikah dengan Arlen, La." kata Bunda tiba-tiba melow. "Sejak dulu dia selalu perhatian sama kamu dan Kirei. Dia juga sudah Bunda anggap anak sendiri. Bunda bisa merasakan rasa sayangnya Nak Arlen untuk kamu dan keluarga kita itu ga pura-pura, dia memang tulus menyayangimu."

Tangan Kalila berhenti sejenak dari bekal yang sedang disiapkannya.

Hatinya sedikit nyeri membayangkan ketika nanti sudah waktunya mereka berpisah, seperti apa Bunda dan Mama Erina kecewa kepada dirinya juga kepada Arlen.

.

.

.

Bersambung

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!